Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Dari Kopi Moyan kita memutuskan untuk mencari tempat ngopi ngobrol yang asique di area Kota Bandung. Saat itu Memed request ‘yang ada tiramisu-nya’, jadilah kita cari café aesthetic yang sekiranya menyediakan menu ber- tiramisu. Bahkan setelah berputar kesana kesini kita nggak berhasil menemukan tempat ngobrol yang proper, ada aja hal yang bikin kita undur diri… 😅.

Merindu Canteen – lokasi nyempil, sulit parkir
Kopi Cantel – sebelum berangkat aku minum eskosunya di rumah *nggak mau sama 
Drunk Baker Panaitan – waiting list 12 nama, parkir terbatas
The Deli Bakes Café – sulit parkir
Wheels Coffee Roaster – di-skip untuk jalan jajan selanjutnya
Ambrogio Patisserie – hujan

Pilihan terakhir kita adalah Ambrogio Patisserie *yang pasti-pasti aja laya 😅 karenanya kita melipir ke Kantor Pos untuk parkir dan sholat. Saat masuk ke musholla-nya kaget banget… karena ternyata sedang ada kajian keagamaan dengan audience ikhwan bercelana cingkrang dan ukhti bercadar 🤯. Selama kita parkir dan sholat di Kantor Pos baru kali ini momennya berbarengan dengan kajian keagamaan.

Di hari basah begini tentcunya belum afdhol kalau nggak hujan yekan, biasanya hujan turun saat sore sore menuju malam namun nggak jarang cap cip cup, semaunya Allah 😊. Saat sholat di Kantor Pos hujan semakin deras dan kita sepakat untuk nge-skip Ambrogio Patisserie, tyda mungkin untuk sepayung berdua karena kita udah nggak singset 😂.

***

Berhubung udah memasuki waktu makan malam kita mengganti memutuskan untuk mencari tempat makan. Yang hangat dan berkuah kayanya nikmeh yaini… 😆. Opsi pertama adalah Bakso Bintang Asia dan opsi kedua adalah Tsuka Ramen, kalau nggak dapet spot parkir di Bakso Bintang Asia pastikan dapet spot parkir di Tsuka Ramen, plis ini mah… udah nggak ada opsi 😢.

Alhamdulillah kita (eh, Deya ketang) berhasil mendapatkan spot parkir di seberang Bakso Bintang Asia. Aku turun duluan untuk daftar waiting list, udah waswas antriannya panjang eh ternyata cuma 3 nama aja. Let’s go yeoreobun… 😊. Setelah menunggu ± 5 menit kita mendapatkan meja di area semi outdoor, yang karena hujan ditutup pake tirai plastik. 

kusarankan kalyan memilih area semi outdoor karena bisa kena angin sepoi-sepoi

area cemilan 😍

Yang kita order:

Bakso Campur + Kwetiau Rp 36.000/porsi
Order-an kita sama yaini wkwk aku sendiri pilih kwetiau ketimbang bihun karena kemarin-kemarin udah makan bihun *nggak mau sama 😁. Aku malah baru tahu Bakso Bintang Asia kwetiau-nya homemade semalam saat review-nya masuk FYP, pantas aja tekstur kwetiau-nya lembut dan warnanya bersih ternyata memang fresh 😉. Kuahnya disajikan ala pho Vietnam yang pake daun ketumbar (cilantro) dan potongan jeruk nipis.

Onde-onde Rp 7.500/pcs (minimal order 2)
Saat antri aku lihat ada yang order onde-onde ini, tampak menarik dan aku mau... Ukuran onde-ondenya cukup besar dan saat dibelah isinya nggak berhamburan, wanginya harum khas wijen dan isiannya nggak terlalu manis, cucoklah untuk cemilan selama menunggu bakso kita datang.

Siomay Jamur Rp 6.800/pcs (minimal order 3)
Siomay jamurnya enak kok, tapi potongan jamur yang jadi toping-nya mudah lepas, ngenes banget… udah mau disuap eh malah jatuh 😭.

Cireng Cabe Garam Rp 20.000/porsi
Menu ini di take away karena kita mau nganter Icunk ke Cibiru, so far so good… selama macet kita makan Cireng Cabe Garam ini. Untuk cirengnya mah standar sih yang bikin nikmeh adalah taburan bumbunya yang micin abisss 👍👍👍.

kuah original yang nikmeh 💖

potongan cengek hanya pemanis 😂

so pwety 😊

onde-onde yang kumau

kiri: visualisasi bakso urat
kanan: cireng cabe garam yang di take away

***

Kalau kalyan suka bakso dengan kuah yang clean dan nggak keberatan dengan cita rasa fusion, kurasa kalyan mesti coba Bakso Bintang Asia ini. Tapi kalau kalyan suka bakso dengan kuah padat rasa dan ber-mazhab misdaseum, well... simpan uang kalyan 😉. Sampai post ini ditulis aku masih kepikiran menu es-es-annya Bakso Bintang Asia, aku mau es cincau-nya huhu  😢.

Perlu diingat, bagimu taste-mu bagiku taste-ku, selera kita bisa sama bisa aja nggak.

BAKSO BINTANG ASIA 
@baksobintangasia
Jl. Sabang No. 63 Cihapit Bandung Wetan, Kota Bandung
Senin-Minggu, 07.00-22.00 WIB

🍜 Rp 27.500 - Rp 55.000
🥟 Rp 6.800 - Rp 10.500
🍮 Rp 5.000 - Rp 25.000
🥤 Rp 5.000 - Rp 35.000

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Di hari minggu pagi aku dan Icunk udah sibuk di dapur bikin sarapan, lapar tjoy… 😁. Kita bikin tahu cabe garam dan goreng nugget, biar nggak seret ditambahin timun potong. Minumnya tetap air putih dongs… *tuwir detected 😅. Sambil menunggu Deya kita kembali pilih-pilih tempat makan, pertimbangan utamanya adalah spot parkir dan probabilitas waiting list.

Weekend ini sedang ada acara wisuda kampus sekitar, nggak mungkin juga yekan para pendamping wisuda (baca: orang tua dan keluarga) nggak pada main dulu sebelum pulang. Minimal makan bareng gitu, kan tadi pagi sarapannya terburu-buru karena make up-nya belum beres 😅. Selain itu di Kiara Artha Park sedang ada konser gratis, wow Bandung ramai sekali…


Kita janjian jam 10.00 pagi, namun tahu sendiri laya… peraduan kita posesif banget wkwk Kita baru berangkat dari rumah setelah sholat dzuhur, lalu jemput Memed di Come On Clan. Tujuan kita hari ini adalah Kopi Moyan, yha~ memang udah lewat waktu sarapan sih tapi tyda masalah karena yang kita inginkan hanyalah makan sambil ngobrol 😉.

Saat kita sampai situesyen di Kopi Moyan udah nggak terlalu ramai, pun dengan menunya yang udah pada habis *efek ngaret yang sesungguhnya. Kita memilih duduk di area indoor ketimbang di area outdoor karena meja + kursinya terlalu chaebol. Kurang nyaman aja gitu… vibes-nya berasa lagi anjang-anjangan dengan bocil.


***

Yang kita order:

Nasi Ayam Bumbu Charsiu Rp 25.000
Tadinya kita order menu yang lain cuma udah pada habis, hanya ada menu Nasi Ayam Bumbu Charsiu dan mie-mie-an. So far rasanya B aja, rasa ayam bumbu charsiu-nya standar laya nggak mesti diperjuangkan sampai antri gimana gitu. Mungkin karena bumbunya kurang terserap dengan baik rasa nasinya terasa datar. Salah satu hal ter-challenging saat makan menu Peranakan adalah bilah pakcoy yang masih utuh, kalau blanching-nya kurang pas PR banget makannya 😅.


Tahu Kukus Ala Moyan Rp 10.000
Tipikal menu yang bisa dibuat sendiri di rumah, sttt… pokoknya jangan bilang mama kalau beli menu ini 😁.


Risol Isi Bihun Bumbu Kacang Rp 12.000
FYI, rasa plain pun dengan isi risolnya yang polos tanpa serpihan wortel atau sayuran hijau, untungnya sambal kacangnya berasa.


Pisang Goreng Wijen Rp 13.000
Diantara semua menu yang kita order di Kopi Moyan yang paling enak adalah pisang goreng wijen ini, rasa manisnya pas.


Es Capucino Rp 18.000
Kata Deya enak.


Es Cokelat Rp 18.000
Kata Icunk dan Memed enak, mirip dengan Es Cokelat Impian.


Air Putih Rp 5.000 
Ini aku yang order haha… Sebelum berangkat aku udah minum Eskosu-nya Kopi Cantel kalau order minuman berasa, berwarna dan berembun khawatirnya bikin kontraksi 😁.

***

Hanya karena aku merasa makanan yang disajikan di Kopi Moyan B aja, bukan berarti kalyan harus merasakan hal yang sama denganku. Mungkin karena kita memang bukan market target mereka jadinya ya kurang pas wkwk. Well... bagimu taste-mu bagiku taste-ku, selera kita bisa sama bisa aja nggak. 

KOPI MOYAN
Jl. Anggrek No.30, Merdeka, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung,
Senin-Minggu, 07.00-17.00 WIB

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Knock… Knock… Who’s back?

Setelah berbulan-bulan nggak ketemu, Icunk ke Bandung lagi dongs…. 😉. Tadinya kita mau main bareng (+Deya + Memed) di hari Sabtu, sayangnya mereka berdua ada urusan yang nggak bisa ditinggal makanya diundur di hari Minggu. Meski udah bikin list jalan jajan kita tetap bimbang mau main kemana hari Sabtunya wkwk *angger. Yha~ ujung-ujungnya kemana lagi kalau bukan ke Cihapit sih 😁.

Kita berangkat agak siangan dari rumah dengan harapan sampai di Cihapit waktu makan siang, ternyata… Bojongsoang macet tjoy 😭. Aku udah tidur tipis-tipis, main game, ngobrol, melamun dan zooming namun macet weekend ini susah banget terurainya. Pergerakan TMP baru terasa lancar setelah berhasil melewati M. Toha, sampai di BEC eh tetiba turun hujan.

Ada beberapa tempat makan yang baru buka di Cihapit salah satunya adalah Bakso Bintang Asia, saat kita kesana kebetulan lagi rame *yaiyalah, waktu makan siang 😅. Saat masuk ke Pasar Cihapit kita disambut oleh wangi buah mangga yang menyeruak di sepanjang lorong. Mungkin karena udah siang sebagian kios udah tutup, termasuk kios kue putu yang beberapa waktu lalu sempat viral.

wefie sambil menunggu gocar

***

BAKSO GEPENG 99

Tadinya kita mau berburu kue skesthetic di Bien Patisserie atau Florentine Bakehouse, balik lagi ya… karena udah siang pilihannya terbatas. Setelah puas screening kita memutuskan untuk makan siang (yang kesiangan) di kios Bakso Gepeng 99. Lokasinya di samping Toko Bakmie Feng yang kini udah berekspansi 😮, ternyata kita adalah last costumer-nya mereka.

Kita order paket komplit yang isinya kwetieu/bihun, 3 bakso gepeng, 2 bakso halus, 1 bakso urat dan 1 tahu bakso. Untuk minumnya kita order dari kios Uncle Kim yang ada seberangnya, kayanya mereka join-an siya karena kita dikasih meja di dalam kios mereka. Untuk rasa baksonya sih OK, hint bawang putih yang bikin kuahnya terasa nikmeh 😍, sayangnya kita lupa nggak pake jeruk purut, kalau pake kayanya bakal lebih nikmeh 😍😍.

kios Bakso Gepeng dilihat dari kios Uncle Kim

paket komplit Bakso Gepeng Rp 30.000

***

Dari Bakso Gepeng 99 kita cari tempat ngemil fancy aka café karena mau ketemu dengan Fera. Kita udah ke Drunk Baker cuma penuh banget, jangankan dine in, untuk take away aja mesti nunggu ± 1 jam. Yawla… baru kali ini aku gondok ½ mati gegara dessert 😅. Staff Drunk Baker yang menyadari kecengoan kita mengarahkan untuk datang ke cabang Panaitan karena katanya lebih lega. Hmmm… 

***

HOUSE OF TJIHAPIT x PRINCHEESE ELSA

Hujan yang tetiba turun bikin kita mengambil keputusan cepat untuk mencari café terdekat di Cihapit. Kita skip Seroja Bake ya karena nggak yakin Fera akan suka cita rasa fusion-nya, saat itu kita menemukan Princheese Elsa. Tadinya kita mengira Princheese Elsa adalah entitas (istilah afalagy ini 😁) yang terpisah dari House of Tjihapit, ternyata induknya masih sama bahkan staff-nya mempersilakan kita untuk makan dessert-nya di dalam.

Kita order burnt cheesecake di Princheese Elsa dan order matcha strawberry ice cream di House of Tjihapit. Untuk rasa burnt cheesecake-nya sih OK namun aku lebih suka yang rasa blueberry karena lebih menyegarkan, tapi yang rasa tiramisu-nya enak kok. Aku nyicip punya Fera (rasa lemon) enak tapi B aja gitu, soalnya nggak ada filling-nya macem yang rasa blueberry dan tiramisu.

info price list

cap cip cup

blueberry - lemon - tiramisu

matcha strawberry ice cream 

eh, kita nggak ada foto bertiga

mandatory picture

***

Dari House Of Tjihapit kita mampir sebentar di Vitasari karena Icunk mau beli roti abon, kangen banget yaini beli kue basah pagi-pagi sebelum berangkat kerja. Apa kabar risol mayo, kue sus, lemper, bacang, cente manis, papais, roti kulit nangka, bluder, bomboloni, rujak Malaysia, hokaido cheesecake? Tidakkah kalyan kangen aku wkwk 😁. Karena udah sore tentcunya udah pada abis, sisa yang ada di etalase aja namun sayangnya nggak ada yang aku mau 😅.


***

Setelah mengantar Fera kita lanjut jalan kaki menuju Lapangan Saparua, ingin jajan ini itu banyak sekali. Perjalanan kita tentcunya terganggu oleh proyek perbaikan jalan yang bikin macet se-Bandung-eun. Serius deh ini kita sampai mesti menunggu flow kendaraan melambat karena trotoar yang seharusnya digunakan untuk pejalan kaki pada kurang layak. Entah karena akar pohon, entah karena dipake berjualan, entah karena memang nggak dirawat.

Terakhir kali kita jalan, melewati taman-taman yang kini udah nggak terawat sambil mengingat-ingat lokasi café yang ditemui di sepanjang jalan adalah 2 tahun yang lalu. Saat halal bihalal di post pandemic yang bikinku kena koronces 😅 alhamdulillah sekarang mah udah nggak ya, tapi koronces masih ada yaini temanku kemarin masih ada yang kena. Stay safe ya manteman…

Di Lapangan Saparua kita cuma sempat jajan cireng karena tetiba hujan, saat ingin menyebrang ke Kantor Pos ada angkot jurusan Kalapa yang lewat, yaudalaya… Markicaw… Dari Kalapa kita jalan kaki menuju ke Kings karena mau sholat biar request-nya bisa segera di follow up 😉. Bahkan saat kita udah sampai di rumah pun hujan masih turun, doaku standar: semoga nggak banjir ya Allah… ripuh.

sisa hujan tadi

namanya Cireng Pandawa, kita coba rasa taichan dan kornet keju, semuanya enak apalagi kalau hangat

mereka nggak lagi pada olahraga melainkan lari mencari tempat berteduh


Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Beberapa minggu (atau bulan ya?!) aku sempat ketemu dengan Annur, The Yanarti’s Babe merangkap teman nonton TV-nya Mbak Mar 😁. Kita terakhir ketemu saat main ke kosannya di daerah Widyatama, amazed banget dengan romanticizing act-nya yang menempelkan semua tiket nonton bioskop (dengan pacar lah😅) di dinding. Setelah wisuda kita cuma bertukar kabar via social media dan sesekali nge-tag foto lawas 😊.

Karena schedule yang padat merayap, kita sepakat untuk ketemu di pagi hari sambil sarapan. Berhubung jarak rumah dan hotel tempat Annur menginap berjauhan, kita memutuskan untuk ketemu di tengah yakni daerah Buah Batu. Setelah menimbang dengan seksama dan dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya, kita memilih untuk sarapan di Yamcha Resto .

***


Saat ini di Bandung memang sedang menjamur tempat sarapan yang menjual paket sarapan on budget, sayangnya aku nggak menemukan salah satunya di daerah Buah Batu. Sebagai gantinya aku mencari tempat makan yang udah buka sejak pagi, untuk menu-nya mah sih bebas ya yang penting proper. Di list yang udah kususun, satu-satunya tempat makan yang memenuhi kriteria tersebut hanyalah Yamcha Resto  ✨👌.

Yamcha Resto berlokasi di seberang Griya Buah Batu, sejajar dengan Ichiyo Ramen dan Chingu Café. Untuk tempatnya memang nggak terlalu luas, saat membuka pintu yang pertama kita temui adalah serving area. Kita memilih area indoor di lantai 2 ketimbang area semi outdoor (merangkap smoking area) di lantai 1 biar ngobrolnya lebih nyaman.

Yamcha Resto ini mengadaptasi menu sarapan ala Hongkong karenanya kita akan menemukan berbagai olahan dimsum. Tyda mengapa kalau kalyan kurang mood makan dimsum karena Yamcha Resto juga menyediakan menu nasi dan mie, yakali kau dan aku adalah coy 😂. Kalau mau yang lebih otentik ada bubur telur pitan, tapi kalau mau yang simple mungkin kalyan akan tertarik pada toast dan bun-nya.


Sebagai orang Indonesia tulen tentcunya aku merasa hampa kalau belum makan nasi, ayo ngaku… kalyan begini juga kan? 😂. Tadinya aku memilih Nasi Kulit Crispy Pedas namun diganti Nasi Katsu Telur Asin karena kulitnya belum siap *sad 😭. Untuk rasanya OK namun porsinya lebih dari cukup makanya aku butuh waktu untuk menghabiskannya *capek ngunyah *help 😂.

Untuk sharing menu kita order dimsum special dan dimsum ayam, so far aku lebih suka dimsum special yang berisi daging ayam dan udang karena terasa lebih gurih. Sesungguhnya aku ingin order Popcorn Latte atau Peach Gum-nya, sayangnya 'mereka' mesti di-skip karena berpotensi bikin perut kontraksi di perjalanan 😅. FYI, selesai ketemu Annur aku langsung cabs ke Subang *mepet banget yaini.

***

Beberapa minggu (atau bulan ya?!) aku kembali ke Yamcha Resto dengan Deya sambil menunggui Pici yang sedang tes CPNS. Kali ini kita order dimsum ayam, dimsum keju dan kuotie-nya, cucok laya untuk menghibur perut kita yang berada di masa tenggang antara sarapan dan makan siang 😅.  Kita nggak order makanan berat karena sebelum berangkat udah sarapan di rumah (dan di Indomaret) bisi salatri 😅.

yamcha resto
sarapan tipis

Kalau kalyan mencari tempat sarapan yang agak fancy di sekitar daerah Buah Batu, kalyan bisa coba Yamcha Resto ini. So far makanannya enak dan ngenyangin *penting 😁 tempatnya pun mayan nyaman. Area parkirnya terbatas, kalau lagi rame kemungkinan yang pake mobil akan sulit mendapatkan spot parkir, kalau udah mentok kalyan bisa parkir di Griya Buah Batu. 

Perlu diingat, bagimu taste-mu bagiku taste-ku, selera kita bisa sama bisa aja nggak.

YAMCHA RESTO
Jl. Buah Batu No. 222A (sebrang Griya Buah Batu)
Senin- Minggu, 07.00-22.00 WIB

🥟 Rp 18.000 - Rp 24.000
🍴 Rp 23.000 - Rp 45.000
🍨 Rp 10.000 - Rp 35.000
🥤 Rp 8.000 - Rp 23.000

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
credit: laman Goodreads-nya Dee Lestari

10-15 menit yang lalu aku menyelesaikan keping terakhir di buku Supernova #6: Intelegensi Embun Pagi. Rasanya campur aduk *terharu 😭.

A few moments later...

Fyuhhh... akhirnya aku berhasil menyelesaikan heksalogi Supernova, ± 22 tahun sejak buku pertamanya dirilis 😅. Gils… Sejujurnya aku sama sekali nggak pernah mengira akan ada buku yang lebih wow ketimbang heptalogi Harry Potter. Yunow… sebagai netizen… aku punya banyak alasan untuk nge-skip baca buku, ya inilah.. ya itulah… ya iyalah… 😂.

Kalau kalyan baca The Days When Smartphone Died pasti tahu salah satu kegiatanku saat nggak ada smartphone adalah kembali ke khittoh yakni baca buku. Saat baca buku The Grand Design-nya Stephen Hawking yang membahas tentang penciptaan alam raya, aku menemukan ada banyak kata ‘partikel’. Tunggu, partikel… partikel… partikel… 🤔 eh, aku belum baca buku Supernova 4: Partikel!.

Sampai kantor aku gercep cari bukunya dongs, saat mau check out aku kepikiran: nggak mungkin aku hanya beli buku Supernova 4: Partikel, idealnya aku beli juga Supernova 5: Partikel dan Supernova 6: Intelegensi Embun Pagi biar dahagaku terpuaskan semua 😉. Namun menimbang saldo yang udah berada di tepi jurang, aku mencari opsi lain yakni: baca di iPusnas.

FYI. iPusnas adalah aplikasi perpustakaan digital yang dikelola oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Aplikasinya sendiri B aja, nggak yang bagus gimana gitu namun nggak buruk-buruk amat. Meski fiturnya masih sederhana dan jauh dari optimal, aku merasa lebih nyaman baca di iPusnas ketimbang di PDF reader, at least aku nggak merasa bersalah karena nggak beli bukunya 😅.

Untuk buku-buku popular (yang high demand) biasanya perlu antri sampai berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Makanya aku merasa beruntung bisa kebagian copy dari ketiga buku tersebut dalam waktu seminggu, alhamdulillah mulusss… 👌 dan dikembalikan sebelum tenggat waktu. So far, yang bikinku mangkel hanyalah fitur bookmark yang under construction, telunjukku pegel nge-scroll mulu ☝.

2001 Supernova 1: Kesatria, Puteri dan Bintang Jatuh – 2002 baca punya Teh Intan (± 1minggu)
2002 Supernova 2: Akar – 2002 baca punya Teh Intan (± 1minggu)
2004 Supernova 3: Petir – 2004 beli sendiri (± 3 hari)
2012 Supernova 4: Partikel – 2024 baca di iPusnas (± 3 hari)
2014 Supernova 5: Gelombang – 2024 baca di iPusnas (± 2 hari)
2016 Supernova 6: Intelegensi Embun Pagi – 2024 baca di iPusnas (± 2 hari)

Di laman cuap-cuap penulis (apa sih nama resminya?! 😅) Dee Lestari bercerita bahwa ia butuh ± 15 tahun untuk meriset dan mengekstraksi materi di bukunya, makanya tercipta jeda panjang antara Supernova 3: Petir dan Supernova 4: Partikel. Baginya lebih baik menunda kelahiran ketimbang memaksakan kelahiran (bukunya) karena materi yang nggak masak berpotensi merusak alur cerita 💖.

Sejujurnya, sampai post ini ditulis aku masih belum rela melepas perjalananku baca heksalogi Supernova selama ± 22 tahun. Aku masih ingin menikmati kelap kelip euphoria, dan bernostalgia dengan karakter-karakter yang muncul sejak buku pertama. It’s was an amazing journey. Baiqlah… markijut ke part -review tipsy, feel free to skip karena nggak semua orang tertarik baca review buku 😊.

Note: aku menyelipkan link beli via Gramedia Online, niscaya bukan wkwk 😉.

***

Supernova 1: Kesatria, Puteri dan Bintang Jatuh
beli di Gramedia 

Bercerita tentang masterpiece-nya Dhimas dan Reuben yang tetiba menjadi kenyataan. Dhimas dan Reuben adalah 2 orang mahasiswa yang bertemu saat menghadiri acara kampus, keduanya menyadari bahwa mereka memiliki ketertarikan yang sama. Untuk merayakan anniversary ke 10 mereka menulis buku roman slash fiction berjudul: Kesatria, Puteri dan Bintang Jatuh.

Adalah Ferre seorang eksekutif muda sukses yang jatuh hari pada seorang wartawati bernama Rana, sayangnya hubungan mereka stuck karena ternyata Rana sudah berkeluarga. Sebagaimana rang-o-rang pada umumnya, Rana tetep menjalin hubungan dengan Ferre meski tahu ada Arwin di sisinya. Sedang Diva Anastasia adalah seorang model merangkap ani-ani yang kebetulan adalah tetangganya Ferre.

Mungkin karena aku udah pernah baca bukunya dan berekspektasi sebegitu tinggi aku merasa tersiksa saat nonton filmnya 😩. Arifin Putra dan Hamish Daud mah chemistry-nya OK ya, namun maaf banget nih Herjunot Ali, Raline Shah dan Paula Verhoeven kalyan memble semua 😶. Yha~ Fedy Nuril adalah pakar poligami yang nggak pernah selingkuh karena ia yang diselingkuhi 😁.

Supernova 2: Akar
beli di Gramedia

Bercerita tentang Bodhi dan perjalanan spiritualnya dalam menemukan kesejatian hidup. 18 tahun silam Guru Liong menemukan seorang bayi laki-laki di depan viharanya, bayi laki-laki itu dinamainya : Bodhi. Asal usul Bodhi yang samar bikinku yakin ia terlahir dari telur Kinderjoy 😂 menciptakan banyak kegelisahan yang membuatnya memulai pencarian akan makna hidup *ceilahhh... gaya bener 😁.

Perjalanan mengantarkan Bodhi dari satu tempat menuju tempat lainnya, dari satu kesempatan menuju kesempatan lainnya, dari satu pertemuan ke pertemuan lainnya. Ada Kell sang tattooist yang mengajarkannya merajah, ada Star yang membuatnya me’rasa’ dan ada Bong. Seumur hidup aku hanya tahu 2 orang yang pernah kerja di Golden Triangle, satu: Bodhi, dua: Lee Min-hoo di City Hunter 😂.

Saat pertama kali baca Supernova 2: Akar sejujurnya aku nggak mudeng, kemungkinan gegara usiaku yang masih terlalu belia untuk memahami ‘permasalahan manusia dewasa’. Tapi isokay karena aku terhibur dengan cerita backpacker-annya Bodhi di Asia Tenggara yang bikinku ingin backpacker-an juga. Well… mungkin akan baca ulang bukunya kelak karena kini materinya udah terasa relate 😁.

Supernova 3: Petir
beli di Gramedia

Bercerita tentang Elektra dan perjalanan self-development-nya yang absurd. Paska ditinggal Dedi, Elektra dan Watti (iya, huruf T-nya ada dua macem James Watt 💡) berusaha melanjutkan hidup. Watti kemudian menikah dengan Kang Atam dan tinggal di Freeport sedang Elektra mumet setengah mati memikirkan cara menagih piutang Wijaya Elektronik demi bisa bebas dari menu telur ceplok 🍳.

Setelah berkali-kali gagal mendapatkan pekerjaan Elektra kemudian menemukan dunia ajaib bernama internet. Bermodal nekat dan sisa uang tabungan ia mengajak Kewoy untuk bikin warnet bernama Elektra Pop di Eleanor, saat itulah ia bertemu dengan Toni aka Mpret. Kegabutan Elektra mengirim lamaran ke STIGAN (Sekolah Tinggi Ilmu Gaib Nasional) mengantarkannya pada Bu Sati yang kelak membantunya membuka klinik terapi setrum listrik .

Di heksalogi Supernova favorite-ku tentcu adalah Supernova 3: Petir karena ceritanya yang ringan dan jenaka. Mungkin karena setting-nya adalah Kota Bandung maka aku bisa dengan mudah ber-chemistry dengannya, tapi serius siya karakternya yang sederhana dan polos berhasil bikinku ngakak. Cameo macem Ni Asih, Aki Jambros dan mantan ART-nya yang sukses di MLM bikin dunia Elektra yang sepi terasa hidup 🎇.

Supernova 4: Partikel
beli di Gramedia

Bercerita tentang Zarah dan perjalanannya menemukan ayahnya yang hilang. Sejak kecil Zarah dan Hara nggak pernah mendapatkan pendidikan formal, sebagai gantinya Firas-lah yang mengajarinya sendiri. Hal ini tentcu bikin Abah, Umi dan ibu khawatir namun Firas tetap kukuh pada pendiriannya dan mulai melibatkan Zarah pada ‘proyek rahasianya’. Firas dan Zarah sering meninggalkan rumah dan melakukan banyak hal aneh temasuk pergi ke Bukit Jambul.

Bahkan 11 tahun berlalu namun Zarah masih mencari ayahnya yang hilang, berbagai cara dilakukannya namun nihil. Di Glastonbury Zarah bertemu dengan Simon Hardiman yang merupakan kolega ayahnya, ia membantu Zahra terkoneksi dengan dunianya Firas. Kepergian Abah mau tak mau membuat Zahra mesti kembali ke Indonesia, disini perjalanan dimulai… 😉.

Saat baca Supernova 4: Partikel aku merasa ada lompatan besar yang tercipta, kemungkinan gegara research-nya yang niat banget. Untukku, Supernova 4: Partikel ini adalah kompas mantaps yang menunjukkan arah heksalogi supernova, tanpanya kita mungkin akan bingung mau dibawa kemana karakter-karakter yang berceceran sejak Supernova: Kesatria, Puteri dan Bintang Jatuh.

Supernova 5: Gelombang
beli di Gramedia

Bercerita tentang Alfa Sagala dan perjalanannya mengubah nasib keluarga hingga ke USA. Saat bapak  berhasil membawa keluarganya pindah dari Sianjur Mula-Mula ke Jakarta, Alfa mengira Jaga Portibi akan tertinggal di rumahnya. Namun sialnya, Jaga Portibi masih berjaga di sudut matanya, hingga ke Hoboken dan lembah Yarlung di Tibet. 

Saat menjalani perawatan di klinik gangguan tidur, Alfa menemukan bahwa ada sinyal-sinyal yang terselip di mimpinya. Ia lalu memutuskan untuk mencari Dr. Kalden bersama Nicky Evans dan terkejut saat tahu bahwa ia merupakan bagian dari semesta lain. Seperti judulnya Supernova 5: Gelombang ini adalah gelombang pertama yang menyadarkan semesta Supernova dari tidur lelapnya. 

Sejujurnya aku merasa karakter Alfa ini agak glorify, di mana lagi kita bisa menemukan cowok dengan masa lalu gelap (yakan doi imigran gelap 😅) namun memiliki masa depan menyilaukan. Too good to be true... Kupikir Alfa adalah lawan yang imbang bagi Fahri-nya Habibburahman El-Shirazy.

Supernova 6: Intelegensi Embun Pagi
beli di Gramedia

Kurasa Dee Lestari  butuh 1 buku lagi deh untuk menceritakan Gio, perjalanannya yang tercecer di semua buku bikin doi terasa bagai cameo. Mungkin karena gap-nya terlalu jauh aku jadi kurang bisa menikmati part-nya Reuben dan Dimas, feel-nya nggak dapet euy... Selain itu, hubungan yang mengkoneksikan semua karakter terasa dipaksakan, padahal kita isokay kok kalau mereka hanyalah rang-o-rang random.

Keputusan Dee Lestari untuk memasangkan Gio dan Zarah adalah fan service yang OK untuk kita yang bertahun-tahun memantau hubungan Elektra dan Mpret. Aku sebel banget saat Mpret bolak balik Bandung-Jakarta padahal bisa aja doi menculik semua karakter dan mengantar mereka langsung ke safe house di Baru Luhur. Nggak usahlah mampir ke rumah Reuben atau control room-nya Ferre, bisi  Miranda keburu datang ke Indonesia 😅. 

Untukku Supernova 6: Intelegensi Embun Pagi ini eksekusinya B aja, nggak yang wow gimana gitu jadi kurang berkesan. Kalau kalyan pernah nonton The Eternals-nya Marvel, tah kitu... Klimaksnya kurang nendang makkk... bisa kali Miranda disambar petir sampai berkeping-keping atau Bu Sati gelut nepi ka papaehan. Selesai baca heksalogi Supernova aku baru mudeng bahwa tetesan embun pagi yang menjadi judul adalah kiasan bagi mani 😂.

***

Saat nonton superhero supernatural series macem Heroes atau The Touch, aku kadang kepikiran: diantara sekian banyak artist yang ada di Indonesia nggak adakah yang ingin bikin series macem gini? Yha~ Joko Anwar udah bikin Nightmares and Daydreams, namun sebelumnya udah ada Dee Lestari yang bikin heksalogi Supernova. Maksudnya, dear Netflix... kapan nih? 6 buku loh… bisa jadi 6 seasons… 😁.

Oh ya, kalyan bisa baca review buku Aroma Karsa disini
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates