Sebelum berangkat ke Lampung saya nggak pernah benar-benar mencari tahu dengan serius tentang Pulau Kiluan, hanya sebatas membaca di blog. Di bis Ica sempat cerita tentang asal usul Pulau Kiluan, menurut info yang dia dapatkan: Kiluan berarti permintaan, konon di masa lalu ada orang sakti yang meminta dikuburkan di pulau itu.
Untuk mempermudah perjalanan kita sepakat menyewa mobil Colt bertudung (yang biasanya dipake satpol PP) untuk antar jemput. Jadilah kita mesti rela kembali ke posisi semula dengan formasi awal di mobilnya Ucup orang-barang-orang-barang-orang-barang-orang-barang-orang. Sayangnya, orang mesti mengalah karena barang bawaannya kelewat banyak, beberapa dari kita duduk di dekat pintu masuk, kaki tak sampai... melambai-lambai sepanjang garis pantai.
Mamet dan Rey memilih untuk duduk diatas mobil. Mengambil alih petualangan.
Matahari Lampung sukses bikin kita sauna |
Semakin lama semakin resah, semakin dalam semakin gelisah, rumah-rumah berjajar, ternak bertebaran, ladang melandai. Tetangga yang berumpun, berjemur dan berkipas-kipas. melihat mobil kami seakan perhatian yang biasa, cukup diamati. Ada anak-anak pulang sekolah, beriringan tapi sepi sendiri-sendiri. Girang disapa kami. Pemandangan yang tak biasa: bukit-bukit palawija, tanah kering hampir tandus, tambak garam semuanya. persis seperti mimpi-mimpi saya sebelumnya tentang indonesia dengan filter vintage.
5 menit yang begitu sebentar
Di perjalanan menuju Pulau Kiluan kita bosan-sebosannya, udah mulai berhalusinasi jajan minuman berasa berwarna dan berembun. Sayangnya, kita nggak menemukan ada toko kelontong atau warung kecil yang bisa disinggahi. Ratum yang Arif angkat bicara "gue yakin disini gak ada Alfamart" meski kita faham bahwa itu hanyalah ungkapan kesusotoyan, terbersit harapan Alfamart benar-benar ekspansi sampai sini. Toh bahkan di puncak Parongpong pun ada Alfamart.
Eits, sebentar...
1 menit
2 menit
3 menit
4 menit
5 menit
HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
Taa... Daa...
Kali ini @inforatum mesti legowo ditampar semesta bahwa 5 menit setelah mengemukakan statement, kita (akhirnya) menemukan Alfamart. Kebahagiaan yang sungguh tak terperi karena selain mendapatkan minuman berasa, berwarna dan berembun kita bisa ngeceng-cengin Ratum sampai puas.
Uji coba lensa photochromic, nggak terlalu bagus, nggak akan pake lagi •́ ‿ ,•̀ |
Absen dulu ya... Pepi, Uus, Mamet, Rey, Daniel, Ican, Ica, Edo, Boceng, Jajang, Ratum, Ono, saya. Yang fotoin kita: Wisnu. |
Mendorong perahu nggak ada apa-apanya dibanding jadi Sangkuriang |
Pergi ke Pulau Kiluan seperti pergi ke bulan, dari jauh terlihat mulus berliku-liku naik turun mirip lagu, kenyataannya cacat berlubang dan berkelok-kelok sepanjang jalan, sampai di tujuan. Sampai di bibir pantai, ada jeda untuk mendorong perahu sampai lepas karena laut belum pasang. Saat di perahu saya melihat segunduk daratan di tengah laut, dilihat dari jauh ibarat sekepalan tangan.
Kita segera memasang tenda karena udah menjelang sore, 1 tenda terpasang kokoh dan 1 tenda terpantau runtuh. Dari sekantung telur yang ditanam di dalam beras, hanya 30% yang berhasil diselamatkan, sisanya melebur dalam butiran beras. Perjuangan sekali mengambil sisa martir yang selamat diantara rekan-rekannya yang gugur. Untungnya chef Boceng mampu menyulapnya menjadi makan malam.
Kamp pengungsian :) |
Malam itu udaranya lumayan hangat, jadi sebagian peserta tour memutuskan untuk tidur diluar tenda. Lengkap dengan gonjrang gonjreng nggak jelas sambil chit chat nggak penting. Bangun tidur saya langsung standby di pinggir pantai, jalan kesana kemari padahal masih pagi. Eh, ini pagi pertama di pulau Kiluan...
Yang pertama nyemplung ke laut adalah Ratum, beliau mau ngecek safety pantai, apakah ada Bulu Babi atau Hiu. Rencana kita untuk melihat lumba-lumba mesti pupus karena harganya yang nggak masuk budget. Sebagai mahasiswa tingkat akhir rasanya agak kurang bijak, sebab TA butuh biaya haha Sambil menunggu Ratum screening kita duduk-duduk galau di pinggir pantai, lapar... Ingin makan belum ada yang inisiatif masak. Mau bikin, males juga bikinnya, yaudahlah pasrah aja ngemil.
Sadar akan basah-basahan, nggak ada satu pun dari kita yang mandi, langsung nyebur haha Peralatan snorkling-nya kita sewa ke bapak yang menjaga pulau.
Sekilas info (yang bukan dari @inforatum)
Di pulau Kiluan, tinggal sepasang suami istri pemilik pulau, tinggal bertiga bukan dengan anaknya, melainkan dengan anggota TNI yang berdinas. Sehari-hari mereka menyewakan kamar, tempat untuk berkemah, peralatan berkemah, peralatan snorkling dan lain-lain. WC dan tempat mandi sudah termasuk fasilitas :) Mereka menyediakan supply makanan seperti air mineral, mie instan, kopi dan lain-lain yang membuat kita aman.
Untuk sinyal HP masih perlu rebutan, kalau ingin mendapatan sinyal mesti stay di dekat tiang pemancar. Terimakasih Telkomsel, karenamu kita bisa mengabari orang tua di rumah.
Awal-awal nyelup, masih rapi. |
Efek tembem ini dipersembahkan oleh kerudung yang udah nggak pada tempatnya. |
Udah mulai kepanasan, tapi masih keukeuh ingin di air. |
Kita yang sikut-sikutan demi bisa masuk frame, nggak ada yang bener mukanya~ |
Kita menemukan banyak bintang laut biru, ketika di dalam air mereka lunak, ketika di udara mereka mengeras. |
Lebih lebar ketimbang mukaku. |
Putra duyung. |
Awalnya, hanya jalan-jalan di pinggir pantai. ada ombak, mulai mencelup kaki ditabrak-tabrak. Lalu lalu lalu lalu... apalagi? Kita sibuk. Sibuk sekali. Nggak peduli dengan panas yang menyengat dan bisa bikin burik. Nggak peduli dengan air laut yang gurih rasa kuah Indomie saat tertelan. Nggak peduli dengan penampilan meski yakin perlu retake saat difoto. Kita menghabiskan setengah hari untuk bermain di laut, melupakan fakta bahwa sebenarnya kita sedang tanning terselubung.
Harusnya kita pulang di sorenya, tapi Kiluan terlalu jauh untuk kami datangi lagi, maka dengan senangnya kita putuskan untuk tinggal sampai besok. Ada nikmat yang perlu disesap saat ini. Sisa hari kami habiskan dengan berjalan-jalan mengelilingi pulau yang ternyata nggak luas-luas banget. Malamnya datang 2 turis Rusia yang makan sarden langsung dari kalengnya.
Badan udah lengket tapi masih belum ingin mandi |
Nggak ada yang main disini karena tebingnya curam dan ombaknya besar. |
Mencari kerang karena gabut |
Alhamdulillah akhirnya mandi. Saya pake legging-nya Jajang, malu pakenya karena berbunga-bunga. |
Sunset-nya beda angle. |
Besoknya, kita beres-beres kilat karena perjalanan masih panjang huhu Sedih banget meninggalkan Pulau Kiluan, sedih banget kembali melewati jalan yang rusak, sedih banget memikirkan TA-ku nanti. Untuk mempersingkat waktu kita pulang ke Bandung pake bis dan diturunkan di depan kampus, kocak sekali ya udah kaya mau ekskursi.
Pulau Kiluan masih bermain-main dipikiran.
Terima kasih Ican udah mewakili kita yang nggak berniat move on dari Pulau Kiluan, galaunya dapet :) |
Isi otak seminggu kemudian~ Nikmat banget kan |