Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.
Ada beberapa alasan kenapa aku suka nonton di bioskop. Ingin menikmati dan menghargai karya para sineas. Memang senang menonton film. Janjian dengan teman. Quality time dengan inner circle. Lagi banyak waktu luang atau udah nggak tahu mau ngapain lagi. Dan dari semua alasan itu, aku lebih sering nonton di bioskop dengan teman, sesekali dengan keluarga atau kadang malah sendiri.

Seingatku, terakhir kali nonton di bioskop dengan pacar adalah waktu musim Twilight: Two Moon. Aku jelas exciting karena emang lagi kesengsem berat sama Edward Cullen yang super glowing itu, teman-temanku sudah duluan nonton karena aku belum selesai UAS.

Everything is fine sampai akhirnya dia berkomentar menanggapi komentarku tentang cerita di filmnya dengan “Mobilnya keren-keren ya ...”.

...

...

...

Sayup-sayup terdengar suara di dalam hati minta dibawain toa.

GGRRR ... JADI ... SELAMA INI KAMU NONTON APPAAA 😠? Apalah artinya Edward-Bella-Jacob kalau yang dilihat cuma mobilnya DOANG 😠?

Sejak saat itu. Aku enggan nonton di bioskop dengan pacar. KZL 😠😠😠

Throwing back to the past. Pertama kali nonton di bioskop adalah saat berumur ± 4 tahun dengan ayah, mama dan Widy di Bioskop Chandra, tak sampai setengahnya (film) kita terpaksa harus pulang karena Widy menangis gara-gara takut lampunya dimatikan, meski sebenarnya aku (+ ayah) sangat penasaran dengan kelanjutan kisah Si Kabayan dan Nyi Iteung 😶.

Seperti Bioskop Intan Garut yang hidup enggan mati tak mau, Bioskop Chandra Subang juga pernah berjaya, bedanya ia tak sanggup mengalami masa-masa sulit sehingga harus ditutup. Saat aku SMA masih terpajang poster handmade dari cat acrylic di billboardnya, namun kini Bioskop Chandra hanyalah bangunan terbengkalai di tengah kota.

Ketika SD belum afdhol rasanya kalau belum nonton Petulangan Sherina, aku juga ingin, tapi tidak dikabulkan orang tuaku setelah melihat antriannya yang mengular. Sebagai gantinya mama membelikan VCD bajakannya di depan BIP agar bisa ditonton berulang-ulang.

Aku  beruntung terlahir di saat yang tepat sehingga bisa menikmati masa remaja di era kebangkitan perfilman Indonesia, karena sedang dalam masa kebangkitan maka (artinya) ada banyak film ‘uji coba’ yang siap ditonton.

Bioskop Indonesia yang sepi penonton kembali merekah ketika Ada Ada Dengan Cinta dirilis, disusul oleh Eiffel i’m In Love dan beberapa film bergenre drama-komedi-romantis yang laris bak seblak Bandung. Sebut saja Me vs High Heels, 30 hari Mencari Cinta dan Jomblo.

Sebelumnya bioskop Indonesia hanya dihiasi oleh film-film serius karya Garin Nugroho atau film anak-anak musiman seperti Joshua Oh Joshua. Pernah ada masanya ketika film sejenis  Reinkarnasi (pernah denger nggak sih? 😫) yang dizaman sekarang ini merupakan footage movie dari program Dunia Lain ditayangkan demi mengisi kekosongan.

Ketika tinggal di Ma’had, satu-satunya hiburan adalah televisi milik bersama yang terletak di ruang makan. Saat itu, tayangan untuk remaja tidak jauh-jauh dari Planet Remaja yang peace, love and gaul, Inikah Rasanya yang dibintangi oleh Allysa Soebandono, Gilbert Marciano dan Nadia Vega atau Disini Ada Setan yang dibintangi oleh Lia Ananta, Thomas Nawilis dan Nagita Slavina.

Saat serial Disini Ada Setan dibuat versi filmnya, Beye, Icunk, Nurm dan gang Jupi (jurig tipi) lainnya tak luput dari godaan nonton di bioskop Intan, yang sebenarnya termasuk restricted area bagi para santri. Aku pun akhirnya bergabung dengan mereka karena ingin punya hiburan baru selain Mesjid Agung, Yogya dan Ceplak.

Di hari H, kita terlambat check out sehingga pintu gerbang Ma’had sudah dikunci Pak Satpam. Memanfaatkan moment ibadah shalat Jum’at, kita memilih untuk meloncati pagar di samping gerbang Ma’had lalu ngibrit sejadi-jadinya, takut ada pembina atau siapapun yang melihat. Padahal mah ya disana nggak ada siapa-siapa, satu-satunya yang melihat kelakuan kita cuma Allah SWT.

Ahh ... gejolak kawula muda memang tak terbendung ... 😏

Sejak saat itu, nonton di bioskop masuk ke dalam list hiburan di hari Jum’at setelah jajan di Ceplak, photobox di Yogya, beli stationary di Toko AA dan beli pulsa di Tri Cell. Kalau lagi ketitipan Deya, jangan lupa beli koran Bola di depan Mesjid Agung.

Kapan lagi kita bisa nonton di bioskop yang bisa milih sendiri seatnya? Bisa bawa f & b masing-masing? Bisa beli tiket di depan pintu studionya? Bahkan, (pernah) bisa masuk tapi nggak usah bayar karena filmnya udah keburu mulai.

Dimana lagi ada bioskop yang seatnya udah runtuh 1 row tapi tetep ada penontonnya? Dimana lagi bioskop yang ada warung di dalamnya? Dimana lagi lagi ada bioskop (lama) yang menayangkan film super HD, saking super HDnya kita bahkan bisa melihat ada bayangan orang lalu lalang di screennya.

Tapi keseringan nonton di bioskop Intan juga nggak baik loh 😉.

Salah seorang temanku yang berpacaran dengan temanku yang lain, sebut saja Adit dan Tita, suatu hari janjian moviedate di BIP. Entah karena kebiasaan atau memang sedang lupa. Setelah masuk ke dalam studio Tita langsung mencari seat mereka, sedangkan Adit, dengan santainya memilih seat sendiri dan duduk. Tita yang kesal menghampiri Adit sambil menggerutu “Dit, duduknya sesuai nomor atuh. Da ini mah bukan di Intan” kemudian canggung. 😓😌

Terkadang ya ... si Adit ini unpredictable ... 😋

Ketika nonton di bioskop menjadi lifestyle, maka muncul istilah baru.

Aku        : Dari mana Cong?
Pici         : Abis nonton Nyong.
Aku        : Nonton apa?
Pici         : Hajpur?
Aku        : Hah? Apaan Hajpur?
Pici         : Hantu Jeruk Purut

Syiittt! T-O-P-B-G-T ya istilahnya! 😚😚😚

Aku tidak terlalu suka menonton film horror di bioskop, selain karena bikin deg-degan, menonton film horror di bioskop cukup merugikan. Coba deh dipikirin, apanya  yang ditonton kalau setengah dari filmnya dilalui dengan merem? 😶.

Kebanyakan film yang ditayangkan di Bioskop Intan adalah film-film lokal. Namun karena hal itu, kita jadi sangat mengikuti perkembangan film Indonesia, mau rame atau nggak, semuanya pasti pernah ditonton. Termasuk film-film nggak penting yang rajin cari penonton dengan cerita yang horror-tapi-mesum atau komedi-tapi-cabul.

Kadang suka geli sendiri kalau ingat pernah request lagunya Acha-Irwansyah yang jadi OST. Heart di radio, sambil kirim-kirim salam ke teman seasrama. Isshhh ... aL4y beut ... 😤 Zamannya Melly Goeslaw jadi Ratu Soundtrack dan Duo Ratu (Maya & Mulan) masih akur. Tapi emang sih lagunya Melly Goeslaw enakeun, saking produktifnya hampir tiap bulan bisa keluar lagu baru.

Memasuki masa kuliah, aku jarang nonton di bioskop karena sibuk mengerjakan tugas (ehm). Nonton di bioskop adalah alasan belaka untuk ketemuan dengan teman segang yang berujung jadi curhat dan ngegossip, yang saking khusyunya sampai harus nginep.

Pernah. Saat kuliah sedang edan-edannya aku sempatkan untuk bolos (kuliah) demi nonton dengan Icunk, yang ternyata malah berkhianat dengan nonton duluan dengan Anshor dan Mexi. Apalah artinya pertemanan kita selama ini? Tau nggak sih gimana rasanya nonton sendirian? Anyep ~ tau ... 😣

Udah ah, to be continued ... tapi nggak tau kapan dilanjutinnya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Kapan lulus?

Kapan wisuda?

Kapan S2?

Kapan lamaran?

Kapan nikah?

Kapan punya anak?

Kapan punya anak (lagi)?

Kapan punya anak (lagi) (lagi)?

Kapan punya rumah sendiri?

Kapan punya rumah kedua?

Kapan punya mobil?

Kapan ganti mobil?

Kapan liburan?

Kapan liburan ke luar negeri?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Setelah menamatkan How To Build A Sustainable Fashion Business course dalam waktu ± 6 bulan 😜 dan nge-pending course lainnya yang belum tamat. Aku kembali ke dunia nyata ... bahwa untuk tetap bisa survive dan mempertahankan eksistensi aku harus punya aktivitas, dengan kata lain, aku harus punya kerja(an), yang real.

Pssttt ... aku lebih banyak mengisi waktu dengan mengikuti short course dan mencari hal-hal menarik lainnya ketimbang apply kerjaan. Sampai Widy kirim WA yang intinya kasih tahu di ITB ada program fashion course.

The GKL (Grand Korea Leisure) dan YCIFI (Young Creator Indonesian Fashion Institute) sedang membuka program Fashion Design Course batch 2 yang akan diadakan selama ± 3 bulan (Maret-Mei). Program ini didukung oleh KOFICE (Korean Foundation for International Culture Exchange), BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) dan Kriya Tekstil FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain) ITB.

Fashion Design Course batch 1 sudah lebih dulu diadakan pada 2016, rencananya program Fashion Design Course ini akan diadakan setahun 2 kali. Tujuan diadakannya program Fashion Design Course adalah untuk mencari orang-orang yang ingin meniti karir di bidang fashion secara professional dan memberikan basic knowledge sebagai persiapan untuk terjun di industri fashion yang akan selalu hype.

For further information.

Ada 2 program yang bisa dipilih, yaitu Basic Design Course dan Advance Design Course.
Basic Fashion Course adalah program yang ditujukan untuk newbie yang memiliki minat tinggi pada bidang fashion, tidak diharuskan untuk bisa menjahit tapi setidaknya bisa menggambar. Karena salah satu syaratnya adalah mengikuti tes kemampuan menggambar fashion illustration.

Sedangkan Advance Fashion Course adalah program yang ditujukan untuk yang (minimal) sudah memiliki kemampuan menjahit dan ingin menekuni profesi fashion designer secara serius. Kalau Basic Fashion Course dites kemampuan menggambar fashion illustration, maka Advance Fashion Course dites kemampuan menjahit.

Aku dan Widy apply via e-mail, setelah dinyatakan lulus tahapan seleksi dokumen via Facebooknya YCIFI dan lanjut ngepoin Instagramnya YCIFI sampai post pertama. Kita mengikuti tes kemampuan yang dilaksanakan di gedung CADL (Creative, Art, Design and Language) ITB.

Beberapa hari sebelum tes, aku berlatih sketching lagi, ngelemesin jari. Karena sudah ‘agak’ lama nggak sketching jadinya kaku. Lupa lagi. Sempat dikoreksi Widy karena bodynya terlalu terlalu real. 

Demi menghindari macet weekend kita berangkat pagi-pagi dari kosan, sempat deg-degan lihat jam di perempatan jalan Suci-Pahlawan yang ternyata dilebihin ½ jam sama adminnya. Karena nggak tahu mau parkir dimana jadinya parkir di Kebun Binatang dan kita jalan ke gedung CADL ITB. Lumayan sist ...

Ternyata ya ... yang ikut tes Basic Fashion Course ada ± 66 orang 😔, lebih banyak dari Advance Fashion Course yang Cuma ± 35 orang. Padahal setiap batchnya hanya mampu menampung 40 orang, 20 orang untuk Basic Fashion Course dan 20 orang lagi untuk Advance Fashion Course. Gimana coba caranya ngalahin orang-orang? *berfikir keras.

Durasi tes ± 1 jam, dimulai dari pembacaan soal sampai dengan kumpulin sketch. Deg-degannya kaya waktu dulu USM di ITENAS ... Bedanya, kali ini cat airku tumpeh-tumpeh di atas meja. Tapi alhamdulillah ya bisa selesai, nggak kebayang kalau belum pada belum kelar tapi waktu sudah mepet. Pasti chaos.

Proses penilaiannya terbilang cepet, atau malah kecepetan ya? Ketika mengikuti tes kemampuan di hari Sabtu dikabarkan bahwa hasil tes akan diumumkan pada hari Selasa, kenyatannya, di hari Senin hasil tesnya sudah ada. Paali ... Paali ...

Jadi, gimana?

Kita lulus dong !!! Yeaayyy !!! 🙌🙌🙌
*Nggak sia-sia nyerutin pensil warna sampai tengah malem 😂




Cheers,



Lestari Utami 💖
(yang lulus Basic Fashion Course batch 2)

Note: See you soon on March ya
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Setelah lulus kuliah tadinya aku ingin mencari beasiswa LN karena tergoda dengan keseruan living abroad nya Andrea Hirata. Tapi berhubung aku ini malay nggak ada dua dan mager kelas berat jadilah aku harus menangguhkan scholarships hunting, selain itu karena nggak sengaja diterima kerja. Dih .. apeu banget ya alesannya ... 😓

But, somehow there is a flame on me ... Jadilah aku mencari second option untuk bisa kuliah tanpa harus ke LN. Ada ... tapinya short course, gimana? Setelah dipikir-pikir dan diterawang sepertinya short course cukup menarik dan nggak terlalu ribet.

Ada banyak referensi untuk short course, namun atas saran dari Deanty yang sudah lebih dulu going abroad, aku diarahkan menuju Coursera dan Future Learn.

Setelah dicek, kebanyakan course di Coursera berbayar (meski tidak semua) dan waktunya agak panjang, sedangkan untuk Future Learn meski ada beberapa yang berbayar kebanyakan adalah free course (exclude shipping fee). Yay!!!

Di Future Learn ada banyak course dari berbagai major yang menarik untuk dipelajari, terlebih lagi bahasannya (lebih) casual dan beragam.

Aku mengambil course How To Build A Sustainable Fashion Business yang termasuk dalam kategori creative skill set, karena masih dalam bidang yang aku kuasai dan aku sukai. Oh ya ... yang dimaksud dengan creative skill set adalah course yang diadakan oleh Future Learn dan bukan course dari universitas atau institut yang tergabung di dalamnya.

Lamanya course tergantung dengan major yang diambil, ada yang bisa diselesaikan dalam 1 weeks ada juga yang sampai 6 week. Untuk How To Build A Sustainable Fashion Business lama coursenya adalah 6 weeks, namun sebenarnya lamanya course tergantung kemauan dan ... koneksi internet.
Karena Future Learn ini adalah online course, maka kita akan belajar secara online melalui video, artikel dan PDF yang berhubungan dengan major yang diambil.

Pada beberapa topik kita diharuskan untuk menonton video mengenai apa itu Sustainable Fashion Business langsung dari pakarnya yaitu orang-orang yang bekerja di industri fashion. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran mengenai industri fashion based on their POV. Jika kesulitan untuk mencerna apa isi videonya tersedia file PDFnya (FYI. tidak semua video tersedia file PDFnya).

Selanjutnya kita akan diarahkan menuju link source untuk membaca artikel yang sudah dipilihkan, setiap artikel tersebut memiliki muatan bahasan sesuai dengan topik.  Terkadang kita akan diarahkan menuju sebuah situs dan diminta untuk mengexplore isi situs tersebut. Jangan lupa untuk mendownload file PDFnya.

Setelah mendapatkan materi, kita akan diminta untuk memberikan ulasan atau pendapat mengenai topik tersebut di kolom diskusi. Tak ada salahnya memberikan komentar pada kolom diskusi, selain menambah point, kita bisa sekalian belajar dengan menganalisis pendapat mereka. Dan ya ... semuanya menggunakan Bahasa Inggris. No excuse!

Ada google translete dan sederet.com yang bisa membantu.

Di akhir weeks ada quiz yang menunggu, jika mengikuti setiap prosesnya tentu quiz ini tidaklah terlalu sulit. Karena inti dari course ini adalah membantu kita membangun bisnis dalam bidang fashion, kita akan dibimbing melalui berbagai macam tahapan dimulai dari creating idea sampai dengan releasing brand.

Untuk tugas akhir kita akan diminta untuk membuat konsep design dari brand yang akan dibuat, nantinya pihak Future Learn akan membantu mengarahkan dengan berdiskusi bersama.

Menurutku, How To Build A Sustainable Fashion Business course ini sangat membantu memetakan business mindset, terlebih lagi untuk yang ingin memasuki industri fashion. Yang paling aku sukai adalah artikel-artikelnya yang menarik dan menambah wawasan. Recommended course sist!

Next time aku akan sharing tentang apa yang sudah dipelajari di How To Build A Sustainable Fashion Business course. Wish me on good mood d(^.^)b
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

A: Apa makanan favorite kamu?
B: Masakan mama!
A: Tempat makan favorite kamu?
B: Di rumah!
 
Saat kecil aku sulit makan dan picky, apa-apa ingin yang kering, nggak suka yang basah-basah seperti tumis dan sayur karena nasinya jadi mengembang. Suatu hari setelah selesai memasak mama menyuruhku makan, katanya “Mbak makan ya... ini makanan orang kaya, kalau mau jadi orang kaya harus mau makan ini”

Tahu apa makanannya? Zapcay! Yang membedakannya dengan capcay biasa ia menambahkan kol ungu, paprika dan asparagus yang tentunya menambah value dan menarik secara visual. Sehingga aku pun terbuai dengan perkataannya bahwa menjadi orang kaya bisa dimulai sejak dini. You are what you eat 😂.

Mama juga bersemangat mengajak aku dan adikku menghadiri resepsi di Bandung, yang saat itu terbilang baru dan mewah karena ada food stall-nya. Tujuannya adalah untuk memberikan pengalaman baru mengenai manner (saat makan) sekaligus food tester, mencari tahu makanan apa yang kita sukai kemudian membuatnya di rumah.

Ketika selesai mengikuti pelatihan table manner bersama Dharma Wanita, meja makan di rumah lantas berubah menjadi lebih formal layaknya di restaurant. Kita diajari table manner sebagai persiapan untuk menghadiri acara-acara formal. Ketika tinggal di ma'had aku malah dianggap stiff karena terlalu ber-manner. T.T syedih ih...


Kalau ditanya mama hobby-nya apa? pasti jawabannya masak terus jalan-jalan terus belanja. Maklum ya ibu-ibu pasti gitu... Tapi mungkin memasak memang passion-nya ibu-ibu ya, selain ngedekor ala shabby chic kalau zaman sekarang mah. Mama suka roti, suka yang manis-manis, suka makan, makanya jadi gendut #eh. Karena kesukaannya itu mama terkena penyakit diabetes, jantung dan darah tinggi, ujung-ujungnya stroke. Sejak stroke aktivitas mama menjadi terbatas, ia tak lagi aktif dan selincah dahulu :).

Untuk merangsang kembali saraf motorik yang telah kaku mama dianjurkan untuk berlatih, selain itu mama juga butuh aktivitas yang merangsang kinerja otak. Menurut saran dari dokter, sebaiknya mama berlatih melalui aktivitas yang disukai. Karena memasak dianggap aktivitas yang berat, maka kita mengarahkan mama untuk melakukan aktivitas yang lebih ringan seperti melukis toples menggunakan cat acrylic, mendesign baju, menulis blog (masih draft) dan lain sebagainya yang ternyata tidak berhasil.

Satu-satunya yang berhasil mengembalikan mood mama adalah internet! Ia lebih bahagia di dunia maya karena bisa menemukan apa yang ia sukai. Salah satunya adalah menonton video tutorial memasak di Youtube.


Dari sanalah mama mulai memiliki keinginan untuk membuat sesuatu (memasak), ia mulai pergi ke dapur dan memerintahkan aku dan Bi Empat (ART) untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya. Horee !!! Our kitchen is on fire 😄

Jadi di setiap weekend kita punya main schedule untuk memasak, kebanyakan adalah uji coba dari resep di Cookpad, aplikasi berbagi resep yang sering ia kepoin sebelum tidur. Berhubung sekarang ini mama punya makanan pantangan, semua masakannya disesuaikan dengannya. Kita mah ikut...

Biasanya setelah selesai memasak ia meminta masakannya difoto kemudian dikirimkan ke adikku, mau pamer. Agar mudah sharing resepnya, aku membuat akun Cookpad, selain agar tidak lupa (resepnya) aku ingin mama tambah semangat memasaknya hehe. At least, ia ingat punya akun yang mesti di update.

Satu hal yang belum berubah, mama selalu ingin segala sesuatunya perfect, no excuse! Salah pake piring aja ngomelnya lama, apalagi saat tomatnya salah potong, pecyah syudah... Oh, itu belum termasuk dengan maintenance peralatan memasak dan Tupperware-nya, sekalinya ketahuan hilang... kelar hidup lo!

That is how I spend weekends nowadays, semoga istiqamah ya...

FYI. Akun ini milik berdua
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates