Hello~
Akhir tahun ini kita (siapa lagi?! 😁) mengunjungi soft opening rumahnya Pici di Garut yang masih satu area dengan rumah orang tuanya. Kalau kalyan pernah main ke rumah orang tuanya Pici pasti ngeh deh kalau rumahnya Pici ini (taste-nya) bapaknya banget 😉. Kubilang begini karena kutahu bapaknya Pici hobby-nya merenovasi rumah, senang mengeksplorasi material dan detail oriented. Sudut anak tangga pake list, rooster yang bermotif, teralis yang berulir, pokoknya sebisa mungkin nggak ada space kosong yang sia-sia ✨👌🏻.
Aku dan Deya berangkat di hari Sabtu pagi, transit sebentar di Nagrek karena bisnya Icunk kena macet dan kita sampai di Garut menjelang tengah hari. Tadinya kita mau jalan-jalan di kota, namun karena udah keasyikan ngobrol jadinya mager, ujung-ujungnya kita beli minuman yang berembun, berasa dan berwarna via Go Food 😅. Malamnya kita beli baso aci dan tolak bala karena perut kita bergejolak paska minum eskosu jahara, fix nggak akan beli lagi 🥺.
Tadinya kita mau jalan-jalan ke kota (masih keukeuh) atau lanjut ngobrol di mana gitu… namun menimbang situesyen yang kurang kondusif sebab terhalang Karnaval SCTV, kita memutuskan untuk jalan-jalan ke Gunung Papandayan. Berdasarkan observasi Icunk di TikTok, saat ini adalah tempat wisata baru di Gunung Papandayan yang sedang hype, dimana bunga hydrangea (hortensia) sedang bermekaran. Kuy, marki-try… 😎.
Perjalanan menuju Gunung Papandayan bikinku nostalgia entah karena apa… kemungkinan sih gegera kangen saat masih tinggal di Darul Arqam. Aku, Pici, Nurma dan Shanty pernah jalan dari belakang Darul Arqam melintasi sawah dan sungai, tahu-tahu sampai di Bayongbong. Capek banget… untungnya kita bawa uang jadi pulang ke Darul Arqam-nya pake angkot. Nggak kebayang yekan gimana capeknya kalau kita mesti balik lagi melintasi sawah dan sungai karena nggak bawa uang 😂.
Kita juga pernah camping di Gunung Papandayan, untuk post-nya ada di link ini:
Dari gapura selamat datang di gunung Papandayan yang ada opangnya kita mesti agak bersabar karena jalannya sedang diperbaiki, sisanya mah sih aman ya. Jarak dari gapura ke loket cukup jauh meski jalannya udah lebih baik, merasa heran sendiri, kok mau-maunya ya aku dulu ke loket pake ojek padahal jalannya masih rombeng. Memang ya pulang dari sana aku sakit pinggang dan sakit pantat 😂 mana jalan ke Pondok Saladanya jauh.
lokasi camping pertama kita di samping gapura itu, dulu di pinggirnya ada tempat sampah, sekarang udah berbenah |
bunga edelweiss |
air yang mengalir dari kolam renang |
Sebelum pergi ke gunung Papandayan ada baiknya kalyan mengecek tarif masuk dan tarif lain-lainnya di TWA Papandayan. Untuk wisatawan lokal dan wisatawan internsional tarifnya tentcu berbeda, udah ada penyesuaian meski rate-nya flat (biar nggak pusing meureun nya). Kini di gunung Papandayan kita nggak hanya bisa camping, hiking atau foto prewedding. Kita juga bisa berenang, jalan-jalan di tamannya bahkan menginap di cottage. Fasilitas umum macem toilet, musholla, parkiran dan warung so pasti tertata rapi. Nah, gini dongs… ✨👌🏻.
Kita memilih untuk berjalan-jalan di taman bunga hydrangea (hortensia) sekalian menunggu Alka dan Sangga yang berenang. Disini ada Orchid Garden tapi karena bingung masuknya dari mana kita nggak kesana haha isokey kok, taman bunga hydrangea-nya memuaskan apalagi untuk buibu yang demen bikin story. Hydrangea memang tumbuh di area bersuhu dingin, makanya cocok banget kalau bikin taman bunga hydrangea di gunung Papandayan.
sayangnya nggak wangi |
mamanya Pici dan Sangga |
mau bilang ini di Jeju, tapi udah pada tahu ini di Papandayan |
masih ada yang ukurannya lebih besar daripada ini |
lagi pada ngaps? |
fotoin bunga ini |
another bunga di tepi toilet |
Ohya, kalyan menyebut bunga hydrangea sebagai bunga apa? Aku tahunya Kembang Bokor dan bunga Tiga Bulan (karena mekar selama 3 bulan), mama menyebutnya bunga Hortensia dan Deya menyebutnya bunga Borondong 🍿.
Beruntung saat kita kesana bunga hydrangea-nya masih mekar, masih berbentuk bulat sempurna. Selama ini aku hanya tahu bunga hydrangea berwarna yang biru dan putih aja, ternyata ada warna lain yang nggak kalah cantik. Saat kecil bunga hydrangea sering menjadi dekorasi di stand di pameran instansi tempat mama kerja, setelah pamerannya usai dekorasi tanamannya jadi incaran buibu, mayan… masih ada sisa mekar hingga 1 bulan kemudian.
Saat Alka dan Sangga berenang, kita sempat jajan di warung yang ada di area parkiran. Kalyan bisa langsung cap cip cup pilih warung karena barang yang dijual hampir sama, untuk harga mungkin beda tipis tapi gorengan mah kemungkinan sama *sotoy 😁. Kalyan nggak perlu khawatir kekurangan asupan micin karena ada pedagang cilor, cilung, batagor dan peracian duniawi yang mangkal di sebelah warung dengan tertib. Selain itu suasananya memang cocok untuk sekedar ngopi (minum teh hangat sambil ngemil gorengan).
yang anget... yang anget... |
ter-legend se-Darul Arqam-eun |
Kita turun dari gunung Papandayan saat tengah, waktu yang tepat untuk makan siang yekan… Yha~ dimana lagi kalau bukan di Mulang Sari 😅. Kita ke Mulang Sari yang di depan Mall Garut macem terakhir kali aku kesana dengan Icunk. Saat kita makan sayup-sayup terdengar suara musik dari acara Karnaval SCTV, kenapa sih venue-nya di alun-alun kan di depannya ada Mesjid Agung?! Macem, apakah lapangan Kerkoff kurang OK untuk dijadikan venue acara? 🤔
Setelah nge-drop Pici dan duo bocil di rumahnya kita kembali ke Bandung, Icunk kembali di-drop di Nagrek. Tumben-tumbenan yekan kita pulang saat masih sore 😁. Saat kembali ke Bandung aku baru melihat stasiun Tegalluar yang meriah dari jauh, ketara banget ya udah lama nggak lewat tol 😅 Saat awal tahun ke rumah Pici mah stasiunnya belum jadi.
Garut kota Burayot |