Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.
Memang sulit untuk mengucapkan kata perpisahan ,apalagi kita sebagai manusia memang sudah ditakdir kan untuk mencari sebelah tulang rusuk yang memang hilang dan diperuntukan untuk kita cari ,singkat kata kita telah menemukan tulang rusuk itu bukan dalam hal percintaan ato apalah tapi dalam hal persaudaran .

Memang semua orang tak pernah sesama dengan pikiran kita tapi sungguh saya merasa gelisah dengan keadaan hari yang terus berlalu berarti semakin dekat dengan waktu itu ,waktu yang tak bisa saya bayangkan,saya akan kehilangan jiwa saya tawa sedih saya dan semua memory yang telah menetap selama 6 taun dipikiran saya tentang kalian ,sungguh keadaan yang sangat tidak ingin saya rasa kan dan pikirkan.

 Memang  saya tak bisa memberikan apa2 untuk kalian , dan memang cukup sulit juga untuk  mengucapkan kata kalau saya sayang kalian ,saya butuh kalian sebagai pelengkap tawa saya sedih saya dan semua hal yang terindah dan ter puruk yang saya alami .....luph u mile^^

*surat ini diketik Pici di laptop sambil curi-curi waktu sebelum Tapantri (2008), gak sengaja ketemu waktu beres-beres folder, time fies ya sist ... sekarang udah 2017 aja dan kelakuan kita semua masih kaya gini. 😂
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Kalau Indonesia punya Ada Apa Dengan Cinta (AADC) dengan Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputranya, maka Thailand juga punya A Little Things Called Love. Seperti film remaja pada umumnya, A Little Things Called Love masih menceritakan tentang kisah kasih di sekolah, namun dengan versi yang lebih culun.

Khun Nam (Baifern Pimchanok Luevisadpaibul) yang baru saja masuk SMP tanpa sengaja bertemu dengan seniornya Khun Shone (Mario Maurer) sepulang membeli es krim, Shone memberi Nam buah mangga setelah menyelamatkan seekor kucing. Nam yang GR lalu jatuh cinta kepada Shone.

Nam dan adiknya Pang tinggal bersama ibunya sedangkan ayahnya adalah seorang koki yang bekerja di Amerika (yang kalau di fotonya kaya lagi di depan Rumah Makan Padang hehe). Melalui pamannya Chang, ayahnya berjanji jika salah satu diantara anaknya mendapatkan nilai terbaik akan diajak tinggal di Amerika.

Di sekolah Nam bersahabat dengan Cheer, Gei dan Nim yang dianggap sebagai underrate girls karena terlampau biasa. Suatu hari sepulang sekolah mereka mampir di library café dan mendengar percakapan meja sebelah tentang buku 9 Resep Cinta Untuk Siswa. Tak perlu waktu lama bagi mereka untuk mengamalkan setiap intruksi di buku tersebut.


Anak sekolah macam apa yang nggak punya gang? Haha teman-teman Nam berusaha untuk menolong Nam yang ingin PDKT kepada Shone. Banyak kejadian konyol terjadi saat mereka berusaha mengamalkan buku 9 Resep Cinta Untuk Siswa. FYI, this part is very crunchy.

Sayangnya, bukan cuma Nam yang naksir Shone, ada Faye yang terang-terangan PDKT dan caper (cari perhatian). Meski nyebelin abis, Faye ini selalu one step ahead dari Nam cs. Termasuk ketika memilih eskul, Faye dan Nam cs bahkan sempat berantem saat mengantri di tempat pendaftaran eskul tari.

Guru Inn (Sudarat Budtporm) yang eskulnya sepi peminat kemudian memaksa Nam cs yang didepak dari eskul tari untuk masuk ke eskul teater. BTW, guru Inn ini kelakuannya sengklek lah ... kocak dan banyak gaya, pokoknya centre of attention banget. Kalau ada Penghargaan Pemeran Pembantu Wanita Terbaik, she is very worthed.


Karena Nam pintar Bahasa Inggrisnya, guru Inn menunjuknya menjadi pemeran utama sebagai Snow White dan Koy sebagai pangerannya. Untuk mempromosikan eskulnya guru Inn menyiarkan rekaman pada saat pentas di jam istirahat sekolah. Nah, sejak saat itu Nam mulai banyak yang notice dan jadi siswi populer. From nothing to something gitu deh ...

Saat itu ada murid baru bernama Top, Top dan Shone adalah teman akrab karena pernah satu sekolah dan menyukai sepak bola. O iya, sebelum memiliki toko peralatan olahraga, ayah Shone dulunya adalah seorang pemain sepak bola terkenal.

Top dan Shone yang memang sebelumnya sudah eksis menjadi incaran para fans, termasuk diantaranya mayoret di sekolah. Kedua mayoret tersebut berkelahi hingga tidak bisa mengikuti perlombaan yang akan didakan sebentar lagi. Guru Inn lantas menunjuk Nam untuk menjadi mayoret.

Saat Valentine tiba, Nam mendapat banyak hadiah dari fansnya, tapi yang paling ditunggu adalah hadiah dari Shone. Ketika akhirnya Shone datang, Nam cukup terkejut karena Shone ternyata memberikan bunga beserta potnya, meski kecewa karena Shone bilang hadiah tersebut merupakan titipan temannya Nam tetap bersedia menerimanya.

Nam akhirnya malah dekat dengan Top yang naksir sejak melihat Nam latihan teater. Sama seperti si Cinta yang lupa dengan sahabatnya ketika kasmaran, Nam juga melewatkan ulang tahun sahabatnya Cheer karena diajak main oleh inner circlenya Shone dan Top.


Meski sempat marahan, Nam akhirnya berbaikan lagi dengan sahabat-sahabatnya. Terlebih lagi Nam memutuskan untuk menjauhi Top. Tibalah saat kelulusan, Nam mendapatkan nilai tertinggi sehingga ia akan pindah ke Amerika sedangkan Shone akan pergi ke Bangkok untuk sekolah sepakbola.

Sebelum berpisah Nam mengungkapkan perasaannya kepada Shone, tapi Shone bilang ia baru saja jadian dengan Pim teman dekatnya. Sudah jatuh tertimpa tangga, setelah mendengar penolakan Shone, Nam kecebur di kolam renang. Tapi, sebelum pergi ke Bangkok, Shone mampir di rumah Nam dan meninggalkan buku (atau scrapbook) miliknya di depan pintu rumah Nam.

Menonton A Little Things Called Love ini serasa bring back old memories, siapa sih yang belum pernah senyam senyum sendiri di depan kaca? Atau ngibrit ketika kesamprok kecengan? Ada masanya saat ingin banget nyapa tapi malah salting (salah tingkah) ½ mati pas ketemu, padahal ya kalau sekarang dipikir-pikir ‘yaelah ... gitu doang’.

Selain alur ceritanya yang sooo teenager , acting pemainnya yang natural menambah point pada film ini, meski agak janggal karena yang bertransformasi Cuma Nam seorang. A Little Things Called Love memberikan gambaran mengenai anak sekolah di masa kita (???) haha Yang hiburannya cukup dengan jajan sepulang sekolah, main ke rumah teman, main dandan-dandanan, lulur-luluran tapi nggak pakai make up kalau ke sekolah.

Anyway ... d(^.^)b
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
 
Sebelumnya, disarankan agar tidak menonton film Triad (2012) dengan anak di bawah umur, apalagi ABG labil dengan life style ala gangster karena kontennya yang sarat kekerasan. Bayangkan saja, hampir semua scene mempertontonkan adegan sadis yang berdarah-darah.

Mungkin kebanyakan orang mengenal Triad sebagai band peranakannya Ahmad Dhani, namun sebenarnya Triad adalah sebutan untuk gangster dari China sama seperti Yakuza dari Jepang. Di era 90an Triad pernah merajai Hongkong, hingga polisi pun tak berdaya dibuatnya.

Film Triad ini menceritakan tentang lika liku kehidupan Triad yang solid dan anarkis, masing-masing gangster berusaha mempertahankan wilayah kekuasaannya bagaiamana pun caranya. Meski sering terjadi konflik internal, musuh utama Triad adalah polisi yang ingin membasmi mereka.

William, Colin dan Kevin adalah tiga orang ABG yang bersahabat sejak duduk di bangku sekolah, suatu hari mereka mendapati ibu William yang berjualan di pasar dipukuli oleh angggota gangster karena tidak membayar uang keamanan, melihat hal tersebut William berusaha untuk membela ibunya sehingga terjadilah perkelahian.

Karena merasa terdesak, Colin menghubungi kakaknya yang merupakan anggota gangster Paman Ben.  William yang terkesan dengan pertolongan Paman Ben bertekad untuk menjadi anggota gangster. Awalnya paman Ben menolak niat William untuk bergabung karena William memiliki masa depan yang baik, namun dengan kegigihannya William akhirnya bergabung dengan Paman Ben setelah lulus kuliah.


Untuk saat itu, menjadi gangster dinilai lebih menjanjikan dan terhormat ketimbang manjdi karyawan biasa. Apalagi dengan kondisi Hongkong yang sudah dikuasai Triad, menjadikannya jalan pintas menuju kesuksesan.

Sebagai anggota gangster, tugas mereka sebenarnya hanyalah menjaga keamanan dan mempertahankan wilayah. Namun sebagai kawula muda yang haus eksistensi muncul keinginan untuk mendapatkan yang lebih lagi, mereka kemudian bekerja sampingan sebagai debt collector.

Salah satu target klien mereka ternyata berada di bawah lindungan gangster lain, dari situ muncullah berbagai permasalahan yang akhirnya memicu perkelahian antar gangster yang... mirip dengan tawuran anak SMA. Mereka datang bergerombol dan berhadapan face to face sambil membawa senjata tajam (-___-) kemudian berkelahi di tempat umum.

Selain itu William terlibat masalah dengan Irene karena menyelamatkan Michelle, Irene adalah satu-satunya ketua gangster wanita di Triad. Belum lama berselang, para ketua Triad memutuskan untuk melakukan regenerasi dan mencari pemimpin yang baru (Kepala Naga).


Masing-masing gangster saling bersaing untuk menjadi menjadi Kepala Naga, termasuk juga William. Keadaan menjadi kacau karena persaingan yang tidak sehat, puncaknya ketika Kevin terbunuh saat mencoba menyelamatkan William. Yang terjadi selanjutnya adalah perkelahian antar gangster (lagi) yang dilakukan secara terang-terangan.

Ternyata menonton film Triad membuat lelah ya haha Dari awal cerita sampai akhirnya kita akan disuguhi tontonan yang cukup membuat hati ciut, apalagi ketika scene bunuh-bunuhan, seakan-akan nyawa manusia nggak ada artinya. Sampai kepikiran ‘emang bener ya dulu Triad kaya gini?’

But most of it all, film Triad ini memiliki alur cerita yang apik dan mudah dicerna, penggambaran Triad dan perkelahian antar gangsternya juga OK. Oh iya, satu lagi, jangan coba-coba menonton film Triad dengan orang tua IYKWIM

FYI. Film Triad belum pernah ditayangkan di TV ya, (as far as I know)  stasiun TV yang pernah menayangkannya adalah Celestial Movie. So... Happy streaming (^.^)v
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Ehmm ...

It’s K-drama! Hard to admit bahwasanya ada juga drama Korea yang worth to watch and review J A Gentleman’s Dignity (2012). Kalau biasanya K-Drama tokoh utamanya adalah seorang cewek / wanita maka kali ini tokoh utamanya adalah lelaki ... paruh baya. Karena menggunakan POV (point of view)  of those ahjussi, maka penonton akan diajak untuk melihat how men sees womens J

Menceritakan tentang kehidupan  4 orang lelaki paruh baya yang berteman sejak sekolah, yaitu Kim Do Jin (Jang Dong Gun) seorang arsitek, Im Tae san (Kim Soo Ro) seorang kontraktor, Choi Yoon (Kim Min Jong) seorang pengacara dan Lee Jung Rok (Lee Jong Hyuk) owner Mango Six (café).

Kalau F4 adalah gang anak muda, kaya dan berbahaya yang diendorse orang tuanya, maka mereka ini adalah F40 haha Kebalikan dari F4, ahjussi ini paruh baya, memiliki karir yang baik dan gemar ngeceng. Sedikit mirip dengan The Loft, namun dengan versi yang lebih kocak dan santai.


Karena bekerja di bidang yang sama, Kim Do Jin dan Im Tae San menjadi partner dan membuka perusahaan kontraktor. Suatu hari tanpa sengaja ia bertemu dengan Seo Yi Soo (Kim Ha Neul) seorang guru etika SMA and fallin’ at the first sight. Sayangnya, guru Seo ini naksir dengan Im Tae San yang menjadi teman main baseballnya.

Nah, Im Tae San yang nggak ‘ngeh’ kemudian berpacaran dengan Hong Se Ra (Yong Se Ah), seorang  pegolf professional yang menjadi teman serumah guru Seo. Kim Do Jin dan guru Seo kembali dipertemukan oleh insiden salah satu anak didiknya, Kim Dong Hyub (Kim Woo Bin).

Diantara temannya Choi Yoon adalah yang paling kalem, ia masih berduka atas kematian istrinya dan fokus di pekerjaannya. Adik Im Tae San yaitu Im Meari (Yoon Yi Ji) diam-diam naksir dengan Choi Yoon sejak duduk di bangku sekolah, ia sering curhat dengan guru Seo yang saat itu menjadi wali kelasnya.

Satu-satunya yang settled adalah Lee Jung Rok, ia menikahi Park Min Sook (Kim Jung Nan) seorang wanita kaya raya yang memiliki usaha di bidang properti. Meski sudah menikah Kim Jung Rok tetaplah seorang playboy, setiap kali ketahuan selingkuh istrinya selalu mengancam akan menceraikannya dan membuatnya jatuh miskin.

Karena usaha Kim Do Jin dan Im Tae San berada di wilayah kekuasaan istrinya Lee Jung Rok, maka mau tak mau mereka semua harus bahu membahu menutupi aib Lee Jung Rok. All for one and one for all.

Di tengah perjalanannya untuk settle: Kim Do Jin dan guru Seo yang memutuskan untuk berpacaran (officially), Im Tae San dan Hong Se Ra yang akan menikah meski masih sering putus nyambung, Choi Yoon dan Im Meari yang berusaha mendapatkan restu Im Tae San serta Lee Jung Rok dan Park Min Sook yang sedang memperbaiki hubungan. Muncul seorang anak lelaki bernama Colin (Lee Jong Hyun) yang mencari tahu siap ayah kandungnya.


Colin adalah anak dari Kim Eun Hee (Park Jo Mi), wanita yang pernah jadi kecengan ahjussi F40. Meski masing-masing pernah menyukai Kim Eun Hae, ayah kandung Colin adalah misteri. Siapa diantara ahjussi tersebut yang menjadi ayah kandung Colin?

Dengan datangnya Colin dan misteri siapa ayah kandungnya, hubungan ahjussi F40 dengan pasangannya mulai goyah, mereka mempertanyakan siapa diantara pasangannya yang menjadi ayah kandung Colin.

Mungkin karena tokoh utamanya adalah paruh baya, maka penonton tidak akan disuguhi adegan menye-menye tapi klise. Secukupnya. Walau tokoh utamanya terdiri dari 4 orang, pembagian porsinya balance jadi tidak terfokus pada satu orang saja. Then, ahjussi F40 ini kece-kece hehe lebih kece ketimbang oppa-oppa cantik (^.^)


FYI. The most interesting part di A Gentleman’s Dignity ini adalah teaser di setiap awal episode, konyol dan menghibur.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Kalau masih ada yang  mengeluh gambarnya masih belum bagus padahal toolsnya udah keren, coba deh ganti kertasnya.

Meski tergolong artpaper, tidak semua kertas cocok digunakan untuk sketching. Untuk watercolor kertas yang digunakan biasanya lebih tebal dan empuk karena harus bisa menyerap banyak air, sedangkan untuk marker, pen atau pencil yang termasuk golongan kering (dry)menggunakan kertas yang lebih tipis dan licin.

Aku mulai mengenal berbagai jenis pewarna dan kertas  serta berbagai teknik penggunaannya ketika kuliah. Diantaranya adalah cat air (water color), cat minyak (oil color), cat poster (gouache), pensil warna (coloring pencil), tinta (ink), crayon (oil pastel), soft pastel, charcoal, dan marker. Kertasnya  menggunakan kertas Concord, kertas Linen, kertas Canson, kertas Kalkir, kertas Roti dan kertas Padalarang.


Namun karena akses yang terbatas aku kini memilih untuk menggunakan sketch book, selain karena terlihat rapi dan praktis sketch book juga mudah ditemukan di toko stationary. Berbeda dengan  membeli kertas ukuran A0 di Balubur, meski harganya jauh lebih murah bawa pulangnya itu lohh ... ribet.

Then, setelah mencoba beberapa sketch book dari berbagai brand, aku masih merasa kurang puas karena produknya kurang ‘pas’. Ada sih beberapa yang memang bagus dan sesuai standar, selainnya tidak sesuai dengan spesifikasi yang tertera di packagenya. FYI. Tidak semua sketch book dengan embel-embel watercolor benar-benar cocok untuk watercolor.

Karena hal itu aku mencari option lain mengenai sketch book yang sesuai untuk sketching. Based on my research on IG hehe kebanyakan illustrator atau sketcher menggunakan moleskine untuk sketch booknya.

Moleskine Pacman edition (Google.com)

Moleskine?   
        
Moleskine adalah salah satu produk stationary asal Italia yang menjadi acuan note book atau journal saat ini karena desainnya yang classic. Pada awalnya moleskine digunakan untuk para penyair, thinker dan artist sejak era Van Gogh, yang artinya moleskine sudah ada sejak ±2 abad yang lalu, that is why moleskine mengusung tagline “legendary notebook”.

Mengikuti perkembangan zaman, moleskine kini hadir dengan desain cover yang lebih luwes dan hype. Seperti Doraemon, Hello Kitty, Star Wars, Avenger, Disney, Batman etc. Harganya? Tergantung ukuran sih ... tapi tetep ya ... termasuk mahal, untuk ukuran pocket sizenya saja harganya diatas Rp. 200.000 dan itu bukan yang limited edition.

Karena harganya yang lumayan itu jadilah aku mencari second option, setelah mencari-cari (termasuk ngepoin IG para sketcher) akhirnya aku menemukan scribble book yang diproduksi oleh Area 52, sebuah local brand asal Bandung.

Untuk saat ini ada 4 jenis scribble book yang ditawarkan oleh Area 52 Studio, yaitu scribble note, scribble book classic, scribble book watercolor dan scribble book multipaper.


Karena ingin mencoba semua coloring tools yang aku punya, aku akhirnya memilih scribble book multipaper.

BTW. Area 52 juga berkolaborasi dengan local artist merilis limited edition scribble book, bedanya dengan scribble book biasa adalah ilustrasi yang terdapat di halaman depannya.

Kalau sering feed walking di IG pasti tahu lah ... @toolkit04 (Andhika Nugraha), @iqbal_amirdha (Mochamad Iqbal Amirdha) dan @coretannino (Nino Puriando) . Yap. @toolkit04 adalah salah satu illustrator Indonesia yang berprestasi, salah satu karyanya adalah comission artwork untuk meet and greet Linkin Park fan base di Jerman.


So far aku cukup excited menantikan scribble book dikirim ke rumah dan setelah dicoba hasilnya pun tidak mengecewakan. Watercolor papernya sesuai dengan pakem waktu kuliah dulu hehe...

Finnaly arrived :) 

💓 the words

Back pocket + trading card inside

OK. Yang dibawah ini baru permulaan X) sisanya lanjut di @virtualholyday ya...

First sketch...
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates