Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.


Let me introduce the character first...

Adele (Kate Winslet) is a beautiful woman who had a big interest in dance, in the past. She is depressed because of lost her several babies during on pregnancy, especially the last baby born. That condition made her husband leave her for his secretary. After that, she feels that the world is so cruel to her, and that’s why she is afraid to meet people and rarely leaves the house.

Henry (Gattlin Griffith) is a calm boy who lives with his mother, he has a schedule on the weekend for meeting with his father (and his new family too). That condition made him lose a father figure in his teenage life.

FrankChamber (Josh Grolin) is a convict, he (accidentally) murdered his wife and his son (actually, another man's son). He escaped from jail after getting surgery in hospital.

The story begins when Henry goes to the supermarket with his mom Adele, he meets with a bloody man who asks to take him into their house. At first, they act awkward... but they get closer after, at that time they don't know that Frank is a convict.


After a few days living together, they realized that Frank had everything they needed, a husband figure for Adele and a father figure for Henry. Also, Frank enjoyed having they’re. They did all regular family activities together such as playing baseball in the backyard, making a peach pie, and spending the afternoon together. They seem like a real family.

,
Then, they decided to escape to Canada to start their new life as a family, it’s a difficult situation because Frank is a convict and the cops hunting him. But, the desire to have a new life made them (Frank and Adele) become so serious and start packaging the stuff. Henry is confused, on one side he is very sad because he must separate from his (real) dad, but on the other side, he is very excited to start a new life with a new family.

On the it day (the escape day) Henry went to his father's house to send a goodbye letter and told him that they were moving to Canada. Unfortunately, there are so many (accidently) obstacles. From the cops who followed Henry, the curious neighbor until when Henry's father read his letter.

Absolutely, their plan isn't going as well as they expected, the police came after Henry's father reported. Frank feels guilty about taking them (Adele and Henry) into a difficult situation to decides to act as kidnappers and tie up them in the house, of course, the police can arrest him easily. It’s the saddest moment for Adele, she lets the police take Frank from her... while she needs him beside her. 

After that Adele and Henry tried to negotiate with the police and say that Frank acted, but no matter how hard they tried to light up Frank punishment, it was still nonsense. The judge gave Frank 15 years of extras for his kidnapping act.

Adele loses Henry right and stays alone in that house and Henry visits her on weekends as he does to his father in the past. They’re trying to visit Frank in jail but isn't working, Adele spent her life writing letters to Frank, but those letters are never answered.

And time goes by...

Frank finds Henry's address in the magazine and writes him a letter, he is very happy about Henry's business and asks about Adele, he thinks Adele is married and wishes for a chance to meet her after his punishment is over.


Note: Henry's (Gattlin Griffith) face reminds me of Harry Potter cast Daniel Redcliff in an early Harry Potter movie.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kali ini saya tak sengaja menonton The Crossing di Celestial movie channel, awalnya saya kira film ini adalah film perang-perangan yang akhirnya mati semua dan berniat ganti channel, eh... tapi mendadak berubah fikiran ketika melihat Song Hye Kyo di film tersebut.

The Crossing adalah sebuah film besutan John Woo yang berlatar Perang di Tiongkok, film in dibuat menjadi 2 bagian. Menurut hasil searching, film ini sebenarnya menceritakan tentang kapal yang tenggelam karena kelebihan muatan, tapi untuk part 1 ini belum diceritakan secara detail bagaimana kapal tersebut tenggelam, baru diperlihatkan bahwa kapal tersebut merupakan transportasi utama antara Shanghai (China) dan Keelung (Taiwan). 

Di part 1 ini kita akan diajak untuk mengenal personality tokoh-tokohnya  terlebih dahulu seperti film India. Film ini berpusat pada 3 pasangan berbeda latar belakang yang saling terkait, and here they are...

Yang pertama adalah Zhou Yunfen (Song Hye Kyo) dia adalah seorang wanita kelas atas yang memilki kegemaran menari dan bermain piano. Di suatu pesta tak sengaja dia bertemu dengan Lei Yifang (Huang Xiaoming) seorang jendral muda yang sedang naik daun.



Then, hubungan mereka pun berlanjut hingga jenjang pernikahan, tentu saja tak ada penolakan atau pertentangan dari pihak keluarga. Keduanya merupakan pasangan yang sangat serasi. Tak berapa lama kemudian LeiYifang ditugaskan untuk menjaga pos di Keelung, pada awalnya Zhou Yunfen menolak namun karena situasi politik yang sedang memanas mereka akhirnya meninggalkan Shanghai.

Di Keelung, Zhou Yunfen tinggal di rumah yang disediakan oleh Lei Yunfen. Rumah bergaya Jepang yang adorable itu membuatnya betah, apalagi ketika dia mengetahui bahwa terdapat piano di dalamnya. Pada suatu hari dia menemukan diary milik seorang gadis bernama Masako Shimura (Masami Nagasawa) yang disimpan di belakang lukisan, lukisan itu dibuat oleh Yan Zenkun (Takeshi Kaneshiro).

Sedangkan yang kedua adalah Yu Zhen (Zhang Zi Yi) seorang perawat miskin yang harus berjuang untuk terus hidup, salah satunya adalah dengan menjadi joki foto untuk tentara single yang ingin menambah jatah ransum,diantaranya adalah Tong Daqing (Tong Dawei). Merasa terkesan mereka pun berjanji untuk saling menunggu, sebuah janji yang serius karena keduanya jatuh cinta pada pertemuan yang pertama.


Yu Zhen yang berharap bisa bertemu dengan Tong Daqing selalu sigap memeriksa nomor tentara pada setiap jenazah, berharap itu bukan Tong Daqing. Wajar saja jika Yu Zhen sangat khawatir, karena Tong Daqing bertugas di garis depan di bawah pimpinan Lei Yunfen. Untuk menyambung hidup Yu Zhen pun mencari pekerjaan sampingan, karena ketatnya persaingan akhirnya dia pun menjadi pelacur, pilihan (umum) terakhir wanita pada masa itu. 

 
Yang ketiga adalah Masako Shimura (Masami Nagasawa) ia adalah seorang gadis Jepang yang tinggal di rumah yang kini ditempati oleh Zhou Yunfen, di masa lalu ia adalah kekasih Yan Zenkun. Dia dan keluarganya terpaksa meninggalkan Taiwan karena gejolak politik yang melanda negeri itu. Selain itu hubungan keduanya sangat tidak direstui oleh ibunya Yan Zenkun yang acapkali disindir dan dimaki tetangganya karena kedekatan anaknya dengan orang Jepang. Bahkan, ibunya tidak pernah memberikan surat-surat yang dikirim Masako Shimura untuk Yan Zenkun.



Dr. Yan Zenkun adalah seorang dokter yang baru saja pulang bertugas di WW II (World War II / Perang Dunia II),ia membuka praktik dokter di rumahnya di daerah Keelung.Dia terkejut ketika Zhou Yunfen memberikan diary milik Masako Shimura kepadanya seraya meminta izin untuk menggunakan lagu yang ia temukan di rumah itu.

Sementara itu di medan perang, pasukan yang dipimpin oleh Lei Yunfen mulai mengalami kelaparan, karena kasihan melihat pasukannya sudah tak makan selama berhari-hari Lei Yunfen pun merelakan kudanya dibunuh untuk dijadikan makanan, setelah itu satu persatu kuda pun disembelih demi memberi makan pasukannya.

Keadaan bertambah buruk ketika Lei Yunfen tidak mendapatkan perintah atau bahkan menerima kabar dari pasukan lainnya. Mereka dibiarkan kelaparan dan kedinginan di tengah badai salju tanpa adanya perintah yang jelas, beberapa dari mereka bahkan ada yang beralih ke pihak musuh karena diimingi-imingi makanan dan tempat yang lebih layak.

Lei Yunfen yang teguh pada pendiriannya memutuskan untuk tetap bertahan, ternyata mereka kalah perang sedangkan sisanya memutuskan untuk menyerah dan bergabung dengan musuh. Disaat genting seperti itulah, datang tawaran untuk menyerah yang jelas ia tolak, maka sudah bisa dipastikan mereka berperang habis-habisan.

Di tengah peperangan itu Lei Yunfen meminta Tong Daqing untuk memberikan diary miliknya ke Zhou Yunfen, karena memiliki firasat tidak akan kembali dari peperangan seperti janjinya, Tong Daqing menyanggupi permintaan atasannya.

Selanjutnya,

To be continued ... Part 2

Ada sedikit credit di akhir filmnya, yaitu scene pelabuhan yang chaotic karena banyak orang yang berebut menaiki kapal meninggalkan Keelung, salah satunya adalah Dr. Yan Zenkun. Disana (kapal) Yu Zhen bertemu dengan Tong Daqing yang terluka sepulang dari medan perang, sayanganya kegembiraan mereka tak bertahan lama karena tiba-tiba kapal menabrak karang dan tenggelam.

Tadinya saya pikir akan menemukan The Crossing Part 2 keesokan harinya karena berfikir ini adalah film lama, ternyata... The Crossing Part 1dirilis pada tahun 2014 dan The Crossing part 2 baru akan dirilis pada tahun 2015. Mungkin baru beberapa bulan lagi saya bisa menonton yang part 2...

Dengan storyline yang padat dan apik film ini layak mendapatkan êêêêê
BTW, tidak banyak review yang bisa saya temukan mengenai The Crossing. So, I hope this one is helping you...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Saat ini perkembangan teknologi sudah tidak dapat lagi dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari bahkan sudah menjadi bagian dari keseharian. Dengan adanya gadget invasion seperti laptop, tablet dan smartphone sulit rasanya kita bisa menjalani hidup tanpa harus bersentuhan dengannya, apalagi dengan bermunculannya berbagai social application yang memanjakan eksistensi user di dunia virtual.

Dampak yang ditimbulkan pun beragam, ada yang pro dan ada yang kontra, meskipun awalnya perkembangan teknologi ini digunakan untuk untuk mencapai teknologi lainnya yang lebih mutakhir, tak jarang ada juga yang menyalahgunakannya. Jika dibiarkan cyber crime ini bisa merusak moral seseorang, terlebih lagi jika cyber crime ini sudah memasuki kehidupan sehari-hari.

Hal itulah yang menjadi latar belakang film The Den, sebuah film yang menceritakan tentang penyalahgunaan teknologi di kehidupan nyata. Menyorot dampak negative dari cybercrime,The Den sukses memberikan gambaran penyalahgunaan teknologi yang mengintai kehidupan kita di masa mendatang.

Adalah Elizabeth, seorang mahasiswi yang sedang melakukan penelitian dengan melakukan video chatting dengan user lain (random user)dalam waktu seminggu secara nonstop. Awalnya semua berjalan lancar, ia menemukan hal-hal baru dan berkenalan dengan beberapa user.

Suatu hari ketika Elizabeth melakukan video chatting ia melihat langsung pembunuhan sadis yang menimpa lawan bicaranya, terkejut dengan kejadian itu ia lantas menghubungi polisi. Sayangnya, baik polisi maupun kawan terdekatnya menanggapi video tersebut sebagai internethoax,  Elizabeth yang penasaran kemudian meminta bantuan teman yang dikenalnya lewat video chat untuk mencari sumber video tersebut.

Video chat user yang menayangkan pembunuhan sadis itu pelan-pelan mulai memasuki kehidupan Elizabeth dan mulai menerornya. Belakangan diketahui bahwa semua orang yang terkait dengan Elizabeth dinyatakan hilang atau meninggal, tak jera dengan semua itu Elizabeth pun bertekad untuk mencari tahu kebenarannya.

Mungkin ada benarnya juga ungkapan “Bukan kita yang menonton televisi tapi televisi yang menonton kita” karena di ending film ini kita akan dikejutkan oleh kenyataan yang sangat menohok. Bisa jadi ketika kita sedang asyik menoton orang lain, kita puntak sadar ada orang lain yang sedang menonton kita.

FYI, film ini menggunakan menggunakan point of view kamera laptop, gadget dan CCTV, seolah-olah sedang livestreamming. Setidaknya kita akan sedikit pusing ketika menontonnya, terutama di beberapa adegan seperti saat berlarian atau berkelahi. Yang agak mengganjal adalah sikap konsiten Ann yang selalu membawa laptopnya kemana pun ia pergi, bahkan dalam situasi yang genting sekalipun ia tetap berusaha mati-matian untuk mempertahankan laptopnya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Untuk memeriahkan hari kemerdekaan RI yang ke 70 (keluarga) kami mengadakan perlombaan  17 Agustus di Gran(d)m(b)ah House a.k.a Rumah Mbah di Dawuan. Karena kami yang mengadakan, maka kami juga yang menjadi panitia.

Demi mensukseskan acara , kami menyusun acara dari H- 2 minggu sebelumnya, yang mana memang tak benar-benar tersusun sampai di hari H. Meskipun perlombaan yang dibuat sederhana dan seadanya, hal itu tidak menyurutkan semangat ibu-ibu untuk ikut berpartisipasi. Tak henti-hentinya kami tertawa melihat aksi kocak ibu-ibu yang berusaha keras memenangkan perlombaan.

Lomba makan kerupuk (too much ambitions)

 
Lomba membawa balon

Lomba jalan kompak

Geng panitia

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Belum ke Palembang kalau belum lihat jembatan Ampera dan makan Pempek, begitulah kira-kira pesan ayah sebelum pesawat take off, intinya ia menyuruh (saya dan adik) mengunjungi Golden Gate-nya Palembang yang berwarna merah itu dan mencicipi Pempek langsung di tempatnya, bukan Pempek dengan cita rasa gubahan yang biasa kami makan. 

Saat berada di pesawat, yang terbayang dalam benak saya mengenai Palembang adalah sebuah kota diantara perkebunan palawija dengan guratan sungai dan selalu jadi destinasi wisata host-host ganteng stasiun televisi swasta.

Ketika menginjakkan kaki di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, kami disambut dengan teriknya matahari sore Palembang yang diatas rata-rata, kalau Subang sudah termasuk kategori panas banget Palembang ini termasuk kategori panasnya kebangetan. Rasanya seperti terjebak di mobil tanpa AC yang kena macet mudik lebaran berkilo-kilo meter di tol Cipali, kepanasan dan keunang tanpa daya diterangi pantura heat.

Kedatangan kami ke Palembang sebenarnya untuk menghadiri pernikahan adik ipar sepupu kami yang menikah dengan orang Palembang, sebagai keluarga besan yang belum sempat dikenal tetangga sekitar. Selain saya dan adik rombongan kami terdiri dari 5 orang tua yaitu uwak dan 4 orang sepupu, tadinya mama juga ikut namun karena kondisi kesehatannya yang belum pulih mama  memilih untuk tinggal di rumah ditemani salah satu uwak saya.

Sampai di rumah ipar sepupu, kami langsung disuguhi Pempek homemade dan welcome drink yaitu semacam juice yang terbuat dari Jambu Biji Merah dan Timun (a.k.a bonteng di Jawa Barat), call it minuman kesegaran. Lalu ada Kue Bolu Ketan berwarna hijau, ungu tua dan putih yang memanjakan lidah kami dengan segera. Setelah puas menyerbu makanan yang disuguhkan, kami pun lantas menuju rumah lainnya untuk membongkar koper, SMP banget ihh... hehe...

Esok harinya disaat uwak kami sibuk bersosialisasi di dapur, kami anak mudanya pun turut sibuk, sibuk mencari informasi tempat wisata terdekat dan rute transportasi menuju kesana. Untungnya, ada beberapa sepupu lainnya (kerabatnya ipar sepupu) yang juga memiliki rencana sama seperti kami, demi kelancaran perjalanan dan mengatasi kendala berbahasa kami semua pergi bersama-sama.

Dari Sekojo kami naik angkot sampai PTC (Palembang Trade Centre) yang maha sepi, abaikan saja, kami yang datang terlalu pagi, karena geje akhirnya kami memutuskan untuk makan ice cream dari Singapore franchise. Kemudian, karena PTC terlalu mainstream kami putuskan untuk menuju jembatan Ampera menggunakan angkot yang ngetem di depan PTC.

Rata-rata angkot di Palembang memiliki 3 buah pintu, pintu depan, pintu tengah dan pintu belakang di bagian kiri, tidak seperti angkot yang umumnya ditemui di Pulau jawa yang tempat duduknya saling berhadapan, angkot di Palembang ini semua tempat duduknya menghadap ke depan seperti halnya mobil safari, meskipun ada beberapa diantaranya yang memiliki tempat duduk normal.

Kami sampai di Benteng Kuto Besak sekitar tengah hari, kabarnya terdapat museum di dalamnya, namun karena waktunya kurang pas kami tidak menyempatkan diri untuk mengunjunginya. Kami memilih berteduh di bawah pepohonan yang terdapat di pagar Benteng Kuto Besak sambil makan rujak, dari sana kami juga bisa melihat jembatan Ampera dan sungai Musi lengkap dengan kapal tongkang yang hilir mudik.



Meskipun terletak di pinggir sungai Musi yang notabene adalah tujuan wisata, jarang sekali saya melihat PKL (Pedagang Kaki Lima) membuka lapak, paling hanya ada beberapa pedagang asongan dan jasa foto keliling, sudahlah, mungkin mereka lelah. Kalau di Jawa Barat kami bisa menemukan pedagang Gorengan hampir di setiap kelokan, disini kami hanya bisa menemukan pedagang Pempek menghampar luas entah itu Pempek basah, Pempek kering, Pempek bakar atau Tekwan dengan segala turunannya.

Cara penyajiannya pun unik, pedagang tersebut akan memberikan semangkuk kecil (seukuran wadah jelly tempo dulu) kuah pempek dan sebuah garpu, garpu tersebut ditujukan untuk menusuk Pempek yang sudah dibeli (maksimal 2). Cara makannya ialah dengan menggigit Pempek terlebih dahulu baru kemudian menyeruput kuahnya, bergantian, seperti makan Bala-bala dengan Leupet. Dengan banyaknya kuota pedagang Pempek, maka tak heran jika saluran airnya agak berbau asam, bukan berbau busuk khas sayuran seperti di tempat asal kami.

FYI, rata-rata pedagang menyediakan tempat sampah sendiri, jadi jangan sungkan untuk menanyakan tempat sampahnya. 

Ketika awan teduh mulai muncul kami segera berlarian ke pinggir sungai Musi, perfect timing untuk berfoto.

Setelah puas tanning, kami memutuskan untuk segera pulang ke rumah karena acara utama yang menjadi alasan kami datang akan segera dimulai. Untuk mencapai angkot menuju Sekojo kami harus berjalan kaki terlebih dahulu ke depan Mesjid Agung Palembang melewati jalan-jalan lebar tak berbelas kasih, ya, tak berbelas kasih. Entah kenapa para pengendara tidak mau menghentikan laju kendaraannya padahal kami sudah memberikan kode lambaian tangan,dan kami baru bisa menyebrang ketika jalanan benar-benar lenggang.

Kami datang ketika semua orang sudah bersiap-siap menyambut calon mempelai pria, tak perlu banyak gaya, secepat kilat kami berganti pakaian dan memasang hijab, padahal muka belum dingin. Menunggu adalah hal yang melelahkan, karena seringkali tanpa sadar mata kami terpejam dengan sendirinya, bahkan kami tertidur di kursi tamu saat acara ijab kabul berlangsung.

wefie biar nggak ngantuk

Menurut kebiasaan masyarakat sekitar, akad nikah biasanya diadakan setiap hari Jum’at, jika ada 2 atau 3 pernikahan dalam jumat tersebut, bapak penghulu akan mengunjungi mereka semua secara bergiliran, itulah kenapa akad nikah dilaksanakan pada sore hari. Sedangkan untuk resepsi bisa dilaksanakan kapan saja, tergantung kesanggupan yang punya hajat. Biasanya mempelai wanita akan ikut menari (dengan para penari) untuk menunjukkan rasa sukacitanya, acara selesai setelah sesi berjabat tangan dan makan-makan.

Yang menarik adalah menu makanannya, tersedia 2 jenis nasi yaitu nasi putih biasa dan nasi samin yang berwarna vermillion (nasi samin adalah nasi biasa yang dimasak menggunakan minyak samin layaknya nasi goreng), rasanya gurih namun tidak berlebihan. Lalu ada telur balado yang secara visual irit bumbu , tapi ketika dimakan pedas sekali. 

Ada juga ikan besar dengan bumbu kuning yang jadi incaran ibu-ibu tamu, awalnya kami kira ikan tersebut adalah ikan dari sungai Musi (mengingat ukurannya yang besar), ternyata itu adalah ikan Patin air tawar biasa karena kebanyakan orang tidak menyukai ikan sungai Musi yang berbau lumpur. Ahh ... sayangnya tak ada satu pun dari semua menu yang saya capture, lupa hehe

Keesokan harinya, kami (full team) berangkat pagi-pagi demi menghindari tanning, ternyata untuk mencapai BKB (Benteng Kuto Besak) kami hanya perlu menaiki bis Trans Musi dari halte di depan lorong (nama lain dari gang), hanya 1 kali tidak perlu berganti angkot seperti yang kami lakukan kemarin.

Kami berhenti tepat di depan Mesjid Agung Palembang yang konon sudah berdiri sejak abad ke 17, arsitektur bangungannya merupakan campuran dari 3 kebudayaan yang mengakar di Palembang yaitu Melayu, Arab dan China.

Di depannya terdapat air mancur yang (katanya) lebih bagus kalau dilihat pada malam hari. Terdapat bendera negara-negara ASEAN dan pagar pembatas di sekeliling air mancur tersebut, yang berguna untuk menghalangi orang gila mandi disana. FYI, cipratan air mancur serasa sedang gerimis, let’s keep the camera...





Kami kemudian berjalan menuju BKB (lagi) karena sebagaian dari kami ingin melihat Jembatan Ampera dan Sungai Musi, jaraknya lumayan dekat dengan Mesjid Agung. Namun, kami lebih tergoda untuk sarapan Pempek 6(^.^)9 jadilah kami berhenti sebentar untuk mencicipi Pempek dan Tekwan di samping Kantor Pos. Saya sendiri lebih memilih Tekwan karena tergoda kuahnya yang mengepul sedangkan adik saya memilih Model (sejenis Pempek tapi bukan Pempek, katakanlah variasi) yang menyegarkan.

Setelah sarapan, kami langsung menuju BKB dengan semangat (n.n) Cuaca yang mulai panas tak menyurutkan keinginan kami untuk berfoto-foto. Sebenarnya saya ingin sekali mengunjungi Pulau Kemaro (kemarau) yaitu pulau yang terdapat di tengah–tengah Sungai Musi entah di bagian mana, yang terdapat kelenteng di bagian dalamnya. 






As far as I searched, Pulau Kemaro adalah pulau yang terbentuk dari kapal seorang Raja yang kaya raya dan membawa banyak harta benda karam. Sayanganya, tidak semuanya berminat pergi kesana karena lebih tertarik untuk membeli oleh-oleh di Pasar Enambelas. Yasudah lah, mungkin lain kali ...

Kenapa dinamakan Pasar Enambelas? Karena terdapat di los Enambelas, isshhh ... bagi saya jawaban tersebut kurang memuaskan, dan saya berharap ada penjelasan yang lebih historis dan ilmiah untuk penamaan Pasar Enambelas (O.O).

Dan benar saja, di sepanjang kolong Jembatan Ampera terdapat PKL yang selama ini saya cari. Dari mulai pempek, kemplang, jeruk, mainan, pakaian sampai charger semuanya tersedia, tinggal pilih. Masuk ke dalam Pasar Enambelas kami disambut dengan suasana pasar baru Bandung tempo dulu, sesak dan rawan menyenggol-nyenggol.

Di dalam terdapat aneka kios-kios yang menjual pakaian dan souvenirs khas Palembang, saya kurang sreg kalau harus membeli kain songket sebagai oleh-oleh, selain harganya yang mahal tekstur kainnya keras dan kasar membuat saya urung membelinya. Akhirnya memilih kain jumputan, tekstur kain yang lembut dan warna yang gonjrang–ganjreng (n.n) membuatnya lebih menarik, harganya? Relatif, sekitar Rp. 100.000 – Rp. 150.000. / pcs.

Keluar dari Pasar Enambelas kami kembali menuju Mesjid Agung untuk menunaikkan shalat dzuhur, angin sepoi-sepoi di teras mesjid membuat saya sulit beranjak. Karena bingung mau makan siang dimana akhirnya Agit mengajak kami menuju IP (International Plaza), demi memenuhi standar wisatawan kami makan di gerai ayam goreng franchise yang antriannya penuh sampai ke pintu depan.

Pemerintah Palembang mengatur agar satu daerah dipusatkan berdasarkan barang yang dijualnya, misalnya toko buku, di sepanjang jalan atau daerah tersebut semuanya berjualan buku, tidak ada yang lainnya, kalaupun ada biasanya masih berhubungan dengan buku seperti toko stationary atau jasa percetakan buku Yasin. Hal tersebut memudahkan (calon) pembeli untuk membanding-bandingkan kualitas barang dan harga. Tentu saja para pedagang bersikap fair karena urusan rezeki sudah ada yang mengatur.

List oleh-oleh:
- Jumputan
- Kemplang 
- Kerupuk Palembang 
- Pempek 

Mmhhh... untuk urusan pempek kami serahkan pada yang lebih ahli hehe Agit membawa kami ke salah satu toko Pempek yang laris di Pelambang, Pempek Candy, yang terletak di depan hotel Novotel. Disana tersedia berbagai pilihan paket Pempek dengan range harga antara Rp. 100.000 – Rp. 500.000, selain pempek mereka juga menjual aneka makanan khas Palembang lainnya seperti Kemplang, Lempok Durian, cuka bubuk dan Tekwan kering.

FYI, their handy carry package is helped during the flight, just dont throwing them away...

Keesokan harinya kami bangun dini hari, sama seperti waktu sahur Ramadan lalu. Mandi terburu-buru demi mengejar pesawat yang berangkat pukul 07.00 WIB. Karena masih dalam suasana Lebaran yang liburannnya masih belum usai, bandara lumayan sesak dan kami (yang kesiangan) harus berlari-larian untuk check in. Huffttt...

And here is my wish list (kalau nanti ke Palembang lagi) LOL
- Mengunjungi Pulau Kemaro
- Mengunjungi Stadiun Jakabaring
- Makan Pempek (lagi)

*sebagian foto dari Agit
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates