Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hello~

Saat pertama kali menonton film Black Panther di Miko Mall yang ternyata merupakan singkatan dari Milan Kopo Mall 😁 aku cukup terkesan dengan jargon Wakanders yakni: Wakanda Forever ✘, terasa menggugah sebab takjub. Selanjutnya suda bisa ditebak ya… jargon Wakanda Forever turut mengisi hari-hari euphoria Black Panther, bahkan resmi diadaptasi oleh warga +62 sebagai alias.

Sejujurnya aku sangat berharap dengan sekuel Black Panther, suda terbayangkan bagaimana megahnya Wakanda dan canggihnya studio Shuri (Leticia Wright) karena vibranium. Sayangnya, aku lupa bahwa Chadwick Boseman tetaplah manusia yang fana, kematiannya berhasil membuat kita berduka dan turut memikirkan kelanjutan sekuelnya 😢.

Jadi, aku sama sekali nggak berekspektasi tinggi dengan film Black Panther: Wakanda Forever bahkan nggak mengira filmnya akan dirilis. Kupikir ada banyak hal yang lebih dari sekedar kehilangan karakter utama, alur cerita yang suda tersusun mesti disesuaikan dengan situesyen terkini, pun dengan kami penonton film-filmnya Marvel yang suda memiliki imajinasi mandiri.

Kali ini aku kembali nonton di Ubertos dengan the one and only… Icunk, tak lupa pulangnya kita makan Pecel Lele yang bukan di tempat byasa. FYI, Pecel Lele di depan Ubertos suda lenyap nggak tahu pindah kemana, setelah berhasil keluar dari pusaran macet gegara Pasar Malam dadakan kita berakhir di Pecel Lele di depannya, so far sih okey. Well… mungkin kapan-kapan kutulis post mandiri tentang rating Pecel Lele di Bandung Timur.


Film Black Panther: Wakanda Forever dibuka dengan scene berpulangnya T’Challa sebab sakit yang kita asumsikan koronces. Meski sebel dengan CGI pemakamannya yang nggak se-smooth byasanya aku ikutan terharu ya, terutama di moment of silence yang yang khusus didedikasikan untuk mendiang Chadwick Boseman, macem turut berduka meski aku hanyalah penonton 😢.

Setelah kematian T’Challa otomatis tahta Wakanda jatuh kepada Shuri (Letitia Wright), beruntung kali ini nggak ada drama perebutan takhta macem di Black Panther dulu. Saat Shuri dan Ramonda (Angela Basset) sedang menghabiskan waktu bersama tetiba muncul sesemakhluk dari dalam air, reaksi mereka kocak banget macem: udah susah-susah nyari tempat rahasia ternyata masih ada yang nyamperin 😂.

Makhluk tersebut ternyata adalah manusia air yang memperkenalkan diri sebagai Namor (Tenoch Huerta), asbabun nuzul penamaan Namor pun nggak kalah kocak ya, kita aja sampai ngakak 😂. Namor bukanlah nama yang diambil dari bahasa-bahasa sulit nan estetik melainkan berasal dari kata No Amor alias tanpa cinta hahanjirrr apakah doi bagian dar PT. Mencari Cinta Sejati?

Namor si Polynesian

Namor adalah generasi pertama dari bangsa Talokan yang secara morfologi merupakan manusia yang berhasil beradaptasi dan berevolusi di lautan. Mulanya mereka tinggal di daratan namun tersingkir oleh penjajah, untuk mempertahankan diri mereka melakukan ritual fafifu wasweswos yang membuat mereka bisa bernafas di dalam air.

Aku nggak tahu dimana lokasi pastinya, namun yang aku tangkap sebelum menjadi bangsa Talokan mereka adalah penduduk asli Amerika Selatan, kusotoy begini karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Spanyol. Selain itu musik yang digunakan setiap kali scene berpindah ke Talokan adalah musik asyik khas pesisir dimana warganya santai bercengkrama sambil minum tuak.

Kembali ke Namor… yang tenyata bisa ngambang di atas air, kedatangan doi ke Wakanda adalah untuk memberikan ultimatum sekaligus mencari tahu siapa pencipta detektor vibranium di lautan. Pasalnya, sejak T’Challa mengumuman keberadaan vibranium banyak negara melakukan pencarian secara diam-diam dan hal tersebut mengancam eksistensi bangsa Talokan.

swag

Shuri dan Okoye (Danai Gurira) berhasil menemukan Riri Williams (Dominique Thorne) dan berusaha menyelamatkannya namun keburu disergap oleh Namor yang mengakibatkan Shuri dan Riri ditawan, mereka dibawa ke Talokan dimana Namor tinggal. Cebel banget laini… story telling scene-nya Namor ke Shuri udah macem PDKT aja, seolah-olah Wakanders mesti merasakan apa yang Talokans rasakan.

Intinya, Namor menyalahkan keputusan T’Challa yang membuka diri terhadap dunia luar karena kini bangsa-bangsa yang bersembunyi mengkhawatirkan eksistensinya tersingkap. Yha~ kalau doi udah bilang begini kuyakin ada bangsa lain pernah berkorespondensi. As we all knew… manusia-manusia yang terlahir serakah akan sulit untuk merasa kenyang 😏.

Ramonda yang nggak ingin kehilagan anak untuk kedua kalinya mengutus Nakia (Lupita Nyong’o) untuk membebaskan Shuri dan Riri Williams. Sayangnya, Nakia tanpa sengaja menciptakan huru hara yang akhirnya membuat Talokans menyerang Wakanders, gils… sangat disayangkan mengingat mereka adalah bangsa-bangsa yang bersembunyi, kalau mereka ‘hilang’ dunia masih B aja.

Dalam penyerangan tersebut Ramonda gugur dan membuat Shuri otomatis naik takhta, disini aku melihat pengembangan karakternya M’Baku (Winston Duke) yang mencoba mengambil peran sebagai kakak. Shuri yang kadung marah kemudian merencanakan penyerangan ke Talokans, Wakanders mah ngikut aja yekan kan Shuri ratunya.

Sejujurnya aku kurang suka scene pertempuran antara Wakanda dan Talokans karena terasa kurang greget aja gitu, feel-nya nggak sampai ke kursi penonton. Ada rasa kurang nyaman karena kurasa nggak seharusnya mereka bertempur demi mempertahankan harga diri bangsa sampai segitunya, balik lagi siya kalau mereka hilang pun dunia masih B aja.

Kalau ada yang kusuka itu adalah wardrobe-nya yang simple nan futuristik, keren-keren apalagi di scene pemakamannya T’Challa.

Untukku Wakanda Forever ini so so ya, nggak bisa bilang bagus karena yang bagus hanya opening-nya aja sisanya mah B aja. Well… kubilang begini karena sepertinya ku suda merasa bosan dengan genre per-superhero-an dan butuh genre baru sebagai penyegaran.

***

Posters were taken from the IMP Awards
Pictures were taken from the Marvel

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Photo by Diva Plavalaguna

Sebagai makhluk sosial yang kurang suka bersosialisasi tentcu lingkup pertemananku nggak luas, seperti garam… secukupnya😅, yang meski sedikit tapi verified. Salah satu alasan mengapa aku konsisten menjaga lingkup pertemananku tetap on the right track adalah karena aku terbiasa dengan pertemanan yang nyaman. Kita saling memahami satu sama lain dan berada di frekuensi yang seirama (nggak selalu sama namun masih satu rima), meski kini terpisah ribuan kilometer kita selalu auto connect ketika berkontak macem wi-fi kantor.

Mungkin kalyan pernah mendengar istilah low maintenance friend, kurasa istilah itu cocok untuk pertemanan yang kujalani hingga saat ini. Kita memang jarang curhat sampai ke dasar kehidupan atau merayakan hari jadi(an) bersama atau bertukar hadiah saat berulang tahun atau melakukan hal-hal yang bestie banget macem apa gitu kek 😆.

Kita berinteraksi layaknya manusia byasa, namun ada kalanya kita keep setting the boundaries until the owner ready to open the gate, jadi ya nggak ada ceritanya aku diinterogerasi atau dipaksa curhat karena temanku kepalang kepo. That’s why I love them. Memiliki teman yang mampu memberikan space dan selalu connect disaat sinyal redup adalah hal yang patut disyukuri ✨🙏🏻✨.

Yha~ aku memang jarang (sengaja) curhat, kalau untuk hal-hal umum mah gpp tapi kalau untuk hal-hal personal aku jarang, kalau pun iya byasanya ada jeda dari waktu kejadian sebenarnya 😅. Atak pernah bilang: jangan pernah mempercayai orang 100%, cukup 80% aja, maksimal 90% sisanya untuk Allah karena kita nggak pernah tahu apa yang ada di hati seseorang. Mantips sekali yorobun… Kukira hanya aku yang sering trust issue 😅.

Kembali lagi ke low maintenance friends… diantara semua circle pertemanan yang kumiliki, circle pertemanan yang paling teruji durability-nya adalah circle pertemanan saat remaja (SMP-SMA). Kita telah tumbuh dan saling memahami tabiat satu sama lain karena 24/7 selalu bersama, hal yang nggak bisa ditandingi circle pertemanan mana pun hingga saat ini.

Kadang aku merasa nggak bisa attach dengan circle pertemanan lain karena sadar bahwa aku hanyalah orang yang ditemui pada saat-saat tertentu. Wajar siya karena kita memang nggak pernah berada di linimasa yang sama, yang kalau diekstraksikan kurang lebih begini: kita adalah ruang solid yang tercipta dari beberapa transparent circle dalam sebuah diagram.

Aku setuju dengan Deya yang berkali-kali mengingatkan bahwa kita mesti bisa memilah antara close friend, casual friend, workmate dan acquittance, karena bagaimana pun ada hal-hal yang memang nggak bisa dibagi atau ditautkan padanya. Aku udah pernah melakukannya di FB, awalnya memang ribetz karena mesti nge-klik satu-satu tapi akhirnya aku faham mengapa aku mesti melakukannya.

Sekarang udah ada fitur close friend tapi tetap weh masih ada aja yang cepu, bisa dicek lagi ya wahai netizen berapa banyak hossip yang masuk lame curah perkara close friend-nya 😌.

Sebagai bagian dari support system terdekat setelah keluarga kurasa nggak ada salahnya kalau kita tetap me-maintain pertemanan yang dijalani saat ini. Ingat ya… semakin tuwir, circle pertemanan semakin menyempit, tapi aku B aja sih 😆 Aku lupa sejak kapan namun aku berusaha untuk membiasakan diri dengan small circle, puyeng juga ngaturnya gimana 😂.

Bersyukurlah kalau kalyan udah memiliki pertemanan yang meski awet tapi tetap rajet haha nggak deng… pertemanan yang nyaman adalah koentji bagi kita yang ingin menikmati masa tuwa dengan gembira layaknya grup reuni orang tua kita, yang kalau nggak saling berbalas meme saling berbalas video tembang kenangan 🥺.

Tapi kalau masih belum, well… I wish you find them sooner…
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Kembali lagi bersamaku… dan Icunk yang masih gini-gini aja padahal udah menjelang pergantian tahun. Setelah berteduh di Kings dan gabut karenanya kita memutuskan untuk ke Wiki Koffie yang akhirnya kembali beroperasi pasca pandemi selama 2 tahun. Terakhir kali kita kesana dengan Lisna (post-nya bisa dibaca disini), sekarang hanya berdua, alhamdulillah kita masih sehat dan menikmati hidup 😊.

Setelah 2 tahun berlalu kurasa Wiki Koffie nggak banyak berubah, interiornya dan menunya masih sama, yang beruba hanyalah pricelist-nya yang menyesuaikan. Kebetulan cuaca lagi nggak coy, cerah sebentar – gerimis sebentar – hujan sebentar – cerah sebentar – sisanya mendung. Mungkin karena kita udah terbiasa jalan kaki, perjalanan dari Kings ke Wiki Koffie pun terasa cepatz.



Saat kita kesana suasananya nggak begitu ramai jadi nggak perlulah waiting list segala hehe Kita memilih meja di samping jendela biar bisa nontonin kendaraan yang melintas. Memang view-nya nggak se-aesthetic view dari Starbucks Braga, namun kurasa cukuplah untuk merasakan vibes Bandung di sore hari yang sejuk pasca hujan 😘.

Karena sebelumnya udah makan agak berat di Lotek Kalipah Apo,di Wiki Koffie kita memilih menu hiburan alias cemilan ringan yang nggak bikin kenyang 😁 Gegara cuacanya yang syahdu lama-lama kita ngantuks dong, kalau nggak inget lagi di luar kayanya udah tinggal lep aja syareee 🤭.




Di TikTok sering ada yang pake caption: Bandung bisa diem nggak sih? untuk mendeskripsikan Bandung yang terus berevolusi tyada henti, macem yang ini aja belum sempat dicobain eh udah ada yang ono. Jangan jauh-jauh niya… 3 bulan nggak ke Braga pun kita udah herman karena ada café baru yang rasa-rasanya popped out from nowhere. Tahu-tahu ada 🤨.

Kalau beberapa tahun yang lalu trennya adalah kopisop – tempat ngopi sekaligus nongkrong yang diiringi flexing pencapaian hidup. Kurasa saat ini trennya mulai bergeser ke aesthetic café yang menunya fancy bertabur edible flower meski rasanya B aja dan artisan food yang untuk mendapatkannya butuh effort tapi sekalinya berhasil berasa bangga banget gitu 😂.

Alhamdulillah... Weekend well spent.

Yang kita order:


Spring Rolls 20K Dimsum 20K

Chocolate Pancake

Bak Bik Buk Juice

Dari Wiki Koffie kita jalan lagi menuju ke Naripan demi Bakso TikTok, markicob… apakah Bakso-nya cucok dengan taste kita atau cukup-nyoba-sekali-aja. Well… meski jaraknya dekat kita nggak bisa mencapainya dengan cepat gegara hujan turun lagi, kita bawa payung dan jas hujan kok tapi karena mager jadi kita berteduh dulu di Hotel Naripan.

Yap. Ternyata rasanya B aja ya guise… bagimu taste-mu bagiku taste-ku. Meski harganya wajar, kuahnya keasinan.




Wiki Koffie @wikikoffie
Jl. Braga No.90, Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung



Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Y

Hello~

Ya… ya… ya… kembali lagi bersamaku dan Icunk 😁 Sebagai teman seperjalanan *hidup 🤭mungkin kalyan udah bosan atau penasaran mengapa aku dan Icunk bisa se-coy ini. Well… satu-satunya jawabanku hanyalah: karena kita berada di frekuensi yang sama, bahkan TikTok mengklasifikasikan kita dalam katagori yang sama, jadi video yang muncul FYP-ku so pasti akan muncul di FYP Icunk~.

Aku punya teman lain yang se-frekuensi tapi karena kita berada dalam fase yang berbeza jadi udah jarang bercengkrama, kalem guise… sejauh apapun saat bertemu kita langsung connect kok 😉.

Karena kita bingung mau jalan jajan kemana akhirnya kita memutuskan untuk merealisasikan salah satu wishlist yang belum kecontreng sejak pertama kali tercetus, yakni mencicipi Lotek Kalipah Apo. Seperti byasa… kita janjian di alun-alun dan berjalan kaki menuju Lotek Kalipah Apo, kukira lokesyennya ada dimana gitu ternyata nggak begitu jauh karena masih berada di rute template jalan jajan kita.

Saat kita sampai suasananya cukup ramai, karena kita datang di hari Minggu kurasa sebagian besar pengunjung merupakan jema’at dari gereja yang terletak di seberang Lotek Kalipah Apo. Begitu masuk kita bisa langsung masuk ke antrian sambil memilih menu yang bisa di-order, nggak mungkin nggak akan lapfar mata melihat deretan Rujak dan topping Kolak. Menggoda syekali yaini… 🥺.


Yang kita order:

LOTEK 23K + LONTONG 4K + KERUPUK 3K
Salah satu hal yang menjadi barometer-ku untuk menilai jam terbang seorang pedagang adalah peralatan yang digunakan, semakin besar besar/canggih maka semakin cepat disajikan, semakin banyak yang disajikan semakin banyak demand yang diredam. Pun dengan Lotek Kalipah Apo yang menggunakan cobek dan ulekan yang zuper besar, karena posisinya berada di samping kasir kita bisa sekalian menonton mb-nya ngulek bumbu kacang.

Untuk 1 porsi Lotek sebenarnya udah termasuk kerupuk, tapi karena kita nggak tahu jadinya beli lagi. Percayalah yeoreobun… meski kombinasi warnanya kurang menarique, rasanya mah enak. Sayurannya nggak over cook, bumbunya leqoh dan porsinya pas banget untuk 1 orang *penting.



KOLAK CAMPUR 21K
Karena udah sarapan maka aku mencari opsi lain makanan (yang nggak seberat makanan berat), ingin banget makan Rujak tapi nggak jadi karena masih pagi dan berakhir dengan Kolak Campur ini. Percayalah yeoreobun… meski kombinasi warnanya kurang menarique, ini juga enak haha Aku pilih Kolak Campur biar bisa mencicipi semua items-nya, so far favourite-ku adalah Bubur Sumsumnya yang dibuat kotak macem potongan kue dan Candil. Bagaikan Ramadan su dekat ya guise... 😍.



ES CINCAU HITAM 14K
Kalau pilihannya adalah Cincau Hijau dan Cincau Hitam aku pasti akan memilih Cincau Hijau, tapi kalau pilihannya hanya ada Cincau Hitam, yaudah nggak apa-apa 😁 Untukku Es Cincau Hitamnya cukup menetralisir rasa Lotek yang agak pedas, sangat worth with the price karena potongan Cincau Hitamnya lebih besar ketimbang yang ada di minuman kaleng.



Di pintu masuk Lotek Kalipah Apo ada yang menjual Cincau Hijau (takaran pastinya nggak tahu, tapi bungkusnya pake plastik 1 kg) + santan dan gula cair. Aku beli xixixi Sayangnya, aku nggak bisa langsung menyimpannya di kulkas jadi Cincaunya kubawa jalan jajan dulu, alhasil begitu sampai kosan Cincaunya mengkerut dan berair.



Lotek Kalipah Apo
Jl. Kalipah Apo No.42, Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat 
09.00-16.30 (Selasa tutup)

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Di bulan ber-ber-an yang basah ini, salah satu hal yang membuatku mager adalah suhu dingin, barang-barang terasa dingin saat disentuh, nggak terkecuali kasurku yang Pindy Mint. Ealah… jebakan umur niya ahaha 😁 FYI. Pindy Mint adalah permen mint jadul yang diingat karena jargonnya; dingin dingin empuk ❤️. Relate laya dengan situesyen kasurku saat ini.

Untuk menyiasati kasurku yang Pindy Mint byasanya aku pake 2 bed cover, satu untuk dijadikan alas dan satu untuk dijadikan selimut atau keduanya dijadikan selimut. Meski hangat dan bikin tidurku nyenyak, lama-lama ribet juga ya bund… menyingkap dua bed cover saat bangun tuh ternyata butuh effort 😅. Beberes tempat tidur pun semakin lama karena aku mesti melipat dua bed cover.

Mempertimbangkan kemageran ini aku lantas mengganti salah satu bed cover-ku dengan selimutku yang lain and so far it works ✨👌🏻.

belum punya foto saat dipake, adanya saat baru nyampe :)

Ini selimutnya ya guise… bahannya katun dengan salah satunya sisinya memiliki tekstur fleece yang lembut tapi nggak mudah tercerabut, beratnya ringan dan ukurannya cukup untuk menutupi tubuhku (meski nggak sampai kepala 🥲). Sebagai orang yang senang berselimut saat tidur, aku merasa nyaman pake selimut ini, mau itu malam-malam yang hareudang 🥵 atau hari-hari yang dingin 🥶.

Aku juga ada selimut lain tapi sengaja kutinggalkan di kosannya Icunk biar gampang kalau menginap 😁, sedang selimut Bali (ayo ngaku… pada punya kan di rumah) kelewat tipis jadi mudah jatuh. Saat di ma’had salah satu hal yang paling kusesali adalah tidur tapi kelupaan pake selimut, asli, KZL-nya bahkan terbawa sampai di pagi hari 🥺.

Alasan mengapa aku membeli selimut ini didasari memori masa kecilku, Subang kan panas ya… jadi selimut berbulu tebal atau bed cover nggak kepake, sebagai gantinya aku pake selimut katun salur pink macem di rumah sakit. Yang membedakan selimutku dengan selimut rumah sakit adalah gramasinya, selimutku gramasinya lebih rendah jadi nggak terlalu tebal. Sekarang selimutnya udah pensiun dan menikmati masa tuanya dengan menjadi alas setrika.

Karena nggak tahu namanya saat searching di Shopee keyword-ku adalah: selimut rumah sakit dan selimut katun salur, sekali lagi semesta algoritma mengantarkanku pada tujuanku. Aku menemukannya… dan menemukan ada motif lain 😆 Tadinya aku ingin membeli selimut yang sama persis dengan yang pernah kumiliki, tapi setelah dipikir-pikir kok yang lain lebih kiyut 🤭.

Saat pertama kali melihat gambarnya yang pertama kali terlintas di benakku adalah motifnya yang mirip dengan lap meja 🥲. Karena penasaran aku searching dong dan menemukan fakta bahwa selimut dan lap meja ini sama-sama diproduksi oleh PT. Parwitex makanya motifnya bisa mirip. Kalau ingin tahu produknya PT. Parwitex bisa dicek di sini ya…

Di Shopee aku hanya menemukan sedikit seller yang menjual selimutnya PT. Parwitex mungkin gegara market-nya untuk ekspor kali ya… Kalau untuk lap mejanya mah banyak, aku juga pernah membelinya dan sekarang beli lagi haha Ohya, selimut katunnya yang berwarna putih juga okey kok, karena gramasinya tinggi jadinya lebih tebal dan ukurannya pun lebih besar, aku pake selimut ini saat di rumah Mbah.

Aku tahu rasanya random tetiba menulis post tentang selimut, tapi aku juga nggak bisa terus-terusan menahan diri untuk nggak merekomendasikannya. Ini bukan sponsored post ya… aku hanya ingin kalyan tahu bahwa ada opsi lain untuk katagori selimut katun yang cucok dipake di daerah tropis 🏝️, yang beratnya ringan dan harganya terjangkau. Apalagi kalau kalyan ada alergi bulu bisa niya dipertimbangkan 😁.

Untuk lap katunnya aku udah pernah beli beberapa untuk di rumah dan di kosan, sejauh ini sih okey.



Kalau kalyan penasaran dengan detail produknya bisa langsung caw ke Shopee, tapi kalau nggak mau ribetz silakan klik link di bawah ini (aku kasih beberapa opsi biar bisa membandingkan)

Link selimut katun polos (macem di rumah Mbah)
Link selimut katun salur warna warni (yang ingin kubeli tapi nggak jadi)
Link selimut katun motif (macem punyaku)
Link lap katun

See you in the next post 😊
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates