Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Kami melanjutkan perjalanan menggunakan bis menuju Malang, tak banyak tingkah atau pun bicara kami lalui perjalanan dalam senyap. Lelap. Saya terbangun mendengar Rega kasak kusuk seru dengan orang asing, seorang pria paruh baya dengan kuku panjang yang meliuk-liuk. Berdasarkan penjelasannya, dia adalah salah dua dari pemegang rekor MURI untuk orang Indonesia dengan kuku terpanjang.

Tujuan kami di Malang adalah untuk menginap di salah satu kerabat Hany, jeda sejenak sebelum melanjutkan ke Pulau Sempu. Wajah dan logat kami yang bukan pribumi membuat kami berulang kali menjadi sasaran calo, begitu juga ketika membayar ongkos angkot yang lebih mahal daripada tarif lokal, meskipun kesal kami berusaha mafhum karena bukan di tanah sendiri.


Saya baru tahu kalau susunan seat angkot Malang itu agak berbeda, jika biasanya di Jawa Barat sana kursi tambahan disediakan di belakang front seat (supir) dekat dengan pintu keluar lain halnya dengan angkot di daerah Jawa belahan Timur, kursi tambahan terletak di tengah-tengah row seat (diantara kedua deretan kursi penumpang) dan yang kebagian duduk di row seat harus rela nyempil hehe

Pada malam hari kami diajak jalan-jalan ke Roma alias rombengan malam yakni sejenis pasar dadakan seperti di Gasibu Bandung, Roma hanya ada di malam hari saja, barang yang dijual biasanya adalah barang-barang loakan layak pakai dan dagangan lain khas PKL. Tujuan kami sebenarnya adalah untuk mengantar Pici mencari sepatu karena sepatu yang dipakainya jebol sesaat setelah kami tiba di Malang, malang sekali ya Pici hehe

Karena budget yang sungguh sangat terbatas kami mencarinya di Roma, meskipun ada beberapa lapak yang menjajakan sepatu belum ada satu pun yang cocok, yang menjadi masalah bukanlah model atau harganya tapi ukurannya. Pici yang bertubuh mungil, sepatunya juga kecil tapi ukurannya sulit ditemukan. Akhirnya setelah mencari-cari dan bongkar sana sini Pici menemukan ukuran yang cocok, urusan model sudah tidak peduli, harga? cuma Rp. 25,000 haha


Kami tidur ala-ala pindang, khusus malam ini kami tidur seperti papan karena kaki masih nyeri gara-gara jalan (nggak) santai di Bromo. Pada saat seperti itu saya kangen dengan kasur dan bantal-bantal saya di kamar, sayangg saya hanya bisa membayangkannya saja. Meskipun sudah tempel koyo dan menggosok minyak kayu putih disana sini sebelum tidur, keesokan paginya saya terbangun masih dengan kondisi otot yang kaku, bahkan sholat pun masih belum bisa normal.

Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan menuju Pulau Sempu, setibanya di Pasar Turen kami langsung dikerubungi oleh pengusaha transportasi setempat (angkot dan Honda a.k.a motor). Fahria dengan cekatan mencarter angkot untuk menghindari suasana yang merisihkan.

Sebenarnya, terjadi perdebatan diantara kami mengenai rencana ke Pulau Sempu, menurut Simbah Google biasanya Pulau Sempu ramai dikunjungi pada saat weekend (camping) sedangkan pada hari-hari biasa jarang ada yang camping. Kami khawatir jika tidak ada orang lain / kelompok lain yang camping dan yang terbayang di kepala saya adalah scene-scene film horror epic tentang sekelompok anak muda yang lagi liburan di pantai :(


Tadinya kami mau membatalkan niat ke Pulau Sempu, tapi setelah dipikir-pikir lagi rasanya sayang jika mengingat-ngingat perjuangan kami membawa tenda dan peralatan kemping lainnya dari Jakarta. Setelah berembuk kami putuskan untuk pergi ke Pulau Sempu, jika memang tidak ada seorang pun yang camping disana maka kami akan nekat camping di bibir pantai atau jika memang tidak memungkinkan kami akan menginap di penginapan yang ada di sekitarnya.

Deskripsi mengenai kota Malang kurang lebih seperti yang dituturkan Donny Dirganthoro dalam bukunya '5 cm', khususnya mengenai kebiasaan penduduknya yang memiliki kegemaran membolak-balikkan kata-kata, dari nama angkot yang kami tumpangi, jargon-jargon di baliho sampai dengan nama caleg pun tak luput dibolak-balik. Jika kamu mengunjungi kota Malang dan menemukan kata atau kalimat yang tidak dimengerti mohon jangan putus asa mungkin anda terbalik membacanya ehehe


SENDANG BIRU

Kami tiba di Pantai Sendang Biru menjelang sore, lalu menuju kantor Resort Konservasi Wilayah Pulau Sempu untuk mendaftar camping. Alhamdulillah... kami tidak camping sendiri :) dan untuk bisa camping kami diharuskan untuk menyewa jasa guide polhut untuk menunjukkan jalan, salah-salah bisa tersesat. Di kantor tersebut terpajang gambar-gambar hewan yang terdapat di wilayah konservasi Pulau Sempu diantaranya adalah owa jawa, monyet, harimau dll tadinya saya pikir Pulau Sempu hanyalah pulau tak berpenghuni yang biasa dijadikan tempat kemping, tapi ternyata merupakan wilayah konservasi hewan-hewan khas Pulau Jawa.

Pulau Sempu terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian Timur, jaraknya tidak terlalu jauh, bahkan terlihat jelas sekali dari Pantai Sendang Biru. Untuk mencapai Pulau Sempu kami menyewa jasa perahu nelayan, Mas Kapal ini menawarkan untuk menjemput kami keesokan harinya dan tentu saja kami iyakan.




Sendang Biru merupakan deskripsi yang lugas mengenai tempat ini, airnya yang biru jernih dan tebal merefleksikan langit dengan sempurna, ombak yang menabrak-nabrak tak membuat kami urung untuk melihat dasar lautnya. Di bagian barat laut Pulau Sempu terdapat batu karang yang menancap kokoh dari dasar laut, menurut Mas Guide batu tersebut dijadikan gapura penunjuk bagi kapal-kapal asing di jaman kolonial.

Tujuan kami adalah sebuah laguna kecil di bagian barat daya Pulau Sempu, sebenarnya akan lebih dekat jika langsung menuju ke laguna menggunakan perahu namun sayangnya tak satu pun gentar menghadapi ganasnya ombak laut selatan. Perjalanan melalui jalur darat menghabiskan waktu sekitar 2-3 jam tergantung sikon dan kemampuan, jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh hanya saja medan yang dilalui cukup sulit, jalanan yang licin penuh lumpur menyisakan beberapa pasang sandal dan sepatu terbengkalai hehe







Tanah yang terjal dan curam berkali-kali membuat saya terjatuh dan akar pohon yang bergelimpangan sering membuat kami terantuk, belum lagi kemunculan hewan-hewan penghuni Pulau Sempu yang tiba-tiba membuat saya selalu was-was serasa diawasi. Takut digabrug.

Ketika kami tiba sudah ada beberapa tenda milik sekelompok muda mudi yang sedang asyik main air, kami dan Mas guide pun lantas mendirikan tenda untuk menyimpan barang bawaan sebelum akhirnya ngacir foto-foto. Laguna tempat kami camping memiliki pesisir yang landai dengan pasirnya yang halus dan dikelilingi oleh tembok karang yang tinggi serupa benteng, di salah satu sisi terluar tembok karang itulah terdapat sebuah lubang yang berfungsi sebagai jendela yang menghubungkan laguna dan Samudra Hindia.

Dan satu lagi jangan harap untuk mencoba-coba mendekati lubang tersebut, sekali terseret maka akan terhempas keluar, tidak mudah untuk bisa kembali dan terlalu sulit untuk bertahan maka hanya ada 1 kemungkinan : tenggelam. Menikmati laguna Pulau Sempu secara pribadi membuat kami sadar, tidak semua hal ingin dibagi dengan orang lain, sebelumnya kami berharap bisa camping dengan orang / kelompok lain tapi setelah sampai dan menikmatinya kami malah berharap untuk sendiri.







Pada awalnya saya merasa kecewa karena merasa Gunung Bromo lebih menarik ketimbang laguna Pulau Sempu, tapi akhirnya saya tersadar, bukan masalah menarik atau tidaknya saya kecewa, tapi lebih dikarenakan saya kecewa tidak bisa menikmati Pulau Sempu seperti saya menikmati Gunung Bromo, ketika masih segar dan berapi-api. Kelelahanlah yang membuat saya tidak bersyukur

Pada malam hari kami memasak dengan menu yang amburadul hehe menanak nasi dicampur sarden kalengan menggunakan kompor parafin bukanlah pilihan yang tepat, sadar hasilnya jauh dari memuaskan kami berusaha memperbaikinya dengan menambahkan mie rebus ala kadarnya, jangan tanya rasanya, karena masih lebih baik daripada tidak makan sama sekali.





Disaat tenda sebelah gonjrang-gonjreng cekikian asyik tenda kami sudah sunyi senyap hehe Tenda yang kami gunakan adalah milik Fahria yang khusus dibawa dari Jakarta demi camping di Pulau Sempu ehm... milik Najwa (adik Fahria) yang suka main tenda-tendaan di dalam rumah. Ukurannya yang tidak seberapa membuat kami harus rela tidur dempet-dempetan, lalu ada Rega yang ngotot ingin tidur satu tenda karena takut tidur di luar. Saking pulasnya kami tidak sadar kalau malam itu hujan turun, diantara kami hanya Pici dan Mas Guide yang sanggup berlarian untuk menyelamatkan jemuran dan tas-tas kami.

Keesokan harinya kami terbangun dengan porak poranda, karena hujan semalam kami tidur dihiasi dengan toping pakaian 1/2 kering dan tas-tas yang isinya berhamburan. Meskipun Pici mengocehkan (b/d)eritanya semalam kami hanya menanggapinya dengan tertawa-tawa dan bersikeras menganggap aksinya adalah resiko karena tidak tidur pulas.




Kami sempatkan naik ke atas tebing untuk berfoto-foto, tidak boleh terlalu dekat karena ombak yang keras berpotensi untuk membuat badan limbung, jika kurang beruntung bisa jatuh ke samudra. Anyway... pemandangannya indah sekaligus bikin ngeri.

Meskipun enggan kami memaksakan diri bongkar tenda dan berbenah, masih ingin disini, tapi mengingat waktu yang telah saya curi cukuplah sampai disini. Mas guide mengarahkan kami menuju rute yang berbeda dari yang kemarin, lebih cepat dan agak landai, dengan kata lain jalan pintas !!! Hadehh Mas... Tau gitu kemarin kita lewat sini dehh..



Di perjalanan pulang itulah Mas Guide cerita tentang Pulau Sempu, intinya jangan datang ke Pulau Sempu dengan niat buruk atau akan terjadi sesuatu.

Pernah ada seseorang yang datang untuk berburu burung, tak tahu bagaimana dia menghilang, setelah dicari selama beberapa hari akhirnya dia diketemukan di atas tebing terluar, sendirian. Lalu ada sekelompok mahasiswa pria yang camping, di perjalanan pulang salah satu dari mereka bertemu dengan seorang wanita, entah bagaimana dia mengikuti wanita tersebut dan kemudian diketemukan beberapa hari setelahnya di dalam hutan. Selainnya adalah kecelakaan-kecelakaan akibat terjatuh dari tebing atau tenggelam di lautan. So, be careful dear...




Mas Perahu sampai tidak lama kemudian, lalu kami menuju Pantai Sendang Biru. Disana kami harus menunggu beberapa saat Bison yang kami carter datang, tujuan kami selanjutnya adalah Stasiun Kepanjen, menurut jadwal kereta kami akan berangkat beberapa jam lagi.

Mas Bison yang satu ini cukup mengerti keinginan kami, Bisonnya dikemudikan dengan cepat. Pada saat kami diburu waktu ada saja rintangannya, seperti misalnya saat Bison kami sedang on fire alias (rada) ngebut tiba-tiba ada serombongan anak sekolah yang menyebrang jalan... lama... sekali... oh... murid satu sekolahan bubar... berjamaah... Mereka berjalan santai sambil sesekali berceloteh riang dengan temannya sementara kami sudah keringetan panas khawatir ketinggalan kereta, geregetan!!!

Tapi itu belum seberapa dibandingankan dengan tiket bodong haha

Kami tiba tepat waktu di Stasiun lalu bergegas memasuki peron, karena ada keterlambatan kami harus menunggu hingga beberapa saat yang kami habiskan dengan berfoto-foto. Pada saat kereta mulai terlihat di kejauhan, barulah kami sadar belum beli tiket, berlari-lari saya dan Fahria kembali ke loket untuk membeli tiket.


Sepertinya Mas Tiket kurang peka kalau kami terburu-buru, meskipun sudah ada panggilan 'kepada seluruh penumpang ...' beliau tetap tak bergeming bahkan memberikan tiketnya, satu-persatu, kemudian menghitung uang kembalian dengan cermat dan teliti sebelum memberikannya kepada kami. Setelah mendapatkan tiket kami berlari-lari dan ikut berebut kursi dengan penumpang yang lain.

Perjalanan penuh kenyarisan hari itu mengantarkan kami menuju Stasiun Malang. Hal yang pertama kami lakukan adalah mandi. Saya belum merasakan mandi sejak kemarin lalu ditambah busik lengkat ala air laut dan keringat hasil lari-lari hari ini membuat saya merasa kotor hahaha ... Beruntung kami menemukan satu tempat mandi yang cukup bersih di pinggir gedung kantor kereta api, bergantian kami mandi sampai puas.



Selesai mandi kami berjalan-jalan sambil melihat-liat kereta, siapa tahu kereta kami sudah datang. Kami pun masuk ke dalam sebuah tempat makan, ketika kami sibuk memilih-milih makanan terdengar suara 'kepada seluruh penumpang...' lalu terdengar suara-suara gaduh antara penumpang dan kondektur dari kereta di depan kami, siap untuk berangkat.

Serasa diingatkan Fahria bertanya tentang kereta yang akan kami naiki kepada Ibu Warteg. Jawabannya menghetak kami, kereta yang nyaris berangkat di depan kami adalah kereta yang kami tunggu-tunggu. Tanpa membuang waktu kami berlarian naik ke dalam kereta meninggalkan Fahria dan Pici yang sibuk memaksa Ibu Warteg membungkus makanan secepat kilat. Masih teringat dalam benak saya bagaimana Fahria dan Pici berlarian mengejar kereta dengan ransel yang kebesaran dan keresek di pergelangan tangan, tadinya saya pikir mereka akan ketinggalan seperti di film-film hehehe



Kami habiskan malam di kereta dengan kaki yang masih pegal karena sulit sekali untuk digerakkan, mempersulit posisi duduk kami yang tidak nyaman. Penumpang yang lalu lalang di setiap perhentian dan pedagang asongan yang seliweran tidak membuat kami benar-benar tertidur. Maklum kereta ekonomi hehe

Setelah Hany turun di Yogyakarta, kini giliran Pici, Fahria, Rie dan Rega turun di Stasiun Cipeundeuy a.k.a Stasiun Malangbong karena mau menjenguk mamanya Icunk, akhirnya tinggal saya sendiri melanjutkan perjalanan sampai Stasiun Bandung. Sedih sih hehe... Udah lecek, kumal, gak ada yang jemput... eh, nggak deng, ada yang jemput haha



Saya pergi liburan ditengah-tengah SP (semester pendek) dan jatah bolos per mata kuliah adalah 3 hari, karena mata kuliah tersebut diadakan 3 hari dalam seminggu, otomatis jatah bolos saya habis dalam minggu ini, itu artinya saya harus masuk di hari-hari berikutnya. Sayangnya salah satu mata kuliah yang saya ambil terpaksa gugur karena suatu hal dan lain sebagianya hahaha ... tinggal satu mata kuliah lagi, yang membuat saya puyeng bukan main adalah ... UTS Meskipun saya datang tepat waktu (sehari sebelum UTS) saya harus mengerjakan tugas-tugas hutang bolos dan tugas penunjang UTS : (

Jadilah... Ketika teman-teman liburan saya sedang dalam masa pemulihan pasca liburan, saya masih sibuk begadang bikin sketsa huftt...

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Tujuan berikutnya adalah Air Terjun Madakaripura,

Entah bagaimana caranya Fahria berhasil melobi Mas Bison untuk mengantarkan kami ke Air Terjun Madakaripura. Entah bagaimana caranya juga Fahria tahu tentang tempat itu dan entah bagaimana caranya pula kami bisa sampai kesana dengan kondisi fisik dan mental yang memble karena jalan-jalan 20 km di pagi tadi.

Yang saya ingat adalah Bison kami melewati jalanan yang berliku, melewati rumah-rumah khas perkampungan yang punya ayam di pekarangan serta kebun-kebun palawija di kanan kirinya. Kadangkala diselingi oleh sawah-sawah dan hutan-hutan yang mengingatkan saya akan cerita mistis jaman kolonial.


Kami tiba sekitar pertengahan hari lebih sedikit, kaki kami yang pegal cukup mempersulit perjalanan. Menurut guide yang kami sewa, sebenarnya, pihak pengelola sudah membuatkan jalan semen menuju ke air terjun namun hancur karena banjir bandang di tahun 1998 ketika Presiden Suharto lengser. Air yang mengalir merupakan air dari daerah  Bromo, jika di daerah Bromo hujan deras maka sudah pasti debit air di air terjun Madakaripura pun tinggi. Biasanya, cuaca di air terjun Madakaripura sama dengan cuaca di Bromo, jika tidak memungkinkan maka pengelola air terjun akan menutup akses menuju air terjun untuk meghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Pada suatu hari yang naas itu, cuaca di air terjun Madakaripura cerah sekali dan banyak pengunjung yang berdatangan. Tak disangka, di daerah Bromo telah turun hujan lebat yang mengakibatkan banjir bandang dan menjatuhkan bebatuan besar dari atas. Banyak korban berjatuhan karena insiden tersebut dan pihak pengelola memutuskan untuk menutup sementara air terjun Madakaripura. Saya kurang tahu pasti kapan air terjun Madakaripura dibuka kembali untuk umum, namun pada saat kami mengunjunginya (2010) tempat tersebut sudah mulai ramai dikunjungi.


Mendengar cerita mas guide yang horror itu kami was-was seketika, khawatir kalau ada apa-apa (you-know-what-I-meant-huh). Seakan menjawab pertanyaan kami, Mas Guide itu bilang 'kalau lihat apa-apa atau yang aneh-aneh jangan panik, pura-pura gak lihat aja yah...' hadeeuuhhh... nambah merinding aja... 

Kami beristirahat sebentar di warung darurat sekadar jajan-jajan gorengan, belum makan lagi sejak tadi pagi di Bromo. Karena jalan semennya sudah rusak, maka terpaksalah kami harus melewati jalan tanah di pinggir-pinggiran sungai, kalau jalannya sudah habis ya nyemplung ke sungai hehe 

Melihat air terjun yang bergemericik dan lumut yang tumbuh subur hingga dinding-dindingnya membuat saya percaya bahwa air terjun Madakaripura adalah air terjun terindah yang pernah saya kunjungi. Bahkan saya berpikir sedang berada di
fairy land sedang mencari peri sebesar capung yang seliweran kesana kemari seperti di film Barbie hehe



Namun, yang menjadi tujuan sebenarnya  adalah air terjun yang letaknya paling ujung. Membentuk 2/3 lingkaran tidak sempurna dan dialiri air yang cukup deras, disanalah letak Madakaripura atau dalam bahasa terjemahan bebas adalah tempat bertapanya Patih Gajah Mada di masa lampau, yaitu di dalam ceruk yang terdapat di belakang air terjun.

Karena kedalamannya yang mencapai sekitar 2 m belum lagi ditambah dengan derasnya air yang mengalir, saya pikir siapa pun juga akan mengalami kesulitan untuk mencapai ceruk (yang letaknya lumayan tinggi).

Karena penasaran saya tanya Mas Guide
S      : 'mas, gimana caranya Gajahmada sampai ke atas?'
MG  : 'gak tau lah mbak, pokoknya dia bisa sampai ke atas'
S      : 'ohh ... terbang ya mas?'
MG : 'mungkin mbak, dia kan ORANG SAKTI !!!'

OK, case closed !!!

Setelah mencukupkan diri berfoto, kami segera memutuskan hengkang karena khawatir Mas Bison kesel nungguin. Meskipun di area dekat loket sudah disediakan MCK, tak satupun diantara kami yang berminat untuk mandi, terlanjur lelah mungkin.



Pada Mas Bison, kami semua berpesan agar diantar menuju terminal bis karena mau lanjut ke Malang, tapi menurut Mas Bison akan lebih cepat kalau menggunakan kereta api, setelah ditimbang-timbang kami putuskan untuk menggunkan kereta api saja seperti saran Mas Bison, meskipun sebenarnya khawatir tidak kebagian tiket atau salah jadwal.

Dan memang, kami ditipu mentah-mentah sama Mas Bison. Ketika sampai di stasiun kami tidak mendapati satu pun kereta menuju Malang seperti keinginan kami. Sialan !!! Pantas saja Mas Bison langsung tancap gas begitu kami selesai menurunkan barang. Setelah tanya sana-sini kami diarahkan agar menaiki angkot menuju terminal, sepanjang perjalanan kami habisakan bersungut-sungut dan memaki Mas Bison sampai haus.

Tips
  • Jika ingin mengunjungi air terjun Madakaripura, lebih baik menggunakan Bison dari Bromo karena sulit mencari transportasi ke sana.
  • Jika tidak berniat untuk basah-basahan, lebih baik menggunakan raincoat atau payung karena air akan bercipratan seperti gerimis.
  • Jika tidak ingin repot membawa snack, tersedia beberapa warung darurat yang menyediakan aneka makanan dan minuman (harga sedikit diatas harga normal).
  • Gunakan pakaian dan alas kaki yang nyaman, atau setidaknya tidak mempersulit perjalanan.
  • Berhati-hatilah membawa kamera atau ponsel, akan lebih baik jika kamera atau ponsel menggunakan waterproof case.
  • Check terus moda transportasi yang akan digunakan untuk pulang (jam keberangkatan), hati-hati kena tipu hehe
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Some people said: Life begins on the 25th, some people said: The 25th is the climax of maturity and some of them said: You're in sensitive age of talking about marriage *yes, mostly.

Today is my birthday, I was born on 29th January 25 years ago in a small hospital in a small city called Subang. I was raised by the nicest parents who treated me as a princess hehe (trust me, my childhood is full of happiness). I lived in an ideal family as advertised on television, doing all family things such as dinner, watching movies, playing, studying, and biking on the weekend, also (I save the best for the last) I can get everything that I wanted (I had a private Becak). Envy? yes, you do hehe. At that time my family is on average to above level, so they wouldn't worry spent the money for us (me and my sister).

Like every people in the world, everybody must have their circle of life, sometimes at the bottom level, sometimes at the average level, sometimes at the above level, and sometimes monotonous permanently. This is life.

Then, my parent divorced. I stayed with my mother and sister in our old house without a father, only us. I never imagined this thing would happen, it's feel like the sky is fallen, leaving a big hole full of people who looking at us on top (so... it's kind of a Transformers scene hehe). I'm really not understanding and confused so much. The worst is I feel so tiny, I mean I am just shocked and can't mind this thing can happen to every family in the world. This condition makes me unsatisfied. I remember I ever told my school friend after watching drama on television, I would escape anywhere if my parents divorced. Do you know? It's cliche. No matter how hard I imagined the escape and how hard I'd struggle, it was still hard to leave my family behind. Trust me.

I adored the Harry Potter series since I read the review in Bobo magazine during elementary school, it's the hottest magazine of the 1990 era. I fell in love with J.K. Rowling's artificial magic worlds (I guess she is a man), a perfect story that is blowing my mind and stuck the delusion of living in magical worlds. I'm so crazy about Harry Potter. I also bought the Hogwarts major book, the DVD, the theme song cassette, the key chain, the fan, the watch, the clock and the stationary such as rulers (I had more than 5 pcs), notes, erasers and many more. it does not include Cinemags (a movie magazine) and the bonus: big posters and movie items.

My cousins had been living in a boarding school in Garut for years, I ever visited her once. My mother (a little bit) was shocked when I told her that I want to go to boarding school like my cousin, I don't tell her the reason behind it exactly, maybe she thought I want to escape, but the reality is I want to try living in dormitory-like Harry Potter. I just want to full fill my childhood curiosity about living separated from my parents, I guess I could do anything my parent banned because there no one knows me, and no one knows my past... haha it sounds like an action movie right.

So there I am, I left my hometown and all the things inside after I graduated, I ignored a chance for school in the best Junior High School and I do not regret it. Maybe my sister thought that I'm so arrogant, left her and my mother for the better option by myself. But hey! This is my life, I would do anything to make it better as long I can handle it. I would like to have a better life and this is my first step to make it true. Don't worry about me :).

If I can conquer this, I could survive anything (haha... so drama).

And... the journey begins...

We came from our hometown to boarding school as (rookie) Junior High School students, our parents handed over us to the guide teacher in their high expectation that some days would see us being a religious people who lead people in the right way. I remember the first night we lived in the dormitory, we're crying together until midnight, At that time I'm not crying because too excited about living separated from my parents (do I? Hehe) My first crying moment is when I heard my mother sound on the telephone, I feel so far away from home and missed her so much.

My first move is adapting, It's quite hard at first, I must wake up at night (3 PM still dark) and take a bath quickly, go to school after Shubuh praying (seriously, I am shocked) wear my Columbia's uniform completely, then have a breakfast/lunch/dinner with unknown menu's (please... I'm suffering) in the public dining room which had a super tiny television attached on the wall, also need to reset my mind because of the holiday is Friday not Monday and the school started from 5 AM until 9 PM (that's why our school called SMA 59). By the way... girls and boys are separated...

The most difficult thing about adapting to new friends is their personal habits, not everyone same as me. I sleep together with 20 friends in a room called a dormitory, actually, I like sleeping alone in the darkness silently (most of my friends are afraid of the dark, so they keep the light on). You can imagine how disturbed I have heard the noise in my head during sleeping, some nights I am the last person who stays until midnight, waiting for silence.

I memorized my 64 friends by their shoes, sometimes I can't recognize their faces because similar to others. MABICA (Masa Bimbingan Calon Anggota) or OSPEK made us know each other, at least our group friends. After that, we came closer and like to introduce ourselves by making a biodata (self-profile) on loose-leaf paper with the best handwriting and unique decorations.

My desk friend (we're sitting together) is Nisa, her sister is my cousin's friend, nothing wrong with her but almost all of my friends hate her. I don't know the reason, but I did it too (and regretted it so much). She got bullied by us because one of my friends (let's call her Pacux) hated her and provoked us. Pacux is kind of queen bee wanna-be, but her nasty behavior made us double thinking about being friends with her.

We grew up as the most rebellious and fearless gang in the school (junior and senior high school united), because sometimes (or always) fighting with our seniors. Not everyone is brave enough to fight, what we had is a great solidarity against them together and making a joke of it. Cruel? right! We're not bad people (actually, we're nice :D), we do not like to argue or fight because what we want is to do what we wanna do and we don't like if there is anyone tried to stop us, we're lived in our world and never care to other people as long as we're happy. VIF (Very Important Friend).

I was involved in some teenage crimes, such as food corruption, bullying seniors (juniors forgave), climbing multipurpose buildings, escaping to Pengkolan a.k.a Ceplak street, stealing peanuts and sweet potatoes in a garden beside the dormitory, dating with a boyfriend, wearing a jeans and shorty dress (OMG!!!), playing poker before sleep, arguing with guide teacher, listening radio during the class (only a few of my friend who focused to the teacher), absent the class, sick acting, vandalism school properties and many more, I couldn't tell every detail of our crime because it's too much haha Don't ask about the school things, for us school is the second, the primer is how we spent the days.

We start our maturity by taking care of the organization (it's a kind of OSIS), having the responsibility of helping us for solving the problem. We were busy for the whole year, making the event, making the training, making the schedule, and blah... blah... blah... Our mind is full of school things, organization things, and relationship things.

BTW, my school is separating boys and girls classes, it's difficult to have a boyfriend but I made it. Almost every night I got a letter, it could be from anyone, maybe from my friends, maybe from my seniors or maybe from my juniors, the contents is the same they want to know more about me and be a friend. I spent the night by reply their letter (and writing the diary) hehe...

My Junior and Senior High School years were still the best part of my entire life, less school, bullying more, happy together, and enjoying the days. We had tons of fun everyday :* :* :*

Here is Charli XCX's video, her song represents our daily life exactly.


Note: We're so famous, the teacher always told about us and our crimes to their student as a comparison. Until now.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
When I stayed in Boarding School at Garut, I discovered that I do many (interesting) things to enjoy my monotonous life. Besides tried to learn more about the Garut area by walking around it or just tasting the food through Ceplak Street. 

At that time, I spent my Holy Friday hangouts in Garut Great Mosque just for stalked dating people hehe. Then I like to spend my time by windows shopping in Griya Yogya (I'm not always bought stuff from there except for my monthly needs). Or sometimes, I watch a movie in Intan (emergency) cinema; of course, the movie quality is the same as a pirating CD. If I had more time, I slept over at my friend's house.

Those are some of my ways of enjoying Garut, but the most distracting is taking a photo. In that era, camera cellphones not yet booming as nowadays, we should go to a photo studio and wait for the printout. And there I am... Hehehe

Almost every month, I went to the photo studio, is it with a close friend or a group; we just wanted to have fun. It can be in Cahaya Eropa or Nuansa Studio; that studio is valuable to us. 




 




Then, the Photobox era is coming, and I'm going crazy about it. I can't let myself skip a Holy Friday without Photobox. Actually, it's not only me; my whole classmate are going crazy about Photobox, and it's not only us but almost all of my school girls too.


The differences between Photobox and photo studios come from the sensation of quickly thinking about the next pose. Sometimes in the Photo studio, we feel shy about expressing our feeling because the next queue has already entered and following our photo sessions. But in Photobox, no one is watching hehe.

We could choose the printout, even if sometimes we fight about it. The ideal numbers are 4 people; the template supported it; if more than 4 people, I'm sure there will be next fighting about the dividing of photo quantity. That's all girl's problem, everyone wants the best pose for themself, doesn't care about another friend hihihi

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
OK here is my 2014 caleidoscope, I made it just for fun, no more and no less.
  1. Moment of this year
  2. My cousin Tries had a baby boy, he is the star of our family.
  3. My cousin Puput is married at 19th y.o. unbelievable but it's true, HWD  :* :* :*
  4. My sister Widyastari graduated as Fashion Designer.
  5. I went to Biawak Island in the middle of nowhere Javanese sea and got dizzy (seasick effect) for almost 1 week later.
  6. I spent my pra Lebaran Holyday at the hospital because of Typhus, it's the second time in my entire life I've got hospitalized.
  7. I don't take a picture as usual on Lebaran Holyday because I had to bed rest, that's why I just instreaming 1 picture.
  8. I resigned, and it automatically makes me resign.
  9. I don't care anymore about my job since I asked to resign.
  10. I spent my jobless day making my CV and portfolio, writing more for my blog, cleaning up my home, and scanning old pictures.
  11. Also, I took the spiritual tour, visiting random places wishing for a good life and God's blessing.
  12. I bought a bicycle, but only use it at the weekend.
  13. I went to marathon weddings of Fahria (Jakarta) and Mazia (Yogyakarta) in just by one night, believe it or not, I'd make it real!!!
  14. I join food processing training to increase my cooking skill, finally, I can make nuggets and egg nuts, also burned bread with un delicious soybean milk.
  15. I went to You C 1000 and Yakult Manufacture for Industries tour with the Dharma Wanita group, it makes me feel like a married woman.
  16. I've got itchy hands and feet during rainy seasons, maybe it is because of stress or allergies.
  17. I stayed at my gran (B) a (H) house on New Year's night, writing these 2014 things, and realize that only I stayed until the last firework burst and trumpet chimed because everyone had slept as usual night.

Favorite things of this year
Most favorite songs: Taylor Swift - Shake It Off, Jessie J, Ariana Grande, and Nicki Minaj - Bang-Bang and Meghan Trainor - All About That Bass
Most favorite movies: The Hobbits, Now You See Me, and The Hunger Games
Most favorite serial: Games of Thrones
Most favorite character: Queen Elsa (Frozen)
Most favorite book : Divortiare (Ika Natassa)
Most favorite IG : Diana Rikasari
Most favorite snack: Papa Pop
Most favorite items: Eiger sandals
Most missing items: Glasses

Most heartbreaking moment: When Adam Levine announced his plan for marrying Behati Prinsloo :( :( :(
Saddest moment: When I spent Lebaran Holiday without my uncle (he passed away)
Happiest moment: When I resign, I feel free hehe
Most favorite moment: When I stalked #20factsaboutme randomly on IG
Most surprising moment: When I read the cabinet minister's name, I never guess they were all from Indonesia
Most awaiting moment: When I (or we) waiting for President election result
Quote of this years : DO(n't) (qu)IT

2015 Resolution

  1. Praying more
  2. Have a good job
  3. Saving money
  4. Traveling more
  5. Caring more
  6. Respect more
  7. Writing more
  8. Reading more books, magazine and people thought
  9. Going to Skins Doctor
  10. Going to Eyes Doctor
  11. Going to Dentist
  12. Take swimming class
  13. Buy camera
  14. Buy traveling equipment, I'm sure I'll go traveling
  15. Attending my friend's and relation's weddings
  16. Cleaning up my desk after used
  17. Envy less
  18. Hating less
  19. Lazy less
  20. *secrets
I hope I can complete this next year
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates