Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) ini adalah film pembuka di tahun 2020. Side project ala-alanya Marchella FP yang juga biangnya @generasi90an akhirnya terlahir juga ya, tadinya kupikir NKCTHI hanya akan berakhir sebagai web series tapi ternyata malah berlanjut sampai layar lebar. 

Karena pernah menonton webseries nya, ekspektasiku akan film NKCTHI ini nggak tinggi-tinggi amat. Secukupnya. Aku sendiri nggak terlalu mengikuti NKCTHI di IG, paling hanya sesekali mampir dan nggak terlalu gimana gitu. Kesanku pada NKCTHI; lucu, sebab relate dengan keseharian.

Aku menonton NKCTHI dengan Widy di BEC, yha~ Ubertos mah jauh meur 😅

Sebelum film dimulai, ada trailer film Melankolia yang merupakan project mendatangnya @generasi90an. CMIIW, judul awal Melankolia adalah Sephia yang entah kenapa cast utamanya adalah Ari Irham yang bagiku keberadaannya di film Ratu Ilmu Hitam sangat nggak berfaedah.

Kalau menonton trailer-nya, NKCTHI memberikan kesan yang agak kelam tentang entah apa, sebab bahkan di bukunya pun NKCTHI berisi kutipan-kutipan belaka. No clue 🧐. Kemungkinan besarnya NKCTHI versi film akan berbeda jauh dengan NKCTHI versi buku, nggak tahu nih dengan versi web series-nya bakal mirip atau nggak.

NKCTHI mengambil fokus keluarga Narendra yang terbagi dalam 3 fase yakni fase kelahiran adik (baru), fase kanak-kanak dan fase dewasa. Keluarga Narendra terdiri dari ayah (Donny Damara), ibu (Susan Bachtiar), Angkasa (Rio Dewanto), Aurora (Sheila Dara) dan Awan (Rachel Amanda).

Saranku, bawalah tissue saat menonton... gak kuwath ziz 🥺🥺


Kukira film hanya akan berfokus pada karakter Awan, tapi lama kelamaan semua karakter akan mendapatkan bagiannya masing-masing. Meski flaschback scene-nya berantakan aku suka cara penyampaian film ini yang; sabar, satu persatu 🤭. 

Kupikir NKCTHI ini kurang lebih menjabarkan peran (dan beban) yang dipikul oleh setiap anggota keluarga,
Setiap scene-nya memiliki meaning tersendiri, apalagi kalau kebetulan kita adalah si anak sulung, si anak tengah atau si anak bungsu. 

I feel you Yoya!

Diantara semua karakter anak-anak keluarga Narendra, kupikir aku lebih merasa dekat dengan karakter Aurora ketimbang karakternya Angkasa. Merasa pernah relate aja dengan kehidupannya Aurora. Ada malam-malam panjang yang kuhabiskan dengan mengerjakan tugas studio, sendiri, dengan hati yang agak dongkol; kenapa dulu nggak milih kuliah di jurusan yang lebih gampang haha 😂😂😂

Begitu pun dengan urusan ke-invisible-annya Aurora yang bagiku terasa lekat, bagi orang-orang sepertiku yang... katakanlah, less ambition. Menjadi invisible adalah bagian yang nggak terelakkan, apalagi kalau udah nyangkut dengan urusan rivalry siblings. Ketika ada yang ‘lebih’ pasti tersingkir dengan sendirinya, that’s why... I’m not the first choice at  everything.

OOTT. Sepanjang menonton film NKCTHI ini yang terlintas di benakku adalah sesi-sesi terapi di 1-2 tahun yang lalu.

Jadi, mama kan sakit... stroke dan udah lama, kita dan keluarga udah mengusahakan yang terbaik untuk kesembuhan mama. Tapi... sikap mama semakin lama semakin menjadi gimana ya... terkadang nggak makes sense dan itu membuat kita merasa ada yang salah dengannya. Maka, kita pun mencari opsi lain...

Kita akhirnya menemui hipnoterapis dengan tujuan agar mama lebih optimis mengenai kesembuhannya, seenggaknya bersikap kooperatif selama sakit. Setelah ngobrol kesana kemari dengan terapisnya (yang lebih ingin dipanggil coach) dan sampailah pada kesimpulan bahwa kita (aku, Widy dan mama) ternyata kurang mengenal satu sama lain.

...

...

...

Jadi.
Siapa kalian? 🤔

Pada awalnya tentcu ada penyangkalan, karena toh kita selama ini (katakanlah) baik-baik aja, komunikasi juga lancar meski yagitudeh. Tapi setelah diberikan pengertian dan pengarahan akhirnya kita pun menyadari bahwa kita memang nggak mengenal satu sama lain. 

Sejak saat itu kita memulai project (katakanlah...) rekonsiliasi keluarga yang bertujuan untuk membantu mama. Kenapa kita mesti terlibat? Karena kita adalah inner cirle yang keberadaannya sangat mempengaruhi, small impact big effect. Dan semua tujuan kita nggak akan bisa terwujud kalau kita nggak mau bekerja sama.

Salah satu step yang dilakukan adalah human design, jadi masing-masing dianalisis based on tanggal dan waktu kelahiran (you can Googling if want to know more 🙂). Yang mengejutkan, hasil human design kita semua nggak ada yang mirip. Well... pada dasarnya semua orang terlahir berbeda-beda, namun biasanya ada kemiripan kalau kita adalah saudara kandung atau keluarga (inti).

Tapi ini mah bedanya, beda banget. 
Coach-nya pun sampai heran 🤔.


Satu-satunya hal yang mempersatukan kita hanyalah sifat keras kepala. Pantesan ya... kalau di rumah kita jarang bisa kumpul rukun macem gambar Khong Guan 😅, Mama di ruang TV, aku di kamar dan Widy di ruang tamu. Sekalinya ketemu yang ada pada berantem 😂

Anyway, mesti diakui kita memang didewasakan oleh keadaan yang mana berujung dengan mencari  pengiburan dan penerimaan diluar inner circle. Masing-masing disibukkan dengan kehidupannya. Aku dengan tugas-tugasku, Widy dengan teman-temannya, mama dengan pekerjaannya dan ayah dengan keluarga barunya. 

Karena ayahku nggak ikutan project rekonsiliasi keluarga ini, maka hanya kita bertiga yang ikutan.

Mengikuti istilah zaman now, kupikir mama cukup memenuhi kriteria sebagai tiger mom 🐯 meski sebenarnya lebih cocok lion mom 🦁 sebab zodiaknya adalah Leo ♌ (FYI aja yaini). She always know what she want and always know how to get it. 

Untuk beberapa hal, mama terkadang agak memaksakan keinginannya, terutama yang menyangkut urusan per-masa depan-an sebab berkaca pada pengalaman hidupnya. Long short story, beliau adalah tipikal orang yang akan merasa paling bertanggung jawab akan segala hal yang terjadi, sekalipun bukan bagiannya 🥺. 

Diantara kita bertiga yang tingkat emosionalnya paling tinggi adalah mama, gampang marah 😠, gampang kesel 😤, gampang nggak puas 😩, gampang sedih 😢, gampang iba 😦, udahlah pokoknya mood swing-nya maksimal abezzz. Sedangkan kita anak-anaknya pada cuek dan nggak peka, cenderung self centered.

Sedangkan aku adalah tipikal orang yang cenderung less ambition dan... bitter 😅. Kalau kau cari di Google translete, bitter berarti pahit, atau bahasa mudahnya adalah ngenes alias getir. Cuy... haha 🤣 Aku bisa se-bitter ini sebab keputusan yang kuambil mostly akan berdasar pada kepentingan bersama, melebihi semua kepentinganku, yang meski sebenarnya berdarah-darah akan syelalu terlihat cool 😎.

Karena because kebahagiaanku bersumber pada kebahagiaan orang lain, dengan kata lain; aku akan bahagia kalau kau bahagia. That’s why aku senang sekali dalam urusan mengatur-atur dan agak idealis, well... aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja. That’s it.

Yha~ Memang bitter sedari lahir~ 😌

Diantara kita bertiga yang tingkat spiritualnya paling tinggi adalah aku (masih belum percaya 🤨), suka menyepi macem hermit, nggak suka ke mall, temannya sedikit tapinya verified (baru mulai percaya 🤭), sering merasa kesepian di keramaian dan merasa nyaman di kesepian (ini beneran percaya 😉). Menghabiskan banyak waktu mempertanyakan eksistensi dan memiliki keyakinan.

Berbeda dengan Widy, dia adalah tipikal orang yang ia dipastikan bisa menciptakan sendiri kebahagiaannya macem si Kale. Selalu berusaha show off demi menunjukkan eksistensinya di keluarga dan yha~ cenderung self centered.

Dibandingkan denganku yang lebih santuy Widy akan berusaha keras untuk mendapatkan yang dia inginkan, sekali pun untuk hal kecil yang remeh nan receh. Punya lebih banyak teman, sebab hidupnya berputar diantara satu sirkel ke sirkel lainnya, that’s why hidupnya selalu ‘terlihat’ ramai.

Diantara kita bertiga yang paling bisa hidup mandiri adalah Widy, nggak perlulah kujelaskan kenapa dia bisa semandiri itu. Tapi, jangan heran kalau Widy sering berlaku cuek, sebab dia memang nggak akan begitu peduli selama nggak menyangkut kepentingannya. 

Well... gimana coba caranya mempersatukan 3 individu yang berbeda ini? 
Nggak ada.

Karena memang nggak harus 👌🏻.

Ketimbang memaksakan, coach lebih mengarahkan kita untuk lebih dulu menerima diri kita masing-masing, baik itu kelebihan maupun kekurangannya. Proses yang cukup berat yaini, sebab nggak mudah bagiku untuk menerima the naked truth, makanya (sebenernya mah) ingin udahan aja haha 🤣

Kemudian, kita dibimbing untuk memetakan posisi ideal kita dalam keluarga, macem kalau terjadi ‘hal ini’ yang harus aku lakukan adalah ‘ini’, yang harus Widy adalah ‘ini’ dan yang harus mama lakukan adalah ‘ini’. Dan karena kita sudah saling mengetahui karakter masing-masing, akan lebih baik lagi kalau kita mulai saling mengerti.

Mesti diakui setelah sesi konseling ini keadaan mama lebih mendingan, lebih kalem, lebih banyak introspeksi. Bisa dibilang kelurgaku (akhirnya) menjalani masa tenang, meski yha~ sesekali mah ada aja hal yang memercik ketubiran 😂.

Eh, nostalgia sesi konselingnya kepanjangan yaini hwhwhw Lebih panjang ketimbang review filmnya, lebih lama juga bikinnya (sampai molor 1,5 bulan). But anyway... Disini aku merasa relate dengan tagline-nya film NKCTHI bahwa setiap keluarga punya rahasia and they (family) always been there.

Kuyakin kau pun memiliki cerita keluarga tersendiri, mungkin lebih berat, mungkin lebih sulit diungkapkan, mungkin lebih rumit atau mungkin lebih anti mainstream. Who knows? Seberat apa pun harimu, sesulit apa pun keadaanmu, serumit apa pun kehidupanmu, akan saatnya ketika kita menceritakannya.

Udah ya... Aku nggak akan banyak cingcong macem review-ku yang lain 🤭 sebab sadar betul film NKCTHI ini udah terlanjur basi dibahas mulu di Twitter.

Unforgotable scene di film NKCTHI masihlah scene keluarga yang berantem setelah pamerannya Yoya dan Angkasa yang SUMPAH-NGGAK-NYANGKA-BANGET kepikiran nyetrika baju sambil setengah bugil.


FYI. Playlist-nya OKEY semuaaa...
& Semua fotonya dari IG visinema
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Selamat tahun baru!
Gpp laya telat juga 😋

Setelah melalui drama kerjaan akhir tahun (yang nyatanya masih kebawa-bawa sampai tahun depan 😌) kupikir ku perlu rehat sejenak dari urusan duniawi yang fana ini haha 😁 Biasanya aku menghabiskan momen pergantian tahunku dengan menulis (draft) birthday post atau mantengin Twitter sambil nungguin suara kembang api di kejauhan.

Kali ini aku menghabiskan momen pergantian tahunku dengan camping di Jayagiri. 

Tadinya aku berencana menghabisakan momen pergantian tahunku seperti biasanya, yha~ nothing special. Then, Widy yang euphoria resign-nya belum kelar mengajakku untuk menghabiskan momen pergantian tahun, sebenarnya aku nggak terlalu tertarik ya tapi oleh sebab disuruh orang tua maka kuharus turut serta berpartisipasi. 

Sebab kita nggak punya tujuan pasti, maka kita mencari event yang sekiranya akan sesuai via IG, saat itulah kita nggak sengaja kena ads-nya @explorejayagiri. Kupikir menghabiskan momen pergantian tahun dengan camping akan menyenangkan, seenggaknya kita nggak perlu berdesak-desakan dan tumpah ruah ke jalanan. 

Berhubung sistem booking-nya perpaket dengan batas minimal 3 orang, maka aku mengajak Icunk yang tumben nggak berencana pulang ke MLB city. 

Paketnya sendiri hanya menyediakan peralatan camping tanpa ada rundown acara, jadi jatuhnya kita macem sewa peralatan camping yang teroganisir aja. Yang kita dapatkan adalah; tenda, matras, sleeping bag, lampu, kompor gas portable, peralatan masak (panci, wajan, piring, sendok dan garpu), air mineral 3 pet besar, 1 bungkus pop corn dan kayu bakar.

Kalau Widy berangkat dari rumah, aku dan Icunk janjian berangkat dari Leuwi Panjang, sebab khawatir macet liburan sekolah kita berangkat agak pagian. Benar saja ya... macet combo Farm House X The Great Asia Africa sampai ke daerah UPI. Malesin banget kan ya... 😪

Beruntung, mang angkot jurusan St. Hall Pasar Baru – Lembang berinisiatif untuk menggunakan jalan pintas via jl. Setiabudhi yang ujung-ujungnya keluar di jl. Boscha. Aku pun baru pertama kali lewat jalan pintas ini sebab biasanya lewat jl. Sersan Bajuri (Parongpong) atau Punclut sekalian. Ternyata anyep juga ya... 😅 meski banyak rumah pembantu daerahnya cenderung sepi.

Ohya... saat melewati jalan pintas itu aku sempat bilang ke Icung ; nanti kita ngelewatin Boscha... tujuannya sih biar ada gambaran kalau suatu saat nanti kita main ke Boscha. Ternyata... kelewat yaini haha 😁 Aku baru ngeh saat angkot yang kita naiki berada di jalan besar heuheu 🤭


Expectation route & fare dari Bandung ke Jayagiri Lembang
DAMRI Leuwi Panjang – Ledeng Rp. 5.000
Angkot St. Hall Pasar Baru (Ledeng) – Lembang (turun di perempatan jl. Raya Tangkuban Perahu) Rp. 10.000
Angkot Lembang – Cikole (turun di pertigaan jalan menuju Jayagiri, depan Gubug mang Engking)  Rp. 3.000
Transportasi online bike / car pertigaan jalan menuju Jayagiri – pos camping Jayagiri Rp. 10.000

Harusnya sih macem gitu ya, tapi berhubung kita baru pertama kali ke Jayagiri dan nggak ngeh patokannya dimana, sempatlah salah turun dan mesti balik lagi pake angkot. Tapi kayanya mending pake transportasi online dari Lembang aja sih ya biar nggak ribet 👍🏻.

FYI. Di dekat pertigaan jalan menuju Jayagiri ada Alfamart, jadi sebenarnya kita nggak perlu khawatir kalau kekurangan cemilan. Dan yha~ bahkan di tempat camping-nya pun tersedia kios-kios warga lokal yang menjual makanan khas tempat wisata macem per-basoa-an, per-nasi goreng-an, per-jagung bakar-an, per-mie-an, per-kopi-an dan sosis bakar ala kadarnya. 

Cuma 1 sih concern-nya
Susah air.


Di sekitar pos camping memang ada gazebo + steker yakeles mau nge-charge, tapi karena saat itu cuacanya mendung-mendung gerimis banyak yang berteduh. Biar berteduhnya nyaman kita turun sedikit ke mesjid yang ada di bawah, sekalian sholat dan menunggu Widy. Jangan heran ya kalau kesini udaranya nggak begitu enak dihirup, banyak peternakan sapi soalnya.

Nah, bahkan di mesjid sekalipun air yang mengalir keciilll banget, kata Icunk; segede nyere (lidi). Tadinya kita mau mencari toilet umum, kan biasanya ada tuh di rumah-rumah penduduk, tapi ini mah nggak ada dong. Kadang suka heran sih kenapa notabene daerah-daerah tinggi malah cenderung sulit air, apakah airnya turun semua ke daerah rendah? Jadi yang daerah tinggi nggak kebagian?

Okay. Biar nggak penasaran, kita tanya Galileo... nggak deng, Google aja biar gampang 😉.


Setelah anggota geng berkumpul, kita minta dijemput oleh PIC @explorejayagiri untuk diantarkan ke tenda. Cuy... kalau suatu saat kau camping ke Jayagiri jangan lupa persiapkan mental ya sebab ternyata untuk mencapai area camping kita mesti jalan naik lagi dan itu nggak mudah. 

Mungkin karena pengelolaannya belum maksimal, jalan menuju area camping-nya nggak bagus-bagus amat, masih seadanya. Kupikir masih bagus jalan menuju Punthuk Setumbu yang meski lebih jauh masih terasa lebih nyaman. Di Jayagiri ini, jalannya full menggunakan paving block dan dibuat lurus (nggak pake tangga) jadi kalau hujan dan jalannya berlumpur akan semakin licin. Selain itu, pegangan jalannya terbuat dari bambu dan nggak semua sisi ada.


Jujur, camping di Jayagiri ini benar-benar di luar ekspektasiku... Tadi kubilang bahwa Kupikir menghabiskan momen pergantian tahun dengan camping akan menyenangkan, seenggaknya kita nggak perlu berdesak-desakan dan tumpah ruah ke jalanan. Well... nyatanya, bukan Cuma aku yang berpikir seperti itu 😅.

Saat sampai di area camping... agak dongkol juga sih sebenarnya, ada banyaakkk sekali... tenda yang sudah terpasang, hampir penuh malah. Lengkap dengan scene masak-masakan mie di depan tenda dan jemuran jas hujannya, serta gonjrengan geje khas yesterday afternoon kids yang ngebet banget ingin punya pacar. 

Lokasi tenda kita nggak pun nggak terlalu strategis tapi nggak apa-apa lah seenggaknya kita udah punya spot sendiri. Thankyu... aa-aa PIC @explorejayagiri. Begitu sampai, kita tinggal masuk ke dalam tenda dan melepaskan kejompoan pasca naik tadi. 


Dari tenda kita bisa melihat Lembang dan Bandung yang Bandung dari kejauhan, tapi karena kabutnya tebal jarak pandang kita terbatas sekali. Berkali-kali hujan turun. Lapar maning guise... Jadilah kita unboxing dini Pop Mie yang rencananya akan dimakan nanti malam, berikut menyeduh matcha dan mengupas semangka yang dibawa Widy. Heran... kenapa di antara sekian macem buah yang dibawa malah semangka coba?! 

Setelah sesi makan selesai, kita (berusaha) membereskan semuanya dan rebahan, apalagi sih yang bisa dilakukan saat hujan begini? Internetan jelas bukan pilihan sebab sinyalnya maya, antara ada dan tiada. Satu-satunya hiburan adalah speaker-nya eteh di tenda sebelah yang muterin lagunya So7.


Puas rebahan kita berencana untuk turun ke parkiran demi mencari toilet dan jajanan, di musim penghujan begini sudah tentu intensitas makan pun bertambah haha Di area camping memang ada toilet namun sayangnya nggak sanggup mengakomodir kebutuhan camper yang membludak di malam tahun baru.

Perjuangan sekali yaini turun ke parkiran, gerimis tipis yang nggak kelar-kelar turut berpartisipasi membuat jalanan licin dan berlumpur. Toiletnya sendiri cukup amatir ya, si eteh dan si aa-nya mesti bolak balik ngangkutin air dari sumur. Kalau kau nggak sanggup hidup susah dan sering beser, sadarlah sebelum terlambat, camping bukan pilihan yang tepat.

Semangat ziz... Kamu Pasti Ica 😁


Setelah jajan setitik kita naik lagi ke area camping, cuy... kukira malam tahun baru akan sunyi sepi senyap macem angan-anganku beberapa minggu lalu, nyatanya malah rame dongs. Tapi gapapa sih... seenggaknya kita nggak perlu terlalu repot megangin smartphone atau lampu senter di jalan.

Sampai di area camping kita malah pangling, makin banyak tenda yang didirikan bahkan di tempat paling nggak strategis sekali pun, macem di tanjakan, di turunan, di semak-semak, di jalan. Ngehalangin memang... tapi yagimana, semua  tempat yang proper udah ada tendanya.


Agak geje juga yaini nungguin kembang api pergantian tahun, jadilah kita ngemil berat pake jagung bakar dan nasi goreng yang dibeli saat di parkiran tadi. Setelah itu... rebahan haha Semakin malam semakin banyak yang datang dan membuat suasana semakin ramai.

Kemudian tibalah kita pada saat yang ditunggu-tunggu, yap... menonton kembang api secara live karena biasanya mah terhalang genteng rumah orang. Seru dan berisik haha menyenangkan, sesekali menonton kembang api macem begini...


Selamat tahun baru semuanya 🥳🥳🥳
Selamat ulang tahun Icunk 🥳🥳🥳

Hehe

Sebenarnya dari berangkat udah khawatir aja kuenya benyek gegara gujlag gajlug di perjalanan, tapi alhamdulillah yay bisa selamat sampai bisa dikasihin 🤭. 

Sampai menjelang pergantian tahun masih banyak camper yang baru datang mencari tempat camping, hadehhh... Bahkan saat kita tidur di pun masih ada yang datang dan minta kita untuk menggeser tenda biar bisa memaksimalkan sedikit space kosong di pinggir. Untungnya Widy bangun dan mewakili kita dengan bilang; nggak bisa, udah pada tidur.


Paginya, kita langsung beberes sebab udah nggak betah alias udah ingin pulang wkwkwkw

Karena nggak yakin akan menemukan toilet yang nggak ngantri, kita langsung caw ke Mesjid Lembang yang tentcunya terakhir kali disambangi adalah saat study tour sekolahku dulu, yang mana berarti 14 tahun yang lalu. Kemudian lanjut makan bubur pertama di tahun 2020 depannya.

Kita dan Widy berpisah di Lembang, Widy pulang ke Subang dan kita pulang ke Bandung. Yakin banget macet combo Farm House X The Great Asia Africa udah nungguin... Dan memang benar ya, macetnya nggak nyantai... yang mana bikinku ngantuk dan ketiduran di angkot, nggak peduli lagi muka kecipratan hujan gegara lupa nutupin jendela.

Menyadari hari masihlah panjang, akhirnya kita memutuskan untuk melipir ke Yoshinoya, well... anggaplah birthday lunch. Makan enak pertama di tahun 2020.


Anyway, selamat ulang tahun Icunk, semoga tahun depan kita ngerayain tahun barunya nggak barengan... 🤭
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates