Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Ketika curhat penghujung tahun lalu adalah urusan “beli mobil dulu apa rumah dulu?”, maka curhat awal tahun ini dibuka dengan keresahan ala living on denial-nya Francis Lim. Belum lagi urusan birthday trip sekaligus bachelorette trip-nya Pici yang terancam gak jadi karena bridesmaid-nya absen ngurusin nikahannya sendiri.

Mungkin bagi sebagian orang tua yang anaknya masih single (and enjoying their life happily) adalah beban jika harus mengatakan: ya... nanti kalau sudah waktunya pasti menikah kepada pemirsa sekalian yang senang menonton kehidupan orang lain. Mereka yang bangga dan mengomentari sana sini karena anaknya menikah tepat waktu sesuai standar sosial. 

Eh, tapi gimana kalau anaknya nggak menikah tepat waktu? Apakah jawabannya: ya... nanti kalau sudah waktunya pasti menikah juga?

Just a question. Orang lain bahagia karena kita bahagia? Atau kita bahagia karena orang lain bahagia?

Pernah gak sih kepikiran, kalau ternyata kita nggak akan pernah hidup bahagia kalau bukan (menjalaninya) dengan orang yang diinginkan? Pernah gak? How if I’m not happy as I should be... why should I forced to be happy because it’s what peoples expect from me? I’m happy because I want to not because to.

Tapi balik lagi sih, it’s a life decision. Memilih untuk tidak bahagia juga adalah pilihan. There is a doubt on everything. Termasuk dalam memilih pasangan hidup. Kaya travelling, bukan kemana tujuannya tapi dengan siapa. Nah, untuk yang udah nikah, tahu dari mana pasangan yang sekarang itu jodoh? Yakin beneren jodoh? 😁.

***

“Cis, what made you fell in love with Inez? Apa karena elo itu udah punya karier? Udah punya green card? Dan lo butuh Inez sebagai pelengkap hidup lo, Cis?” Berondong Sisi.

“Hhhhmmm...”

“I think you are on denial, Cis... Elo ngerasa kalo elo tuh mesti move on dari seseorang... Dari what’s her name? Retno?” Lanjut Sisi.

“Si... Hhhhmmm...”

“Semua orang tahu betapa elo hancur... Berkali-kali pula... Oleh Retno. Dan kita semua happy melihat elo jatuh cinta lagi dengan orang lain. Menikah dengannya. Moving on. But if you’re having doubts... Well”

“...“

“Apakah lo sudah bener-bener move on dari masa lalu lo?”

Good question.

“You’re not in love, Cis... You just like the idea of falling in love with Inez”

“...”

“Membuat lo mengira bahwa elo sudah move on dari masa lalu lo”

Good point.

“Apa sih diem aja ?!? Respon kek!”

Semua yang dia katakan, menohok. Aku melayangkan pandanganku ke orang-orang di New York yang lalu lalang. Bertanya dalam hati apakah hidup mereka sebegini complicated. Angin meniup daun-daun yang mulai gugur, apakah angin itu bisa memberikan jawaban pada Sisi? No.

“Hhhhmmm... Gue gak ngerti mesti ngomong apa, Si. Kayaknya apa yang elo omongin itu bener semua... I just like the idea of falling in love... Hhhhmmm... With someone else.”

Untuk perasaanku terhadap Inez, aku memang bebal. Ini bukan kali pertama Sisi mengingatkanku. Sambil menerawang aku memperhatikan interior tempat ini. Sudah pukul sepuluh pagi tapi orang-orang masih saja mengantre dari tadi untuk menikmati berbagai sandwich atau cold cuts seperti salami, turkey atau roast beef dari delicatessen yang sudah terkenal sejak tahun 1888 ini.

“Can we please change the subject?”
“Can you please control your destiny?”

***

We always question life, but can life question us?

Can life question you?

***

Mengapa peluk diketatkan, sedang hati tak sampai
(Sapardi Djoko Damono)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Dari semua film tentang zombie yang pernah ditonton, kelima film ini bisa dibilang adalah yang paling menghibur. Menghibur, karena tidak seseram The Walking Dead yang memang digarap secara serius dengan make up yang super duper realistic, atau World War Z yang membuat merinding gara-gara tsunami zombie.

Berbeda dari film tentang zombie lainnya yang mengedepankan tentang wabah zombie dan how to survive, ke 5 film tentang zombie ini menghadirkan cerita yang lebih fresh meski ada beberapa part yang sedikit agak konyol. Setidaknya, kesan seram zombie bisa tercover oleh alur ceritanya yang menyorot sisi lain dari zombie.

And here they are ...

Warm Bodies (2013)

Pernah gak sih kepikiran kalau zombie itu penyakit dan bisa nantinya bisa sembuh?

Ketika suatu hari Julie (Teresa Palmer) dan kawan-kawannya ditugaskan untuk mencari obat-obatan di zona berbahaya yang dihuni zombie, ia tanpa sengaja bertemu dengan R (Nicholas Hoult) ketika diserang oleh sekawanan zombie.

Berbeda dari zombie lainnya, R ini agak manusiawi, maksudnya ia masih memiliki sifat-sifat dasar manusia yang tersisa. R membawa Julie ke tempat tinggalnya, memberinya makan dan menunjukkan musik kesukaannya. Sayangnya, R nggak bisa ngomong, bisa sih tapi kaya yang gagap, ia juga berusaha untuk terus berdekatan dengan Julie. Intinya, R jatuh cinta kepada Julie, Julie pun sama.

Ada 2 tipe zombie di film ini, yang pertama adalah zombie yang memakan manusia (seperti R) dan yang kedua adalah zombie yang memakan keduanya yaitu manusia dan zombie. Nah, zombie tipe kedua inilah yang berbahaya, mereka berdua sempat dikejar-kejar dan berhasil menyelamatkan diri ke zona aman.

Ayah Julie yang ternyata adalah pemimpin di zona tersebut tentu tidak menyukai R, namun Julie berusaha meyakinkan ayahnya bahwa zombie bisa berubah kembali menjadi manusia, hanya saja mereka butuh waktu.


Life After Beth (2014)

Menceritakan tentang Zach (Dane DeHaan) yang sedih berkepanjangan setelah kematian pacarnya Beth (Aubrey Plaza) dalam sebuah kecelakaan hiking. Ia merasa bersalah karena tidak menemani Beth hiking sehingga ia pergi sendirian.

Suatu hari Zach melihat Beth datang ke tempat kerjanya, awalnya ia mengira sedang berhalusinasi karena masih keingetan Beth. Ternyata bukan hanya ia saja yang bisa melihat Beth, orang tua Beth pun membenarkan perihal ‘kebangkitan’ anaknya dari dalam kubur.

Sebagai zombie, Beth tentu saja memiliki kekurangan yaitu sikapnya yang agak kurang smooth dan sering melakukan gerakan yang terpatah-patah.

Beth yang posesif sering menuntut Zach untuk menyatakan cintanya, hal yang sering diabaikan oleh Zach karena ia menganggap Beth yang sekarang adalah zombie bukan pacarnya yang dulu. Meskipun sebenarnya ia senang Beth kembali lagi di sisinya, Zach menyadari bahwa Beth sudah tiada.

Kemudian, seiring waktu berlalu satu persatu zombie mulai bangkit dari kubur, kembali kepada keluarga mereka dan menimbulkan banyak kekacauan. Zach menyadari bahwa awal kekacauan berasal dari Beth, ia kemudian mencari cara untuk mengembalikan keadaan seperti semula.



Cooties (2015)

Jika biasanya yang menjadi zombie adalah orang dewasa, kali ini kebalikannya, yang menjadi zombie adalah anak-anak. Penyebabnya adalah cooties (kuman) yang terdapat pada chicken nugget yang disajikan dalam menu makan siang siswa/siswi di salah satu sekolah dasar di kota Fort Chicken.

Mr. X (Elijah Wood) adalah seorang guru pengganti, ia sebenarnya bercita-cita menjadi penulis novel namun karena kekurangan dana ia magang di sekolah tersebut. Disana ia bertemu dengan teman masa kecilnya yaitu Mrs. Lucy dan beberapa guru lainnya.

Di halaman sekolah, anak-anak yang sedang bermain dikejutkan oleh salah satu siswi yang mencakar temannya. Temannya yang dicakar kemudian berubah menjadi zombie dan mencakar teman-temannya yang lain.

Anak-anak yang berubah menjadi zombie kemudian menyerang guru-guru dan orangtua yang datang menjemput. Jika biasanya orang yang digigit zombie akan menjadi zombie, dalam film Cooties ini hanya anak-anak saja yang menjadi zombie sedangkan orang dewasa tidak (mati). Karena ternyata cooties hanya menjangkiti orang-orang yang belum mengalami pubertas.

Guru-guru dan siswa/siswi yang berhasil selamat kemudian menggunakan berbagai macam benda untuk bisa kabur dari sekolah melewati kepungan anak-anak zombie.


Zombieland (2009)

Ohio Colombus (Jesse Eiseberg) berhasil melarikan diri dari kota yang sudah terinfeksi zombie, dalam perjalanannya ia bertemu dengan Tallahase (Woody Harrelson) yang juga seorang survivor.

Mereka melanjutkan perjalannya dan berhenti di salah satu swalayan karena Tallahase ingin Twinkie. Mereka bertemu dengan Wichita (Emma Stone) dan Little Rock (Abigail Breslin) kakak beradik penipu yang membawa pergi mobil Ohio dan Tallahase. Namun karena suatu kejadian mereka semua bersepakat untuk melanjutkan perjalanan bersama-sama.

Karena hari sudah gelap mereka memutuskan untuk tinggal di properti milik Bill Murray, yang tanpa sengaja tertembak oleh Ohio. Ohio dan Tallahase kemudian menyusul Wichita dan Little Rock yang kabur ke taman bermain yang pernah dikunjungi saat masih bersama orang tuanya dulu.

Seperti zombie pada umumnya yang tertarik pada cahaya dan bebunyian, kedatangan Wichita dan Little Rock ke taman bermain menjadi boomerang. Mereka terjebak di salah satu wahana permainan dengan zombie yang menunggu dibawahnya.


Walking Deceased (2015)

Jika Scary Movie adalah film yang memparodikan beberapa film horror populer seperti The Ring, World War Z dan Paranormal Activity, maka The Walking Deceased adalah versi zombienya. Film The Walking Deceased memparodikan beberapa film zombie populer seperti The Walking Dead, Warm Bodies dan Zombieland.

Seorang sheriff (Dave Sherridan) terbangun dari koma dan menemukan bahwa dunia telah berubah, wabah zombie hanya menyisakan sekelompok umat manusia yang masih bertahan hidup.
Selain karakter sheriff yang mirip dengan Rick dari serial TV The Walking Dead, beberapa karakter lainnya adalah Romeo yang mirip dengan R dari film Warm Bodies dan Brooklyn yang mirip dengan Wichita dari fim Zombieland.

Mereka yang selamat kemudian mencari Safe Haven, sebuah peternakan yang kabarnya belum terkontaminasi oleh zombie. Bahkan ketika akhirnya sampai disana pun mereka harus berhadapan dengan zombie-zombie dari tetangga peternakan. Hingga pada suatu hari pemerintah menemukan vaksin untuk zombie dan menyebarkannya melalui air.








Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Beberapa bulan yang lalu aku mengunjungi toko buku, dari deretan majalah yang dipajang ada satu majalah yang judulnya menarik perhatianku, Celebrate Your Weirdness dari KaWanku yang mengangkat issue bullying di kalangan remaja. I’m not a teenager anymore, tapi nggak ada salahnya juga kan baca?

“Am I ever being bullied or being a bullier?”

Absolutely

“Both”

Aku cukup beruntung menghabiskan masa sekolah tanpa gangguan social media semacam Ask.Fm atau Instagram, wajar saja, pada saat itu social media paling keren yaitu My Space dan Friendster baru saja muncul.

Jadi, bully hanya dilakukan secara verbal dan (sedikit) fisik. Sindir menyindir adalah hal yang biasa, namun membalas sindiran adalah keharusan. Ada harga diri yang mesti dibela.

Tinggal di asrama itu intensitas bullynya lebih tinggi karena hampir semua kegiatan dilakukan dalam satu lingkungan. Mau pergi ke kelas di bully, mau pergi ke ruang makan di bully, mau baca buku di perpustakaan di bully, mau pergi jajan di bully, mau pergi sholat ke musholla di bully sampai mau mandi pun di bully.

Berada dalam rantai terendah ekosistem, tentu saja membuatku dan teman-teman seangkatan jadi sasaran empuk senior. Awalnya kita diam karena tidak ingin berurusan dengan senior, tapi lama-kelamaan kita kesal dan balik membalas mereka.

Karena hal itu juga kita mesti berurusan dengan pembina dan wali kelas, dimusuhi senior karena dianggap nggak sopan dan beringas. Tapi akhirnya dengan self defense yang konsisten dan cukup extreme, kita akhirnya malah menjadi angkatan yang ditakuti.

We only bullying if bullied. Yang nggak mah biasa aja ...

Tapi ya, selama masih junior pasti ada saja yang dipermasalahkan senior, meski sebenarnya nggak penting-penting amat. The way we dressed, the way we talk, the way we walk, the way we live is so matter with them. Kadang kesannya sampai mencari-cari kesalahan.

Biar apa? Biar kita tahu mereka itu senior. Ya kan?

Ada 2 alasan kenapa senior sering membully kita:

1. Karena kita emang songong
2.  Karena kita enggak temenan

Karena sesongong-songongnya teman tetaplah teman.


Salah satu hal yang membuat kesal adalah ketika harus jalan sendirian melewati sekawanan senior, duh ...  berasa lagi diincer sama Piranha, siap dimangsa. Setiap langkahnya pasti diikuti tatapan sinis yang menunggu perbuatan salah, meski nggak ada apa-apa tetap saja merasa risih.

Padahal secara personal mereka sebenarnya baik kok, apalagi kalau lagi ujian semester. Untuk  menghindari kerjasama atau kecurangan saat ujian, pihak sekolah mengatur tempat duduk untuk 3 kelas, yang artinya mengharuskan junior dan senior duduk berdampingan.

Disitulah simbiosis mutualisme terjadi, junior dan senior yang biasanya saling serang menjadi partner karena butuh bantuan. Saat masih menjadi junior aku sering diberi bantuan oleh senior, begitu juga sebaliknya kelak. Sayangnya, ketika ujian semester berakhir maka berakhir pula masa tenang bullying.
Satu-satunya alasan kenapa kalau bullying harus banyakan adalah karena nggak berani kalau sendirian.

Percayalah ... Guru BK baru dihire ada saat aku kelas 2 SMA, mungkin pembina dan wali kelas sudah cukup kawalahan menghadapi tingkah laku siswa/siswinya yang mengikuti perkembangan zaman.

Memanfaatkan acara sekolah, seniorku membuat nominasi “The Weirdeist Person of The Year”, aku dan salah seorang temanku dinominasikan bersanding dengan juniorku yang juga dianggap weird. Demi apalah ini ... aku menemukan kartu nominasinya terselip di tumpukan properti acara dan menyobeknya.

Ya ... ada banyak alasan kenapa aku dianggap weird dan bullyable (selain 2 alasan diatas). Aku memiliki kehidupan yang berbeda dari mereka, aku memiliki fashion taste yang berbeda dari mereka, aku memiliki kesukaan yang berbeda dari mereka, aku memiliki lingkungan yang berbeda dari mereka, aku memiliki penampilan yang berbeda dari mereka. Intinya aku berbeda dari mereka.

So?

What?

JUST BECAUSE MY SINS ARE DIFFERENTLY THAN YOURS, DOESN’T MEAN I'M WRONG !!!


Aku bisa menghandle semua bullyan karena sadar aku juga terlibat didalamnya, namun yang paling membuatku kesal adalah di bully untuk kesalahan yang tidak pernah ku perbuat.

Gimana rasanya diomongin hampir satu sekolahan dan dibully karenanya? Seems the world against me. Kaya dikudeta. Ketika semua orang tahu sedangkan aku tidak tahu apa-apa adalah moment terngenes, seakan-akan aku adalah manusia tersabar yang perlu diperingatkan dengan cara dibully.

We all knew, selalu ada frienemies dalam setiap pertemanan. Bahkan antar teman pun bisa saling membully. Tergantung orangnya juga sih.

Aku dan salah seorang temanku pernah ditolak masuk eskul (atau klub) karena dianggap tidak memiliki skill. Nyali kita kandas karena ditanya “Emang kamu bisa apa?”.

Meski awalnya kesal ½ mati karena pertanyaan tersebut, lama-lama kita menyadari bahwa mengutuki orang yang mengatakannya tidak akan menghasilkan apa-apa, malah membuat semakin terpuruk. Kemudian, karena rasa sakit hati yang mendalam kita bertekad dan termotivasi untuk memiliki skill yang bisa dibanggakan agar tidak dianggap remeh.


Kalau dibandingkan dengan teman yang lain kita termasuk kategori yang biasa-biasa saja, nggak pintar, nggak cantik, nggak alim, nggak populer dan nggak gimana-gimana. Nggak ada yang menonjol. Tapi disitulah keuntungannya, orang tidak akan terlalu notice sehingga kita bisa leluasa mengeksplore minat dan bakat.

Berbagai macam kegiatan kita jajal demi mencari skill, dari yang penting sampai nggak penting sama sekali. Dalam perjalanannya kita akhirnya menemukan skill yang dirasa cocok untuk diri kita masing-masing, mengembangkannya dan jadi eksis karenanya.

Melampaui pertanyaan “Emang kamu bisa apa?”. What doesn’t kill me, makes me stronger.
Temanku Maya pernah bilang “ada 3 macam orang di dunia ini, yang pertama adalah menang-kalah yaitu orang menang tapi sebenarnya dia kalah dan yang kedua adalah kalah-menang yaitu orang yang kalah tapi sebenarnya dia menang, Mbak harus jadi yang ketiga menang-menang yaitu orang yang menang karena dia layak untuk menang”.

I’d fought for it.

Tak peduli sekesal atau senasteung apa, selama masih ada teman yang peduli dan mau membantu, bullier hanyalah angin lalu. Selalu ada penghiburan. Tapi kalau emang nggak ada yang mau menghibur, cukuplah dengan menghibur diri sendiri. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Scream Queens adalah serial televisi horror  (+ a little bit comedy) yang menceritakan tentang misteri yang menghantui rumah persaudaraan Kappa Kappa Tau. Ditayangkan  pertama kali pada September 2015, Scream Queens cukup menyedot perhatian penonton yang penasaran melihat acting perdana  Ariana Grande.

Selain mengangkat tema yang populer, Scream Queens juga menghadirkan jajaran aktris dan aktor muda yang sedang naik daun. Diantaranya adalah Emma Roberts yang pernah bermain sebagai Nancy Drew, Abigail Breslin yang lebih dulu dikenal sebagai Little Miss Sunshine dan yang terakhir ada Tavi Gevinson seorang  fashion blogger. 

Rumah persaudaraan Kappa Kappa Tau (KKT) dipimpin oleh Chanel Oberlin (Emma Roberts) dan minionnya yaitu Chanel #2 Sonya Herfmann (Ariana Grande), Chanel #3 Saddie Swenson (Billie Lourd) dan Chanel #5 Libby Putney (Abigail Breslin).

Karena kecerobohannya Chanel tanpa sengaja membunuh Ms. Bean pengurus rumah KKT, mereka lantas menyembunyikan jenazah Ms. Bean di ruang pendingin. Ketika sudah dirasa aman mereka kembali ke ruang pendingin dan mendapati jenazah Ms. Bean hilang.

Ada yang berbeda di tahun ini, ketika sedang mengadakan inisiasi calon anggota muncul maskot kampus mereka The Red Devil yang membunuh salah satu calon anggota KKT. Tak sampai disitu, The Red Devil juga membunuh Chanel #2 dan meneror seisi rumah KKT.

Dekan Cathy Munsch (Jamie Lee Curtis) lalu meminta bantuan jasa keamanan Denise Hemphill untuk menjaga rumah KKT. Ternyata bukan hanya rumah KKT saja yang diteror oleh The Red Devil, tetangganya yaitu rumah Dickie Dollars Scholar (DDS) yang dipimpin oleh Chad Radwell yang juga kekasih Chanel juga diteror oleh The Red Devil.

Grace Gardner (Skyler Samuels) anggota KTT dan Pete Martinez (Diego Boneta) anggota DDS berusaha mengungkap siapa The Red Devil, berdasarkan bukti-bukti yang ada The Red Devil mengarahkan mereka pada misteri kematian yang terjadi 20 tahun yang lalu di rumah KKT.

Ketika keadaan semakin parah muncul Gigi Chadwell mantan presiden rumah KKT, ia juga adalah kekasih Wes Gardner, ayahnya Grace yang menjadi professor di Universitas Wallace. Dekan Munsch menambah anggota kemanan dengan Shondell Washington.

Selain Zayday Williams (Keke Palmer) yang berusaha untuk menjadi pemimpin rumah KKT, ada Hester Ulrich (Lea Michele) yang menjadi Chanel #6 dan beberapa nama lain yang tidak perlu disebutkan karena akhirnya meninggal.

The Red Devil membunuh satu persatu anggota rumah KKT dan DSS hingga hanya bebrapa orang saja yang tersisa. Scream Queens season 1 ini berakhir dengan terungkapnya siapa The Red Devil dan bagaimana akhirnya Chanel dan kawan-kawannya berakhir di rumah sakit jiwa. 

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates