Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.
I love you 😍

Hello~

Setelah main ke Balong Café kita memutuskan untuk jalan-jalan sore sekaligus mengenang masa muda… eym… 20 tahun yang lalu gitu ya haha 😂. Kalau kalyan pernah tinggal di Garut mungkin akan setuju bahwa salah satu cara terbaik menikmati sore adalah dengan jalan-jalan bersama manteman, ketawa ketiwi dan mengomentari ini itu. Kadang kepikiran, kok bisa ya radar kita auto nengkep sinyal dari baso-baso yang nikmeh itu… 😅.

***

Kalau byasanya kita Garut jajan di sekitar ceplak, kali ini kita makan siang (yang kesorean) di mana lagi kalau bukan di RM. Bungo Tanjung 💖. Aku lupa siapa yang memulai… namun ada masanya kita izin keluar di jum’at hanya untuk beli Sate Padang RM. Bungo Tanjung. Entah kenapa namun mantemanku lebih memilih untuk makan Sate Padang-nya di tangga asrama ketimbang di tempatnya langsung.

Salah satu temanku yang nggak suka ikan (dan semua olahannya) selalu minta dikirimi Nasi Padang RM. Bungo Tanjung setiap kali menu ikan muncul. Sebagai teman seasrama udah tentcu kita kecipratan kuahnya dongs alias ikut makan bareng 😂. Percayalah… wangi Nasi Padang yang menguar di udara bikin mood di asramaku berubah, dari yang asalnya B aja tetiba jadi happy.

tyda banyak berubah

Salah satu RM. Padang yang taste-nya cocok di lidahku adalah RM. Melati Indah di dekat kosan Icunk dulu, makanya saat Icunk pindah ke MLB aku udah jarang makan Nasi Padang 😭. Di dekat kosanku ada RM. Padang tapi yagitu… kurang cocok di lidah 😅. Oh ya, lidahku nggak cocok dengan RM. Boleh Dicubo, just in case kalyan penasaran mengapa aku nggak pernah bikin post-nya 😉.

FYI. Menu favorite sepanjang masaku adalah terong balado dan udang (balado/peyek), sesekali bolehlah paru (tipis kering), namun rendang adalah pilihan terakhir 😆. Kurasa ada benarnya asumsi rang-o-rang yang menyebut Nasi Padang sebagai penangkal covid-19, karena semua lauknya diolah menggunakan rempah yang bikin kita lupa gimana rasa aslinya.

pernah duduk dimana?

Kita sampai dei RM. Bungo Tanjung sorean ya, sekitar jam 4 makanya menu-nya udah pada nggak lengkap. Menu udang (balado/peyek) udah habis, sebagai gantinya aku memilih terong balado dan perkedel kentang. Aku nggak memilih menu daging ayam karena kemarin udah makan ayam seharian, nggak mau aja gitu kalau makan menunya masih sama 😁 *banyak mau.

Alhamdulillah aku nggak mengalami momen macem abis makan soto tangkar di Ambrogio Patisserie lalu, kandungan santannya masih aman dikonsumsi yaini 😂. Mungkin karena udah lama nggak makan Nasi Padang jadi terasa nikmeh 😭, apalagi saat bumbunya larut di lidah. Untuk kerupuk kulitnya kita sharing ya… itu pun susah banget habisnya *ingat usia.

Semoga aku bisa segera menemukan RM. Padang yang taste-nya cocok ya, PR banget kalau mesti ke Ujung Berung.

nasi + sotomg isi cumi Rp 38.000

nasi + ayam rendang Rp 23.000

nasi + terong balado + perkedel kentang Rp 17.000

kerupuk kulit siram Rp 16.000

RM. Bungo Tanjung
📍 Jl. Raya Ciledug No. 76 Regol, Kec. Garut Kota
📆 Senin-Minggu 08.00-20.00 WIB

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Setelah tertunda selama beberapa minggu (atau bulan 😁) akhirnya kita bertemu dengan baby Alma dan emaknya. Alhamdulillah keduanya sehat wal afiat dan berada dalam keadaan yang baik. Rencananya jam 8-9 kita udah OTW ke Rancaekek, udah termasuk nge-pick aku dan Memed + Ijal si pemuda masa kini. Sayangnya, rencana hanya wacana… kita ngaret dongs dan sukses bikin Pici merepet seharian 😂.

Hujan sore kemarin bikin jalur Buah Batu-Bojongsoang macet tipis-tipis, hal ini bikin kita kita (aku dan Deya) stuck dan berimbas pada sulitnya mengumpulkan nyawa di pagi hari 😅. Yha~ aku baru sampai di rumah jam 9 malam, pun dengan Deya yang baru mengantarkan anak didiknya PKL nun jauh disana. Paginya aku beberes rumah dan Deya ada urusan kampus, so… udalaya…😂.

udah pada baikan kok ini 😊

Dari Rancaekek kita mengantar Memed pulang ke Margahayu dan lanjut ke… Garut, mau ada sesi perbincangan akademisi ceunah. Di perjalanan kita lanjut ngobrol ini itu, masih ketawa-ketawa gegara Pici masih aja merepet padahal hari udah mau berakhir. Alhamdulillah kita selamat sampai tujuan dan masih bisa makan ayam geprek dengan nikmeh padahal sebelumnya udah ketar ketir.

Rencana menghabiskan sore di Balong Café mesti di-reschedule gegara kena macet weekend + perbaikan jalan di jalur Bandung-Garut. Oh ya kita menginap di rumah Pici lagi ya *angger sekali pun udah memiliki kehidupan masing-masing rumah Pici masihlah basecamp. Meski udah bangun pagi kita caw ke Balong Café-nya agak siangan, teu diditu teu didieu ngobrol weh…

sore lebih OK 

coba tebak, ini kaos kaki berisi kaki siapa?

Ada beberapa opsi café yang masuk list, namun Pici merekomendasikan Balong Café karena nggak terlalu jauh dan tempatnya OK. Lokasinya Balong Café ini berada eks area penambangan pasir Rancabango, lubang galian yang terisi air kemudian menjelma menjadi danau (buatan). That’s why air balong-nya berwarna kehijauan dan agak butek.

Jalan menuju ke Balong Café sesungguhnya nggak bagus-bagus amat dan agak sempit, perlu space untuk melipir apalagi saat berpapasan dengan truk pengangkut pasir. Mungkin karena datang di waktu yang nanggung kita masih bisa leluasa memilih mau parkir dimana, nggak tahu deh kalau peak season macem ramadan kayanya sih bakal rame.

Ternyata kita mesti mendaki dulu dongs… huhu 😥.

anginnya sepoi-sepoi

area indoor yang udah sepi

area glamping di tepi balong

Di tengah tangga ada pos untuk mengisi deposit (Rp 25.000/orang) jadi saat order tinggal bayar sisanya aja. Kalau kalyan nggak ingin kepanasan atau malay naik turun tangga kusarankan kalyan memilih area indoor yang berada tepat di depan area serving. Namun kalau kalyan ingin menikmati view balong dan nggak keberatan untuk sharing space kusarankan kalyan memilih area outdoor.

Kalau kalyan ingin foto yang lebih proper dan pake property, kalyan bisa pake jasa foto-nya Balong Café yang tentcunya berbayar 🤑. Pastikan kalyan berhati-hati, karana saat kita disana ada salah satu customer yang kecebur gegara pijakannya kurang ajeg. Beruntung doi nggak terluka, cuma malunya itu loh ya~ bikin nggak mau keluar dari balong 👀.

tah nu kieu Cih 

💖👌

percayalah... aslinya panas banget

Kita order beberapa minuman dan sharing menu, entah karena overload atau memang bikinnya lama namun udah sejam lebih order-an kita belum selesai. Cirengnya diuleni dulu apa gimana? 😠. Udah ditinggal sholat, foto-foto dan main batu masih belum selesai juga, untungnya ada mang-mang pentol yang entah gimana bisa masuk jadi kita bisa jajan tipis-tipis.

Saat order-annya selesai yang ada kita macem kehilangan momen gitu loh, macem yaudalaya... 😅. Meski tempatnya OK, makananya dan minumannya standar, maaf banget niya namun aku nggak merekomendasikan Balong Café ini bagi kalyan yang kesabarannya setipis tissue karena service-nya hemeh. 

Yang kita order:
Rp 28.000 Senja di Balong - minuman ekstraksi bunga telang dan nanas
Rp 28.000 Merah Delima - minuman strawberry dan nanas beraroma kecombrang
Rp 28.000 Timun Mas - minuman apel hijau dan nanas beraroma sereh manis
Rp 22.000 cireng tumis sambal goang 
Rp 22.000 pisang aroma cokelat dan keju

*semua harga yang tertera belum termasuk tax & service 

BTS-nya IG story

potongan cirengnya gede dongs 

mayanlah 👍 

@balongaja
📍 Rancabango, Tarogong Kaler, Garut
📆 Senin-Minggu 08.00–21.00


Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Akhir tahun ini kita (siapa lagi?! 😁) mengunjungi soft opening rumahnya Pici di Garut yang masih satu area dengan rumah orang tuanya. Kalau kalyan pernah main ke rumah orang tuanya Pici pasti ngeh deh kalau rumahnya Pici ini (taste-nya) bapaknya banget 😉. Kubilang begini karena kutahu bapaknya Pici hobby-nya merenovasi rumah, senang mengeksplorasi material dan detail oriented. Sudut anak tangga pake list, rooster yang bermotif, teralis yang berulir, pokoknya sebisa mungkin nggak ada space kosong yang sia-sia ✨👌🏻.

Aku dan Deya berangkat di hari Sabtu pagi, transit sebentar di Nagrek karena bisnya Icunk kena macet dan kita sampai di Garut menjelang tengah hari. Tadinya kita mau jalan-jalan di kota, namun karena udah keasyikan ngobrol jadinya mager, ujung-ujungnya kita beli minuman yang berembun, berasa dan berwarna via Go Food 😅. Malamnya kita beli baso aci dan tolak bala karena perut kita bergejolak paska minum eskosu jahara, fix nggak akan beli lagi 🥺.

Tadinya kita mau jalan-jalan ke kota (masih keukeuh) atau lanjut ngobrol di mana gitu… namun menimbang situesyen yang kurang kondusif sebab terhalang Karnaval SCTV, kita memutuskan untuk jalan-jalan ke Gunung Papandayan. Berdasarkan observasi Icunk di TikTok, saat ini adalah tempat wisata baru di Gunung Papandayan yang sedang hype, dimana bunga hydrangea (hortensia) sedang bermekaran. Kuy, marki-try… 😎.


Perjalanan menuju Gunung Papandayan bikinku nostalgia entah karena apa… kemungkinan sih gegera kangen saat masih tinggal di Darul Arqam. Aku, Pici, Nurma dan Shanty pernah jalan dari belakang Darul Arqam melintasi sawah dan sungai, tahu-tahu sampai di Bayongbong. Capek banget… untungnya kita bawa uang jadi pulang ke Darul Arqam-nya pake angkot. Nggak kebayang yekan gimana capeknya kalau kita mesti balik lagi melintasi sawah dan sungai karena nggak bawa uang 😂.

Kita juga pernah camping di Gunung Papandayan, untuk post-nya ada di link ini:
Camping di Gunung Papandayan
Camping di Gunung Papandayan (lagi)

Dari gapura selamat datang di gunung Papandayan yang ada opangnya kita mesti agak bersabar karena jalannya sedang diperbaiki, sisanya mah sih aman ya. Jarak dari gapura ke loket cukup jauh meski jalannya udah lebih baik, merasa heran sendiri, kok mau-maunya ya aku dulu ke loket pake ojek padahal jalannya masih rombeng. Memang ya pulang dari sana aku sakit pinggang dan sakit pantat 😂 mana jalan ke Pondok Saladanya jauh.

lokasi camping pertama kita di samping gapura itu, dulu di pinggirnya ada tempat sampah, sekarang udah berbenah

bunga edelweiss

air yang mengalir dari kolam renang

Sebelum pergi ke gunung Papandayan ada baiknya kalyan mengecek tarif masuk dan tarif lain-lainnya di TWA Papandayan. Untuk wisatawan lokal dan wisatawan internsional tarifnya tentcu berbeda, udah ada penyesuaian meski rate-nya flat (biar nggak pusing meureun nya). Kini di gunung Papandayan kita nggak hanya bisa camping, hiking atau foto prewedding. Kita juga bisa berenang, jalan-jalan di tamannya bahkan menginap di cottage. Fasilitas umum macem toilet, musholla, parkiran dan warung so pasti tertata rapi. Nah, gini dongs… ✨👌🏻.

Kita memilih untuk berjalan-jalan di taman bunga hydrangea (hortensia) sekalian menunggu Alka dan Sangga yang berenang. Disini ada Orchid Garden tapi karena bingung masuknya dari mana kita nggak kesana haha isokey kok, taman bunga hydrangea-nya memuaskan apalagi untuk buibu yang demen bikin story. Hydrangea memang tumbuh di area bersuhu dingin, makanya cocok banget kalau bikin taman bunga hydrangea di gunung Papandayan.

sayangnya nggak wangi

mamanya Pici dan Sangga

mau bilang ini di Jeju, tapi udah pada tahu ini di Papandayan

masih ada yang ukurannya lebih besar daripada ini

lagi pada ngaps?

fotoin bunga ini

another bunga di tepi toilet

Ohya, kalyan menyebut bunga hydrangea sebagai bunga apa? Aku tahunya Kembang Bokor dan bunga Tiga Bulan (karena mekar selama 3 bulan), mama menyebutnya bunga Hortensia dan Deya menyebutnya bunga Borondong 🍿.

Beruntung saat kita kesana bunga hydrangea-nya masih mekar, masih berbentuk bulat sempurna. Selama ini aku hanya tahu bunga hydrangea berwarna yang biru dan putih aja, ternyata ada warna lain yang nggak kalah cantik. Saat kecil bunga hydrangea sering menjadi dekorasi di stand di pameran instansi tempat mama kerja, setelah pamerannya usai dekorasi tanamannya jadi incaran buibu, mayan… masih ada sisa mekar hingga 1 bulan kemudian.

Saat Alka dan Sangga berenang, kita sempat jajan di warung yang ada di area parkiran. Kalyan bisa langsung cap cip cup pilih warung karena barang yang dijual hampir sama, untuk harga mungkin beda tipis tapi gorengan mah kemungkinan sama *sotoy 😁. Kalyan nggak perlu khawatir kekurangan asupan micin karena ada pedagang cilor, cilung, batagor dan peracian duniawi yang mangkal di sebelah warung dengan tertib. Selain itu suasananya memang cocok untuk sekedar ngopi (minum teh hangat sambil ngemil gorengan).

yang anget... yang anget...

ter-legend se-Darul Arqam-eun

Kita turun dari gunung Papandayan saat tengah, waktu yang tepat untuk makan siang yekan… Yha~ dimana lagi kalau bukan di Mulang Sari 😅. Kita ke Mulang Sari yang di depan Mall Garut macem terakhir kali aku kesana dengan Icunk. Saat kita makan sayup-sayup terdengar suara musik dari acara Karnaval SCTV, kenapa sih venue-nya di alun-alun kan di depannya ada Mesjid Agung?! Macem, apakah lapangan Kerkoff kurang OK untuk dijadikan venue acara? 🤔


Setelah nge-drop Pici dan duo bocil di rumahnya kita kembali ke Bandung, Icunk kembali di-drop di Nagrek. Tumben-tumbenan yekan kita pulang saat masih sore 😁. Saat kembali ke Bandung aku baru melihat stasiun Tegalluar yang meriah dari jauh, ketara banget ya udah lama nggak lewat tol 😅 Saat awal tahun ke rumah Pici mah stasiunnya belum jadi.

Garut kota Burayot

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Mengawali tahun 2023 ini kita menyempatkan untuk main ke Garut, kemana lagi kalau bukan ke  rumahnya Pici. Satu-satunya alasan mengapa kita main ke rumah Pici adalah status WA-nya yang panen anggur 🍇. Mon maap… setiap kali ke rumah Pici ada aja yang berubah, tiba-tiba kamar pindah, tiba-tiba udah bertingkat, tiba-tiba ada rooftop garden. Rasa-rasanya gatal aja gitu kalau nggak mengikuti perubahan 😆.

Kita berangkat dari Bandung di hari Minggu pagi, alhamdulillah mobilnya cukup guise… ada (sesuai absen sesungguhnya, yang bukan nickname) Icunk, Anis + Ijal, Deya, Fira, Bois, Mamih dan aku. Kebetulan orang tua Anis lagi main ke rumah kerabat di Garut, jadi kita nge-drop Ijal disana biar emaknya bisa bebas. Kemudian kita caw ke rumah Pici dan dengan nggak tahu dirinya langsung menuju rooftop.




Kagak faham lagi… meski udah nggak jadi base camp, tapi setiap kali ke Garut belum lengkap rasanya kalau nggak mampir ke rumah Pici. Beruntungnya orang tua Pici legowo menerima kita dalam berbagai keadaan di rumahnya, tahu sendiri yekan gimana gordesnya kita kalau kumpul. Udah nggak terhitung sesering apa kita geratakin dapurnya entah itu mencari panci, mencari mangkok, mencari sendok atau mencari centong saat ingin menghangatkan baso aci 😌.

Aku lupa siapa yang bilang: Pici adalah keluarga mini, keluarganya mini, rumahnya mini, mobilnya mini, makanya saat kita yang tinggi dan besar main ke rumah Pici berasa merangsak 😁. Hampir semua teman pernah main ke rumah Pici, yaeyalahhh… makanya dijadikan base camp sekaligus tempat menginap. Eh, kita juga pernah kok menginap di rumahnya Rela saat nikahannya Dila, sekelas malah.




Rooftop rumah Pici dibikin kebun mini macem punyanya rang-o-rang saat pandemi, untuk saat ini rooftop garden-nya Pici lagi fokus ditanami anggur, kalau musimnya berubah mungkin tanamannya pun akan berubah haha sotoy banget hamba 😂. Selain anggur, Pici dan bapak menanam tanaman hias dan ofkors cengek, tapi tetap ya yang menjadi interesting point adalah anggurnya yang menjuntai siap panen.

Beruntung saat kita kesana masih kebagian panen anggurnya Pici, rasanya sama kaya anggur yang byasa kita makan. Pici dan bapak menjual bibit anggur dan anggurnya (dari hulu ke hilir yee) kali aja yang tertarik bikin mini garden macem rang-o-rang di TikTok. Di samping rooftop garden ada kolam ikan mini dan bale untuk menikmati hari santai.





The Virgin

Kita lanjut makan siang di atas bale sambil melihat anggur-anggur yang ranum, suara gemericik air dari kolam ikan dan angina sepoi-sepoi menambah syahdu, pun dengan cuaca yang ceudeum bikin momen papahare ini terasa nikmeh. Nggak perlulah back sound lagu Sunda yang loop repeat macem di Ampera biar terasa Sunda.

Apakah udah selesai? Otentcu belum… masih ada Baso Aci yang menanti di dapur. Tenang guise… selalu ada tempat untuk Baso Aci karena berfoto pun udah cukup membakar kalori. Photoshoot-nya penuh effort karena badan kita terlampau kaku untuk bergaya bak anak muda, zom to the po. Setelah beberes di atas kita pindah ke ruang keluarga Pici untuk makan Baso Aci.

ayeuna atawa isuk, rasa kuring moal robah - Jasuke Boy

Ubertos girls

Dari rumah Pici kita menuju ke mana lagi kalau bukan ke… Pengkolan, apa pun nama resminya saat ini kita masih setia menyebutnya dengan Pengkolan. Herman banget dengan situesyen pengkolan kini, kalau byasanya PKLnya berjualan cemilan, mainan dan barang, kini nyempil PKL sayuran dongs. Yang anomali bukan hanya cuaca. Kita jajan per-acian (yang menjadikan kita bucin) dan jasuke.

Terima kasih Pici dan keluarga udah bersedia menerima kita yang saban hari ngerecokin muli. Terima kasih Deya yang udah mau-maunya nyetirin kita ke Garut, lain kali nyetirnya lebih jauh ya haha *minta digeplak 😆.Terima kasih Ijal udah bageur jadi emaknya bisa bebas sebentar. Terima kasih teman teman seperjalanan yang membuat hari Mingguku cerah ceria macem baru gajian.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Sekedar reminder, 5 bulan lagi menuju tahun 2022 😁 Gimans resolusinya? Resolusiku mah belum terlihat hilal-nya, curiga agak offside niya karena bahkan sampai post ini kutulis aku belum menamatkan 1 buku satu pun, gils… mager amat ya daku~  😌 Distraksi duniawi membuatku sulit fokus mengerjakan to do list, sisanya… lelah bestie 🤭.

FYI. Brace yourself. Post-nya agak panjang niya~ 

***

Di pergantian semester ini Icunk mengajakku healing (yang tentcunya nggak bikin sinting 🥴) ke Garut untuk temu kangen sekaligus nostalgia jalan jajan di masa sekolah hahapeuuu 😅 Biar terasa vibe healing-nya kita berangkat dari Bandung (Kiara Condong) ke Garut pake kereta api Cibatuan dengan durasi perjalanan ± 3 ½ jam. Untuk harga tiketnya 14K aja, bisa dibeli secara online via My KAI atau langsung di tempat.

Kebetulan tanggal keberangkatan kita bertepatan dengan hari libur (Tahun Baru Hijriah) yang mana membuatku langsung gercep mengamankan tiket sejak H-7 😉. Bagi rang-o-rang yang hari Sabtunya nggak libur tentcunya libur Tahun Baru Hijriah ini sangat berarti, apalagi Icunk 😍. Dari Bandung ke Garut via kereta api Cibatuan hanya ada 2 jadwal keberangkatan sedang dari Garut ke Bandung hanya ada 1 jadwal keberangkatan.

Untuk melihat jadwal kereta api Cibatuan lebih lanjut (yakali penasaran) bisa dicek di aplikasi My KAI, di kolom KA lokal.


Ini adalah kali pertamaku dan Icunk ke Garut menggunakan kereta api, byasanya kita pake bis atau ikut Mamih dan Abink 😁. Excited sekaligus penasaran, apakah opsi naik kereta api ke Garut bisa diberdayakan atau malah cukup sampai disini ✨. Well… Kalau kalyan super santai dan nggak memiliki tanda-tanda kejompoan dini mungkin bisa menikmati perjalanan, lain cerita kalau sebaliknya, opsi naik kereta ke Garut sebaiknya dicoret dari wish list.

Kereta api Cibatuan ini adalah kereta api yang melayani rute lokal Bandung – Garut dan sebaliknya, yang berarti kereta api akan berhenti di setiap stasiun lokal dan mengalah pada kereta api interlokal. Di stasiun Cicalengka kita bahkan berhenti ± 10 menit, waktu yang cukup bagiku untuk makan bubur 😋. Bahkan di stasiun Kadungora kita dipersilakan untuk turun dan jajan di warung-warung sekitar karena kereta api berhenti ± 20 menit. Gils… serasa naik kereta api di Crash Landing on You yekan 🤗.

Mungkin karena bertepatan dengan libur Tahun Baru Hijriah situesyen arus mudik lokal dari Bandung ke Garut terpantau ramai. Kalau byasanya kita duduk bersebelahan kini kita duduk bersebrangan, ikut circle-nya rang-o-rang. Nggak usahlah bermimpi bikin video aesthetic pake sound-nya Ganta karena kaca jendela kereta apinya burem kaya jarang dicuci 😅.

masih usaha

Aku lupa pernah membaca dimana, namun jalur kereta api di Jawa Barat adalah salah satu jalur kereta api terindah di Indonesia, maka sangat disarankan untuk mengambil jadwal di pagi atau siang hari. Untuk hal ini aku tenctu sangat setuju karena di sepanjang perjalanan kita dimanjakan oleh pemandangan indah nan cemerlang, cucok banget bagi yang ingin me-refresh mata ✨👌🏻.

Kereta api di masa kini tenctu lebih baik ya, ticketing system-nya udah okcey dan lebih tertata. Kalau pernah merasakan era kereta api sebelum eranya Pak Jonan pasti faham gimana happy-nya bisa backpacker-an ala-ala. Di setiap stasiun selalu ada Mbok Pecel dan Mas Lanting yang menunggu, mengantar sanak saudara hingga depan peron, bahkan mencoba duduk di dalam kereta meski nggak menjadi penumpang.

Dulu bebas banget guise… Tapi sekarang alhamdulillah lebih baik 👍🏻.

Aku sih sangat berharap PT. KAI bisa kembali menghidupkan rute-rute lokal dan menambah stasiun. Maap banget nih Subang, kalau mau naik kereta api mesti ke Pagaden atau Purwakarta dulu dan itu kereta api lokal 😅.

TIPS
- untuk bekal usahakan membawa makanan kering aja macem roti atau biscuit atau Bacang, percayalah sarapan bubur di kereta api lebih banyak awkward-nya 🥲.
- kalau ingin agak moyan pilihlah kursi di sebelah kiri, kalau ingin yang agak teduhan pilihlah kursi di sebelah kanan.
- pastikan adabnya dipake, kalau bawaannya banyak simpan di rak bukan diantara penumpang. Heurin…
- pertahankan sampah sampai petugas kebersihan lewat.

stasiun Garut lama

stasiun Garut baru

view dari stasiun Garut baru

view di bagian samping stasiun Garut lama

ngintips

Kita tiba di stasiun Garut kota sekitar 10.30 excited banget ingin melihat penampakan stasiunnya 😁 Saat aku masih di ma’had aku cukup sering main ke daerah sini karena dulu sering ngewarnet dengan Marella, eh pada tahu warnet kan? *jebakan umur 😋 Karena udah di non-aktifkan, seingatku stasiun Garut tertutupi tembok dan agak horror.

Kini stasiun Garut udah berbenah dan memiliki bangunan baru, baiknya stasiun lama masih dipertahankan. Di stasiun byasanya ada Roti O kan? Nah, karena stasiun Garut belum memiliki area food court, Roti O membuka gerai mandiri di Jalan Veteran, sejajaran dengan Goyang Lidah. Stasiun Garut berada di tengah kota jadi kita ada banyak opsi transportasi yang bisa dipilih.

aslinya lebih cakep

masih dalam tahap pembangunan

Yang kusuka dari stasiun Garut adalah struktur atapnya yang tinggi, keren aja gitu hehe kalau untuk bangunan stasiunnya mah B aja ya, bersih tapi nggak yang bagus gimana gitu. Kalau ada yang kurang itu adalah toiletnya yang masih minimalis, hanya tersedia 1 toilet untuk pria dan 1 toilet untuk Wanita, kebayang kan gimana antriannya 🤭.

Yang pertama kali kita lakukan setelah sampai di Garut adalah membeli bunga ke pasar… apa ya haha lupa pokoknya yang di dekat stasiun. Setelah melewati beberapa penjual bunga, kita berhenti di Teteh ini, bunga-bunga telihat segar dan berwarna-warni *penting. Icunk juga membeli beberapa bunga Sedap Malam, wangi banget… bahkan tas yang dipake membawanya pun ikutan wangi 💖.

kalau beli harus dicampur


yang mewangi sepanjang hari

Mungkin karena keseringan berada di dalam ruangan, aku cukup kaget dengan cuaca terik yang terjadi belakangan ini. Bandung memang panas, tapi Garut nggak kalah panas. Sambil OTW ke Mesjid Agung, aku dan Icunk memutuskan untuk mampir dulu ke Si Peu’eut. Yap. Si Pu’eut ini adalah favoritosnya Fene selain Goyang Lidah, dulu mereka hanya menjual Mie Baso dan Es Kombinasi aja, kini varian esnya udah bertambah.

Kita order Sop Buah, karena tampak lebih cucok dan menyegarkan di cuaca panas begini. Es Campur-nya juga enak kok, Cuma aku kurang suka kelapanya jadi skip dulu yaw. Kalau byasanya aku perlu jeda untuk mencairkan es sebab nggak mau brain freeze, kali ini mah hajar aja, Garut panasnya bikin lupa diri 😂.



minuman berasa, berwarna dan berembun

Lalu kita melanjutkan perjalanan dan menemukan bahwa trotoar di sepanjang jalan Griya Garut dipenuhi PKL yang kini berjualan sayuran. Nggak ngerti juga kenapa kok bisa ada yang berjualan sayuran karena byasanya hanya makanan dan minuman aja yang dijual. Hampir semua jajanannya menggoda iman yaini, makanya paling seru kalau ke Garut dengan teman, bisa puas-puasin jajan 😍.

Kentang Arab, Cimol jando, keripik Bayam

Jasuke 💘

Menuju Mesjid Agung suasana mulai ramai, ternyata ada acara tahun baruan (hijriah ya bukan masehi 😌) dan alun-alun terpantau ramai, kita sampai sulit menemukan tempat kosong untuk ngemil jajanan yang tadi kita beli. Kita nggak berlama-lama di masjid agung karena selain ramai tepatnya juga kotor dan kurang terawat. Nggak banget laya. Bahkan area sholat pun nggak luput dari sampah.


Markijut ke… Mulang Sari. Yha~ kita tahu belakangan ini Baso Aci lebih hype ketimbang baso konvensional, tapi kita lebih kangen ke Mulang Sari. Oh ya, Mulang Sari ini adalah salah satu baso yang sering disambangi oleh kita saat masih di ma’had. Selain Mulang Sari ada baso Solo mas Tris, baso Tri Cell dan baso Gunung Putri, sayangnya aku nggak tahu apakah baso-baso tersebut masih eksis atau nggak, kalau masih ada please give them a try.

Baso Mulang Sari ini tipikal baso yang kuahnya bisa dipisah macem Mie Akup, kemarin kita order mie yamin kuah pisah. So far rasanya masih sama… gimana ya… yagitu weh haha Seingatku terakhir kali kita Mulang Sari adalah saat ada acara reuni akbar (untuk post-nya bisa dibaca disini) di mana kita tanpa sengaja bertemu dengan Purkon yang pura-pura nggak kenal 🤭.


Setelah dari Mulang Sari kita berniat mencari café untuk ngobrol santai sekaligus men-charge smartphone. Sayangnya kita nggak tahu café mana yang enakeun dan bisa dijangkau dengan jalan kaki, kalau udah begini mah yang pasti-pasti aja yekan… J.Co to the rescue. Aku dan Icunk menghabiskan waktu agak lama disini, tadinya malah mau potong rambut dulu coba~ 🤣.



Terpantau lelah 😑

Sebelum ke Cipanas kita menyempatkan untuk membeli Pempek Veteran, sama sekali nggak kepikiran membeli Moring Ariel meski sebelumnya udah diobrolin. Kita membeli Pempeknya mentahan ya alias yang belum digoreng, kali aja pada kepo se-RW09 apa kita 🤣. Tahun-tahun berlalu dan Pempek Veteran masih gini-gini aja, asli, aku nggak bohong… layout dan propertinya masih sama sejak terakhir aku mampir.





Gedung favourite-ku 

Dari Cipanas, tadinya kita berencana pulang ke Bandung naik minibus, tapi karena minibusnya mogok jadinya naik bis Primajasa. Dari Garut ke Cileunyi 28K aja, udah naik ya tarifnya. Byasanya kalau kita ingin ke Garut naik Primajasanya dari Dangdeur biar lebih murce dan kalau beruntung bisa kaya Pici yang pulang kuliah di Unpad tarifnya dikorting mulu gegara disangka karyawan Kahatex 🤣.

Sebagai penutup kita makan (lagi) Sotoy Betawi di daerah UIN Cibiru, alhamdulillah menemukan pondasi… yha~ sebagaimana laiknya orang Indonesia, belum sah makan kalau bukan makan nasi😁. Ohya, kalau kalyan kebetulan lagi ada di daerah UIN Cibiru (di samping Dim Sum) dan bingung ingin makan apa, bisa niya dicoba Sotoy Betawi ini, enak dan menyegarkan.


Semoga kelak akan ada kereta lainnya dari Bandung ke Garut yang durasinya nggak bikin jompo. See you~

Note: besoknya aku begah karena paginya makan Lontong Kari Padang, bahaya banget nih persantanan 😑.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates