Selalu ada jawaban someone I can't have untuk pertanyaan: What is something that you hate but you can't live without?
Schedule minggu ini adalah presentasi mengenai mood
board yang sudah dibuat didepan kelas. Dari 5 mood board yang tersebut akan terpilih satu yang akan menjadi tema project di YCIFI Basic Fashion Course
ini, namun jika belum ada yang terpilih bisa asistensi mandiri dengan Kak
Shab.
Mood board yang terpilih adalah mood board dengan
konsep cool.
Setelah semua selesai
presentasi, kita tadinya mengira kelas akan usai, ternyata ... tidak semudah
itu ... 😏
Kita diminta untuk
mencari 3 benda 3 dimensi yang berhubungan dengan mood board yang sudah terpilih. Benda apapun selain makanan atau
yang berbentuk cair. Karena ... karena ... karena ... benda tersebut akan
ditempel di mood board yang sudah
terpilih untuk memperkuat kesan sampai program YCIFI Basic Fashion Course ini
berakhir.
Cool
Cool
Cool
Apa ya? * Suka mendadak
hilang akal kalau gini 😪
Aku jelas tak mungkin
menempelkan bongkahan es batu atau Sprite yang dibungkus plastik bening agar
terlihat ke-cool-annya, atau mencari
daun Pohon Pinus dengan tetesan embun pagi agar terlihat kesejukannya, atau
menempelkan payung karena kebanyakan gambar di mood boardku merepresentasikan air, batu terlalu cadas untuk
dianggap sebagai elemen cool.
Karena sama-sama bingung,
kita, gengges hijabers Basic Fashion Course batch 2 ini memutuskan pergi ke
Baltos untuk mencari inspirasi (sekalian makan siang juga sih).
Untuk mempermudah, kita
mencari tekstur yang mendekati si chosen
mood board di toko aksesoris Laksana. Aku menemukannya pada marbling pearl berwarna deep blue, tahu gini ya aku bawa dari rumah
kemarin L * lalu berharap jarak antara rumah dan ITB adalah
selemparan batu seperti di zaman Rasulullah dulu.
So far, meski asistensinya tidak berjalan terlalu baik, masukan-masukan Kak Shab
ini mencerahkan dan jelas.
Selanjutnya kita diminta
untuk mngeksplorasi material yang akan digunakan, boleh dari jenis materialnya,
teknik menjahitnya atau proses pembuatannya. Berhubung mood board milikku ini agak ke tye
die-tie dyean, maka mau tak
mau aku harus mengeksplorasi teknik celupnya juga.
Udah ya, see yaaa ...
ketemu lagi kalau eksplorasinya udah beres 😉.
Dari majalah hasil hunting di season 2 cuma ada beberapa gambar yang ‘satu nafas’ dengan highlight yang aku pilih, cuma beberapa
artinya cuma ada 2-3 lembar saja yang sesuai, per majalahnya, yang artinya
lagi, majalah hasil hunting di season 2 itu juga nggak ngaruh-ngaruh
teuing.
Huftt ... Hayati lelah
...
Setiap mood board harus ditempel di atas duplex (karton putih – abu-abu) di sisi
yang berwarna putih, ukurannya disesuaikan dengan gambar mood board. Kurang lebih seukuran A3 atau A2 tergantung banyak
gambarnya.
Duplexnya sendiri bisa dibeli di toko ATK di Baltos (Balubur Town Square), tapi
kebanyakan toko hanya menjual duplex
dengan ukuran A1 saja tanpa jasa potong. Ya iyalah kalau potong sendiri belum
tentu presisi 😒 Belum lagi
bawanya, belum lagi ribetnya, belum lagi hujannya, belum lagi naik angkotnya ~
bisa-bisa lecek sebelum sampai 😖.
Setelah beberapa kali trial and error tanya harga duplex
(+ kemungkinan jasa potong), kita akhirnya menemukan satu toko yang menjual duplex (+ jasa potong), namanya Toko
Anda. Toko Anda ini letaknya ada di sebelah kanan di sekitar counter stempel di samping eskalator,
pokoknya ketika masuk Baltos langsung melipir ke arah kanan deh, pasti ketemu.
Nanti ketemu 2 orang AA
yang stay di belakang etalase, yang
satu kurus yang satunya lagi berisi. Kalau mau duplex + jas potong bisa langsung request ke AA yang berisi, nggak harus duplex juga bisa kok. Terus, bayarnya juga langsung ke AA yang
berisi itu jangan ke AA yang kurus, karena dia pasti bilang ‘ke dia aja’ sambil
nunjuk ke AA yang berisi. Mungkin karena beda tanggungjawab kali ya jadinya terkesan
individual. Tapi emang ngehe banget
lah si AA ini.😞
1 duplex ukuran A1 bisa dipotong menjadi 4 bagian dengan ukuran ±
A3++ atau A2-, untuk sisanya aku deal
dengan Farah untuk membeli ½ duplexnya,
jadi kita sama-sama punya 6 duplex. Nah,
disini pentingnya belanja dengan teman, biar bisa budget sharing and stuff sharing 😋.
Gambar mood board ditempel menggunakan selotip
kertas (paper tape) yang sebelumnya
ditempelkan ke baju agar daya rekatnya berkurang, jadi nggak akan ‘merusak’ kalau
seandainya mau dilepas lagi.
FYI. jangan sekali-kali menggunakan take it (reusable adhesive)karena akan meninggalkan noda
minyak.Sebelum membeli duplex aku menempelkan mood board ke dinding agar lebih mudah
dilihat dan diatur komposisinya.
Mood board yang sudah dibuat dianalisis menggunakan skema warna (image scale) Kobayashi Shigenobu.
Caranya adalah dengan mencocokkan warna-warna dominan yang terdapat pada gambar
tersebut kemudian mencari padanannya di skema warna. Dalam satu skema warna
terdapat 3 warna yang menjadi acuan sifat. Tidak semua warna sesuai ‘plek’ dengan skema warna Kodansha ini,
kadang hanya 1-2 warna saja yang sesuai, kadang malah masuk ke 2 skema warna
yang berbeda.
Tapi nggak apa-apa sih,
tergantung kita mau ngambilnya ke arah yang mana, toh skema warna tersebut bisa
dicombine. Maksudnya, tidak melulu
harus mengacu pada satu sifat saja, bisa dua, bisa tiga, tergantung sesembak
dan sebabangnya.
Dibawah ini adalah mood board yang akan diajukan untuk
materi Image Analysis. Wismilak.
Konsep : natural
Warna : brown, caramel, khaki dan white
Natural atau yang berarti alami dalam terjemahan Bahasa Indonesia adalah keadaan
yang merujuk pada sifat yang asli. Pada mood
board ini natural yang
ditampilkan adalah dessert (padang
pasir) menyesuaikan tone color dari gambar highlight, yaitu brown, caramel dan khaki.
Perpaduan warna natural tersebut memberikan kesan warm (hangat), dan sedikit wild (liar) jika dilihat dari style yang ditampilkan di gambar highlight yaitu semi-adventuress casual. Gambar make
up palette warna natural menunjukkan tesktur dusty
(berdebu) untuk dessert dan soft (lembut) untuk tone color pada gambar highlight.
Konsep : gorgeous
Warna : crimsom, black, white
Gorgeous menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memiliki arti indah atau
cantik, dalam bahasa sehari-hari bisa juga diartikan dengan kata ciamik yaitu
pas. Sedangkan elegance diartikan
elok atau mewah.
Pada mood board ini, kesan gorgeous
elegance ditampilkan dalam warna crimson
atau maroon atau merah hati, kesan elegance ditampilkan dengan kesan classic yang timbul pada gambar oxford shoes. Gambar kelopak bunga
merupakan representation
(penggambaran) dari repetition
(pengulangan) garis pada gambar highlight,
yaitu lipit pada rok.
Selain itu gambar kelopak bunga menunjukkan kesan tekstur material outfit yang light (ringan) namun memiliki pakem bentuk tersendiri. Karena hal itu juga, gambar pada mood board ini disusun secara rapi.
Konsep : dynamic
active
Warna : pink, purple, black
Dinamic atau dinamis dapat diartikan sebagai bergerak sedangkan active dapat diartikan sebagai kondisi kontinyuitas atau keberlangsungan. Dinamic active dapat diartikan sebagai pergerakan yang hidup, berlawanan dengan static (kaku) dan monoton.
Gambar highlight pada mood board menampilkan kesan dinamic active dilihat dari penggunaan bidang lengkung yang sedikit tidak beraturan (random). Gambar bunga merujuk pada feel hidup yang merujuk pada sifat active, sedangkan gambar (zoom in) bakteri merujuk pada sifat dinamic dengan penggambaran bidang unpredictable organic yang juga dapat diartikan sebagai hidup.
Konsep : cool
Warna : deep
blue, turqouise, white, gold,
Cool dapat diartikan
sebagai dingin, sejuk atau segar. Pada mood board ini, kesan cool dapat
ditangkap dengan melihat warnanya saja yang identik dengan sifat air yang
dingin, sejuk dan segar.
Perpaduan warna yang
cukup kontras juga menghasilkan kesan deep
(dalam) dan eye catching (menarik).
Meski masih dalam satu tone color, ada perpindahan warna (gradasi) antara deep blue menuju turqouise yang memberikan kesan freeze
(beku). Sedangkan warna gold yang
terdapat pada gambar highlight
menunjukkan kesan yang soft karena
berdampingan dengan skema warna cool pada
mood board ini.
Konsep : neat
Warna : white, soft cyan
Neat atau rapi adalah
kesan yang dihasilkan oleh warna white dan soft cyan, terlihat polos karena
perpaduan warnanya yang ringan dan teksturnya yang smooth.
Image analysis (bacanya: aii-mejh einelay-seizh) atau yang dalam terjemahan Bahasa
Indonesianya adalah analisa gambar merupakan materi pembuka di Basic Fashion Course. Image analysis adalah core point dalam membuat
konsep desain (design concept), yang
nantinya akan menentukan dan mempengaruhi design
secara keseluruhan. Image analysis
bisa didapatkan dari market research
atau pure berdasarkan inspirasi designer yang bersangkutan.
Sebelumnya, aku pernah
mempelajari tentang image analysis
saat kuliah. Meski tak jauh berbeda, image
analysis yang digunakan saat kuliah (tentu) berbeda dengan image analysis yang digunakan di ranah fashion. Lain cabang ilmu, lain pula
metodenya. Pada Desain Produk, secara
umum ada 4 image board yang (sering)
digunakan ketika mendesain suatu produk, namun karena belum jelas apa produk
yang akan dibuat maka perlu dibuat image
chart yang bertujuan untuk menentukan aktivitas mana yang akan
difasilitasi.
Diatas ini adalah contoh image board untuk produk organizer dengan studi kasus Komunitas
Backpacker Bandung. Berdasarkan image
chart, user melakukan aktivitas
mencatat atau menulis pada saat menyusun itenary
(private-active), mencatat bahan kuliah (active-group) dan menulis draft blog (group-passive). Produk yang dipilih adalah organizer karena memiliki intensitas
penggunaan yang lebih banyak dibandingkan produk lainnya.
Life style board adalah gambar-gambar yang menunjukkan aktivitas user yang berhubungan dengan Komunitas Backpacker Bandung secara langsung (direct) adalah gathering, yang biasanya dilaksanakan di café atau tempat nongkrong oleh peserta gathering yang didominasi oleh mahasiswa/i.
Mood board adalah gambar-gambar yang menunjukkan mood, spirit atau ambience dari aktivitas yang menjadi centre point Komunitas Backpacker Bandung yaitu travelling with low budget a.k.a backpacking. Gambar yang dipilih menunjukkan hal-hal yang menjadi soul bagi backpacker.
Styling board adalah gambar-gambar yang menunjukkan produk-produk yang digunakan user dalam keseharian maupun ketika backpacking. Gambar yang dipilih merupakan gambaran user secara pesonal yang dipilih secara acak (random) di Komunitas Backpacker Bandung.
Usage board adalah gambar-gambar yang menunjukkan produk-produk kompetitor (pembanding) dari organizer yang tersedia di pasaran. Gambar yang dipilih sudah disesuaikan dengan kepribadian user berdasarkan styling board.
***
Jika elemen visual design adalah dot (titik),
line (garis), shape (bentuk), color
(warna), texture (tekstur) dan space (ruang), maka elemen visual fashion adalah color, texture, silhoutte (kesan garis / bayangan) dan finishing (penyelesaian). Elemen
visual fashion lebih compact dibandingkan
elemen visual dalam design karena sudah ‘dipadatkan’.
Silhoutte pada elemen visual
fashion mencangkup dot, line, shape dan space,
sedangkan finishing lebih mengarah
pada hal-hal yang bersifat teknis seperti teknik pengerjaan dan proses
pengerjaan. Jika image analysis pada
Desain Produk ditujukan untuk mengetahui produk apa yang harus dibuat, maka image analysis pada fashion
adalah kelanjutannya karena produknya sendiri sudah jelas. Fashion. Mencangkup semua produk yang dikenakan dan beserta
turunannya yang bersifat visual.
Untuk membuat image analysis diperlukan gambar-gambar
yang mendukung serta mengarah pada design
concept. So, kita diminta untuk
mencari majalah fashion bekas seperti
Vogue, Bazaart, Elle atau Natgeo atau majalah apapun yang memiliki
gambar-gambar artistik dengan hi-resolution.
Ingat ya harus yang bekas! Karena kalau yang baru mah mahal 😂
Kalau nggak punya majalah
fashion yang bekas, bisa mencari di
bursa buku bekas Jl. Dewi Sartika di daerah Kalapa yang jadi tempat ngetem
angkot jurusan Kalapa-Ledeng atau Kalapa-Cicaheum. Disana hanya ada sedikit
pilihan majalah fashion bekas import dengan stock paling banyak 2 eksemplar per edisi.
Kenapa harus majalah fashion import? Bukan majalah fashion
lokal? Karena majalah fashion import lebih banyak memuat full page
advertisement ketimbang majalah fashion lokal. Ya kan? Coba deh dilihat
lagi ... Kalau majalah fashion lokal
biasanya balance antara gambar dan font, sehingga mengganggu gambar, jadinya
agak kurang bisa ‘dinikmati’ 😏.
Setelah mendapatkan
penjelasan mengenai image analysis dan diberikan pengarahan
tentang bagaimana caranya membuat mood
board, kita lantas diminta untuk
membuat 5 mood board dari majalah yang kita beli sebelumnya. Nah. Mulai puyeng kan...
***
Sreettt... Sreettt...
Sreettt... Suara kertas dirobek 😒.
Kapan lagi coba merobek
majalah kalau bukan demi tugas? Kalau bukan karena tugas aku juga tak mau, yang
ada malah disampulin 😊. Sebenarnya nggak perlu
merobek secara membabi buta, cukup seperlunya saja. Nah. Itu dia masalahnya...
gambar apa yang diperlukan? Kalau Cuma merobek gambar yang dinilai bagus dan
terlihat artistik, ya itu mah semajalaheun atuh...
Untuk mempermudah, coba
deh lihat-lihat dulu isi majalahnya, nggak usah sambil dibaca juga nggak
apa-apa yang dilihat gambarnya saja. Setelah ditelaah coba cari satu gambar
yang akan menjadi highlight,
pertimbangkan juga aspek-aspek pendukungnya seperti tekstur atau tone warnanya.
Lalu pandangi... dan
temukan unsur elemen visual apa saja yang ada pada gambar tersebut. Setelah itu
lalu cari lagi gambar lain yang menurut istilah Ripong mah masih ‘satu nafas’
dengan gambar yang menjadi highlight.
Nah... ini nih yang menjadi momok bagi kita semua. Sulit untuk menemukan
gambar yang masih ‘satu nafas’ di majalah, apalagi kalau gambar di majalahnya
cuma sedikit.
Aku dan Farah sampai
harus balik lagi ke Jl. Dewi Sartika demi mencari majalah lainnya. Di tengah
hari yang terik benderang itu, kita memilih-milih (lagi) majalah based on their page, dibuka satu-satu
per-halaman, dicocok-cocokin dengan gambar yang sudah ada sambil mikir ‘ini
nyambung nggak ya?’.
Ketika sampai di rumah. Eh,
mood board malah berubah total! 😠😠😠.
Kalau membuat mood board
hanya mengandalkan majalah ya seperti itu, dipilih yang bahannya paling banyak
bukan yang paling bagus. Lain lagi kalau membuat (digital) mood board menggunakan Pinterest, pasti
ketemu deh yang ‘satu nafas’.
Kenapa kita tidak
menggunakan Pinterest? Yang pastinya lebih mudah, murah dan cepat. Mmhhh... Simple, karena gambarnya bisa
dimanipulasi, untuk mendapatkan tone
warna yang sesuai antara satu gambar dengan gambar lainnya kan bisa diedit dulu di Corel atau Photoshop #eh sorry sorry kebiasaan kuliah 😉. Selain itu keywordnya
cukup sulit karena tidak semua gambar memiliki penamaan yang spesifik.
Next 👉mood board