Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Ehmm ...

It’s K-drama! Hard to admit bahwasanya ada juga drama Korea yang worth to watch and review J A Gentleman’s Dignity (2012). Kalau biasanya K-Drama tokoh utamanya adalah seorang cewek / wanita maka kali ini tokoh utamanya adalah lelaki ... paruh baya. Karena menggunakan POV (point of view)  of those ahjussi, maka penonton akan diajak untuk melihat how men sees womens J

Menceritakan tentang kehidupan  4 orang lelaki paruh baya yang berteman sejak sekolah, yaitu Kim Do Jin (Jang Dong Gun) seorang arsitek, Im Tae san (Kim Soo Ro) seorang kontraktor, Choi Yoon (Kim Min Jong) seorang pengacara dan Lee Jung Rok (Lee Jong Hyuk) owner Mango Six (café).

Kalau F4 adalah gang anak muda, kaya dan berbahaya yang diendorse orang tuanya, maka mereka ini adalah F40 haha Kebalikan dari F4, ahjussi ini paruh baya, memiliki karir yang baik dan gemar ngeceng. Sedikit mirip dengan The Loft, namun dengan versi yang lebih kocak dan santai.


Karena bekerja di bidang yang sama, Kim Do Jin dan Im Tae San menjadi partner dan membuka perusahaan kontraktor. Suatu hari tanpa sengaja ia bertemu dengan Seo Yi Soo (Kim Ha Neul) seorang guru etika SMA and fallin’ at the first sight. Sayangnya, guru Seo ini naksir dengan Im Tae San yang menjadi teman main baseballnya.

Nah, Im Tae San yang nggak ‘ngeh’ kemudian berpacaran dengan Hong Se Ra (Yong Se Ah), seorang  pegolf professional yang menjadi teman serumah guru Seo. Kim Do Jin dan guru Seo kembali dipertemukan oleh insiden salah satu anak didiknya, Kim Dong Hyub (Kim Woo Bin).

Diantara temannya Choi Yoon adalah yang paling kalem, ia masih berduka atas kematian istrinya dan fokus di pekerjaannya. Adik Im Tae San yaitu Im Meari (Yoon Yi Ji) diam-diam naksir dengan Choi Yoon sejak duduk di bangku sekolah, ia sering curhat dengan guru Seo yang saat itu menjadi wali kelasnya.

Satu-satunya yang settled adalah Lee Jung Rok, ia menikahi Park Min Sook (Kim Jung Nan) seorang wanita kaya raya yang memiliki usaha di bidang properti. Meski sudah menikah Kim Jung Rok tetaplah seorang playboy, setiap kali ketahuan selingkuh istrinya selalu mengancam akan menceraikannya dan membuatnya jatuh miskin.

Karena usaha Kim Do Jin dan Im Tae San berada di wilayah kekuasaan istrinya Lee Jung Rok, maka mau tak mau mereka semua harus bahu membahu menutupi aib Lee Jung Rok. All for one and one for all.

Di tengah perjalanannya untuk settle: Kim Do Jin dan guru Seo yang memutuskan untuk berpacaran (officially), Im Tae San dan Hong Se Ra yang akan menikah meski masih sering putus nyambung, Choi Yoon dan Im Meari yang berusaha mendapatkan restu Im Tae San serta Lee Jung Rok dan Park Min Sook yang sedang memperbaiki hubungan. Muncul seorang anak lelaki bernama Colin (Lee Jong Hyun) yang mencari tahu siap ayah kandungnya.


Colin adalah anak dari Kim Eun Hee (Park Jo Mi), wanita yang pernah jadi kecengan ahjussi F40. Meski masing-masing pernah menyukai Kim Eun Hae, ayah kandung Colin adalah misteri. Siapa diantara ahjussi tersebut yang menjadi ayah kandung Colin?

Dengan datangnya Colin dan misteri siapa ayah kandungnya, hubungan ahjussi F40 dengan pasangannya mulai goyah, mereka mempertanyakan siapa diantara pasangannya yang menjadi ayah kandung Colin.

Mungkin karena tokoh utamanya adalah paruh baya, maka penonton tidak akan disuguhi adegan menye-menye tapi klise. Secukupnya. Walau tokoh utamanya terdiri dari 4 orang, pembagian porsinya balance jadi tidak terfokus pada satu orang saja. Then, ahjussi F40 ini kece-kece hehe lebih kece ketimbang oppa-oppa cantik (^.^)


FYI. The most interesting part di A Gentleman’s Dignity ini adalah teaser di setiap awal episode, konyol dan menghibur.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Kalau masih ada yang  mengeluh gambarnya masih belum bagus padahal toolsnya udah keren, coba deh ganti kertasnya.

Meski tergolong artpaper, tidak semua kertas cocok digunakan untuk sketching. Untuk watercolor kertas yang digunakan biasanya lebih tebal dan empuk karena harus bisa menyerap banyak air, sedangkan untuk marker, pen atau pencil yang termasuk golongan kering (dry)menggunakan kertas yang lebih tipis dan licin.

Aku mulai mengenal berbagai jenis pewarna dan kertas  serta berbagai teknik penggunaannya ketika kuliah. Diantaranya adalah cat air (water color), cat minyak (oil color), cat poster (gouache), pensil warna (coloring pencil), tinta (ink), crayon (oil pastel), soft pastel, charcoal, dan marker. Kertasnya  menggunakan kertas Concord, kertas Linen, kertas Canson, kertas Kalkir, kertas Roti dan kertas Padalarang.


Namun karena akses yang terbatas aku kini memilih untuk menggunakan sketch book, selain karena terlihat rapi dan praktis sketch book juga mudah ditemukan di toko stationary. Berbeda dengan  membeli kertas ukuran A0 di Balubur, meski harganya jauh lebih murah bawa pulangnya itu lohh ... ribet.

Then, setelah mencoba beberapa sketch book dari berbagai brand, aku masih merasa kurang puas karena produknya kurang ‘pas’. Ada sih beberapa yang memang bagus dan sesuai standar, selainnya tidak sesuai dengan spesifikasi yang tertera di packagenya. FYI. Tidak semua sketch book dengan embel-embel watercolor benar-benar cocok untuk watercolor.

Karena hal itu aku mencari option lain mengenai sketch book yang sesuai untuk sketching. Based on my research on IG hehe kebanyakan illustrator atau sketcher menggunakan moleskine untuk sketch booknya.

Moleskine Pacman edition (Google.com)

Moleskine?   
        
Moleskine adalah salah satu produk stationary asal Italia yang menjadi acuan note book atau journal saat ini karena desainnya yang classic. Pada awalnya moleskine digunakan untuk para penyair, thinker dan artist sejak era Van Gogh, yang artinya moleskine sudah ada sejak ±2 abad yang lalu, that is why moleskine mengusung tagline “legendary notebook”.

Mengikuti perkembangan zaman, moleskine kini hadir dengan desain cover yang lebih luwes dan hype. Seperti Doraemon, Hello Kitty, Star Wars, Avenger, Disney, Batman etc. Harganya? Tergantung ukuran sih ... tapi tetep ya ... termasuk mahal, untuk ukuran pocket sizenya saja harganya diatas Rp. 200.000 dan itu bukan yang limited edition.

Karena harganya yang lumayan itu jadilah aku mencari second option, setelah mencari-cari (termasuk ngepoin IG para sketcher) akhirnya aku menemukan scribble book yang diproduksi oleh Area 52, sebuah local brand asal Bandung.

Untuk saat ini ada 4 jenis scribble book yang ditawarkan oleh Area 52 Studio, yaitu scribble note, scribble book classic, scribble book watercolor dan scribble book multipaper.


Karena ingin mencoba semua coloring tools yang aku punya, aku akhirnya memilih scribble book multipaper.

BTW. Area 52 juga berkolaborasi dengan local artist merilis limited edition scribble book, bedanya dengan scribble book biasa adalah ilustrasi yang terdapat di halaman depannya.

Kalau sering feed walking di IG pasti tahu lah ... @toolkit04 (Andhika Nugraha), @iqbal_amirdha (Mochamad Iqbal Amirdha) dan @coretannino (Nino Puriando) . Yap. @toolkit04 adalah salah satu illustrator Indonesia yang berprestasi, salah satu karyanya adalah comission artwork untuk meet and greet Linkin Park fan base di Jerman.


So far aku cukup excited menantikan scribble book dikirim ke rumah dan setelah dicoba hasilnya pun tidak mengecewakan. Watercolor papernya sesuai dengan pakem waktu kuliah dulu hehe...

Finnaly arrived :) 

💓 the words

Back pocket + trading card inside

OK. Yang dibawah ini baru permulaan X) sisanya lanjut di @virtualholyday ya...

First sketch...
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments

Kadang suka heran dengan cowok masa kini, nggak mau kenalan dibilang sombong, nggak mau ngasih nomor handphone dibilang sombong, nggak mau ngasih tahu chatting id dibilang fakir kuota. Jirr ... Berat banget ya hidup di masa harta, tahta dan kuota kaya sekarang ...
FYI. I have a scanner on my eyes. Kalau sekiranya nggak penting-penting amat atau presentase kemungkinan bakalan lanjut apa nggaknya rendah, ya mending dicut dari awal. Tahu kenapa? Karena hidup terlalu singkat untuk dijalani dengan orang yang salah.
I don't give a sh*t. I give a statement.
And please ... be a smart guy. Sekarang kita hidup di zaman mana sih? Udah jelas ngeadd chatting ID yang pake nama asli, MASIH NANYA “ini Lestari yah?” Hedehh ... yakali admin olshop gak ketahuan namanya siapa.
Yang suka kirim kata-kata sok puitis buatan sendiri atau copas dari quote di group chat ... maaf anda tidak lolos di tahap ini, silahkan mencoba lagi di lain kesempatan. Bukan bermaksud untuk menyepelekan ya, tapi dengan standar bacaan dan diskusi berkepanjangan tentang segala hal “Plis deh lo pikir gue anak SMA yang seneng banget disekilin macem Zaskia Gothik?”
BTW. Kita hidup di zaman mana sih?
Yang suka background check pasti tahu aku ini pernah tinggal di pesantren, tapi ya namanya juga manusia yang tidak luput dari salah dan lupa, gak semuanya pelajaran bisa diingat kali. Seiring pilihan hidup dan waktu yang berlalu ... mungkin hanya sepersekian persen yang diterapkan di kehidupan sehari-hari.
Oh, kamu lulusan pesantren ya? Pinter dong Bahasa Arabnya? Suka ngisi ceramah dimana? Belajar Sharaf juga gak? Emang dulu belajar kitab kuning yang mana? Bisa baca arab gundul kan? Kapan-kapan mau diajarin Nahwu lah ... Selama di pesantren udah belajar apa aja? Eh, kalau kelasnya dipisah berarti gak kenal cowok dong? (-_-) Emang bisa ya pacaran di pesantren?
Waktu di pesantrennya dulu masaknya pake batu ya? (eitss, pasti yang ini nyangkanya pesantren kobong deh ... ) Emang pesantrennya dulu bebas banget ya? Pantesan bajunya sekarang nggak syar’i ... Kok ada ya pesantren kaya gitu? Dimana-mana juga pesantren mah harus prihatin, masak sendiri, nyuci sendiri, ngambil air sendiri, jemur kasur sendiri, kalau udah beres ngaji bantu-bantu ustadznya ngurus kebon sama ngasih makan kambing.
Yaawla ... Kita hidup di zaman mana sih?
Minggu pertama datang pake motor, ingin ngajak jalan. Tapi dicuekin karena ingin nonton The Maze Runner di FOX. Minggu kedua datang pake mobil, ingin ngajak jalan. Tapi dicuekin karena ingin nonton Hunger Games di FOX. Minggu ketiga datang pake mobil yang lebih baik dari minggu kemarin, ingin ngajak jalan. Tapi dicuekin karena ingin nonton Captain America - Civil War. Minggu keempat? BYE!
Menonton (expired) premiere movie di FOX sambil ngemil keripik pisang lebih menarik ketimbang ngobrol nonsense sambil makan makanan yang nggak ngenyangin.
Things doesn’t impress me. But people does.
BBB (Basa Basi Busuk) pada umumnya diawali dengan “Non, apa kabar?” kemudian “Sombong ya udah lama gak ada kabar ...”. Ketika chat hanya dibalas secukupnya tapi curhat ke temennya usahanya tidak membuahkan hasil.
Please ... Kita hidup di zaman mana sih broh?
Chat nggak dibalas, masih ada sms. Sms nggak ditanggepin, masih ada telepon. Telepon direject, masih ada Skype. Skype diignore, masih bisa kali kesini. Nggak kepikiran ya? hahaha Kalau Cuma sms atau chat mah si Mimin juga bisa meur ...
Eh, kita hidup di zaman mana sih?
(>.<) : Lagi apa?
(^.^) : Hmm ...
(>.<) : Ganggu gak?
(^.^) : Iya ganggu.
(>.<) : Emang lagi ngapain?
(^.^) : Lagi sibuk.
(>.<) : Sibuk?
(^.^) : Sibuk.
(>.<) : ???
(>.<) : ???
(>.<) : ???
(>.<) : Sibuk apa?
(^.^) : “click” *block this user
Peka dikit napa? Sibuk itu statement keleusss ...
Chat nggak dibalas malah ngadu ke orang tua. Syamvahhh. Pernah mikir nggak sih kalau chatting itu adalah komunikasi 2 arah, It’s only you and me, only ya bukan between. Emangnya chatting di group, semua orang bisa ikutan nimbrung.
Ada yang kecewa karena hanya ditanggapi seadanya, lantas sombong “Yang mau sama aku juga banyak”. Please, don’t fooling yourself with your ... ehm .. dumbness. Lah situ kalau emang laku ngapain ngechat sini?
Kita hidup di zaman mana sih? *flat face bukan flat earth
Some peoples think I’m so hard.
...
...
...
Yes. I did.
Ya iyalah. I couldn’t give someone a shortcut hanya karena dia (misal) kenal dengan orang tuaku, dengan saudara/saudariku atau dengan temanku. Semua orang memiliki kesempatan yang sama. Karenanya juga aku harus bersikap fair.
Bukannya membandingkan, tapi kalau yang yang lain mampu, why don’t you? Dan kalau memang tidak ingin dibandingkan, don’t make me ...



I’m Daryl Nixon. I don’t fall easily.
x
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments

Status sosial seseorang bisa dilihat berdasarkan akun sosial medianya, semakin keren akun sosial medianya maka akan semakin keren pula hidupnya, setidaknya itulah yang memotivasiku untuk jadi social media junker. Berbagai macam social media pernah aku sambangi, dari yang sedang hype sampai yang ecek-ecek.

Katakanlah Friendster, Facebook, Fupei, Plurk, Temanster (serius ... ini pernah ada), Zello, Twitter, E-Buddy, Path dan lain-lainnya yang aku lupa namanya pernah  oprek. Mau penting atau nggak harus punya akunnya, I want peoples know I was there.

Tapi itu dulu ya ... Sebelum akhirnya aku sendiri gerah.

Salah seorang temanku, yang aku follow akun Twiternya dengan tulus ternyata tidak pernah follback. 

Well ... mungkin ia sibuk atau nggak ‘ngeh’ dengan user name yang aku pakai. Itu hal yang biasa kan? Yang tidak biasa adalah dia juga tidak follback teman-temanku sekalian, satu-satunya teman seangkatan yang difollback olehnya adalah mantan kecengannya.

Kecengan yang sebenarnya nggak ngecengin dia *sigh

Kelihatannya receh banget ya bete gara-gara nggak difollback. But give me a reason why you should to choose for not follback me. Mungkin dia gengsi. Mungkin dia khawatir. Mungkin dia takut. Kalau  suatu saat nanti kita keceletot dan mengumbar aib masa lalunya. #eh ...

OK, I’ll considering about that  hehehe

Salah seorang lainnya berusaha menutupi masa lalunya dengan tidak mencantumkan nama sekolah yang telah memberinya gelar,  entah itu sengaja atau tidak, terselip harapan netizen (yakali artis) won’t notice. Bagi yang tidak tahu mungkin tidak akan menjadi masalah, tapi bagi yang tahu ... pasti mengangkat alis, dilanjut dengan ekspresi *smirk kalau nanti bertemu.

BTW, the more you hiding, the more we seeking.

Ketika masih kecil aku suka menonton beauty pageant di televisi, demi melihat wanita dengan standar 
3 B (brain, beauty, behaviour) melenggang di atas catwalk itu aku bahkan rela begadang. Dan diantara semua pemenang beauty pageant tersebut, ada salah satu jawaban finalis yang membuatku terkesan sampai saat ini.

Pada tahap grand final semua finalis mendapatkan pertanyaan yang sama “if your life was a movie, which part of the movie would you rewatch or remove? Please answer and give a reason?”

Finalis pertama menjawab “I want to rewatch the happiest part of my life, the family part because I love them so much and I want to make it stay forever”.

Finalis kedua menjawab “I want to watch the happiest part and remove the saddest part because everybody deserved to be happy, no one want to have the sad part of their life”

Finalis ketiga menjawab “I want to watch from beginning, I don’t want to rewatch or remove any part because no matter how happy I am or how sad I am, it is my life”.

Tentu saja semua juri setuju untuk memberikan gelar beauty pageant kepada finalis ketiga yang berasal dari Russia, selain memiliki 3 B ia juga memiliki pandangan yang realistis.  

Setiap orang berhak menentukan jalan hidupnya msing-masing, terserah mau menjalani hidup yang seperti apa atau dengan cara yang bagaimana. Terserah ... Namun, menghilangkan salah satu part (dalam hidup) tidak akan lantas membuat hidup seseorang menjadi sempurna. Perfect is imperfection.

Kadang aku bingung ‘ada apa sih dengan orang-orang ini?’

Kalau dulu kita menggunakan social media untuk bersosialisasi, yang pure untuk mencari teman dan menemukan teman lama, kini social media bergeser ke arah sebaliknya, menunggu untuk ditemukan. In viral lyfe you could be anything you want to be, termasuk pencitraan atau bahasa kekiniannya self(ish) branding.

Di pelajaran Sejarah SD, ada istilah kasta yang digunakan dalam masyarakat Hindu, kasta sendiri adalah tingkatan atau golongan orang-orang dengan spesifikasi tertentu dalam tatanan masyarakat. Kasta ditentukan berdasarkan family root (nenek moyang) dan bersifat permanen, yang artinya adalah takdir.

Seperti fashion cycle yang berulang, kasta kini muncul dalam bentuk yang lebih borderless. Orang sudah bisa memilih di kasta mana ia akan berada, mau low class, middle class atau high class sekalipun bisa ... tergantung check in dan photography sensenya.

Masih temanku, ia mewanti-wanti agar aku tidak mengetag fotonya yang (menurutnya) nggak cantik dengan alasan khawatir distalking gebetan atau rivalnya, ia juga memintaku menghapus tag pada semua fotonya dengan alasan yang sama. Hell ohh ...

Satu-satunya alasan yang reasonable kenapa ia melakukan hal seperti itu versiku, adalah karena ia juga melakukan hal yang sama pada gebetan atau rivalnya. Membanding-bandingkan dan mencari celah ‘nggak siap jepret’ yang diyakininya sebagai cela sosial.

Ia juga menggunakan fitur fake GPS untuk check in palsu, nonton film bajakan di kosan berasa lagi nonton premiere di bioskop, makan di warteg depan gang berasa lagi makan di cafe terhits seBandung raya. Yaelahh Mbak ... beban gengsinya berat bener ...  


So, never judge someone based on their social media account, mungkin itu hanya pencitraan ...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Ketika curhat penghujung tahun lalu adalah urusan “beli mobil dulu apa rumah dulu?”, maka curhat awal tahun ini dibuka dengan keresahan ala living on denial-nya Francis Lim. Belum lagi urusan birthday trip sekaligus bachelorette trip-nya Pici yang terancam gak jadi karena bridesmaid-nya absen ngurusin nikahannya sendiri.

Mungkin bagi sebagian orang tua yang anaknya masih single (and enjoying their life happily) adalah beban jika harus mengatakan: ya... nanti kalau sudah waktunya pasti menikah kepada pemirsa sekalian yang senang menonton kehidupan orang lain. Mereka yang bangga dan mengomentari sana sini karena anaknya menikah tepat waktu sesuai standar sosial. 

Eh, tapi gimana kalau anaknya nggak menikah tepat waktu? Apakah jawabannya: ya... nanti kalau sudah waktunya pasti menikah juga?

Just a question. Orang lain bahagia karena kita bahagia? Atau kita bahagia karena orang lain bahagia?

Pernah gak sih kepikiran, kalau ternyata kita nggak akan pernah hidup bahagia kalau bukan (menjalaninya) dengan orang yang diinginkan? Pernah gak? How if I’m not happy as I should be... why should I forced to be happy because it’s what peoples expect from me? I’m happy because I want to not because to.

Tapi balik lagi sih, it’s a life decision. Memilih untuk tidak bahagia juga adalah pilihan. There is a doubt on everything. Termasuk dalam memilih pasangan hidup. Kaya travelling, bukan kemana tujuannya tapi dengan siapa. Nah, untuk yang udah nikah, tahu dari mana pasangan yang sekarang itu jodoh? Yakin beneren jodoh? 😁.

***

“Cis, what made you fell in love with Inez? Apa karena elo itu udah punya karier? Udah punya green card? Dan lo butuh Inez sebagai pelengkap hidup lo, Cis?” Berondong Sisi.

“Hhhhmmm...”

“I think you are on denial, Cis... Elo ngerasa kalo elo tuh mesti move on dari seseorang... Dari what’s her name? Retno?” Lanjut Sisi.

“Si... Hhhhmmm...”

“Semua orang tahu betapa elo hancur... Berkali-kali pula... Oleh Retno. Dan kita semua happy melihat elo jatuh cinta lagi dengan orang lain. Menikah dengannya. Moving on. But if you’re having doubts... Well”

“...“

“Apakah lo sudah bener-bener move on dari masa lalu lo?”

Good question.

“You’re not in love, Cis... You just like the idea of falling in love with Inez”

“...”

“Membuat lo mengira bahwa elo sudah move on dari masa lalu lo”

Good point.

“Apa sih diem aja ?!? Respon kek!”

Semua yang dia katakan, menohok. Aku melayangkan pandanganku ke orang-orang di New York yang lalu lalang. Bertanya dalam hati apakah hidup mereka sebegini complicated. Angin meniup daun-daun yang mulai gugur, apakah angin itu bisa memberikan jawaban pada Sisi? No.

“Hhhhmmm... Gue gak ngerti mesti ngomong apa, Si. Kayaknya apa yang elo omongin itu bener semua... I just like the idea of falling in love... Hhhhmmm... With someone else.”

Untuk perasaanku terhadap Inez, aku memang bebal. Ini bukan kali pertama Sisi mengingatkanku. Sambil menerawang aku memperhatikan interior tempat ini. Sudah pukul sepuluh pagi tapi orang-orang masih saja mengantre dari tadi untuk menikmati berbagai sandwich atau cold cuts seperti salami, turkey atau roast beef dari delicatessen yang sudah terkenal sejak tahun 1888 ini.

“Can we please change the subject?”
“Can you please control your destiny?”

***

We always question life, but can life question us?

Can life question you?

***

Mengapa peluk diketatkan, sedang hati tak sampai
(Sapardi Djoko Damono)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates