Dengan berkembangnya fashion design di Indonesia saat ini, turut berkembang pula sense of design di masyarakat. Tingginya
market demand membuat industri fashion berlomba-lomba memenangkan market competition yang berimbas langsung kepada designer selaku trend research dan trend maker. Oleh karena
itu designer dituntut harus lebih inovatif dan kreatif dalam menciptakan suatu design, jika masih ingin bertahan di
industri fashion yang tumbuh dengan
pesat.
Bukan
hal yang mudah untuk memunculkan orisinalitas design, apalagi jika berkecimpung di industri fashion yang notabene memiliki cycle
of trend. Salah satu trend
yang berkembang adalah dengan memasukkan unsur kearifan budaya lokal ke dalam design, dalam hal ini tentu saja berupa
kain seperti batik, songket, jumputan, sasirangan dan lain sebagainya.
Batik
masih menjadi primadona dalam industri fashion,
khususnya dalam lini ready to wear.
Sebagai salah satu warisan budaya yang ditahbiskan oleh UNESCO, batik memiliki
keunggulan dalam hal keberagaman motif dan teknik yang digunakan.
Pada
umumnya batik dikombinasikan dengan material berwarna polos untuk mendapatkan
kesan balance, karakter batik yang fully printed membuatnya agak sulit dikombinasikan dengan material yang
serupa. Jika tidak ditangani oleh ahlinya, maka yang akan terjadi adalah messy design. Namun tampaknya hal tersebut tidak berlaku bagi Batik
Amarillis, sebuah local brand asal Tangerang yang memproduksi
produk ready to wear batik.