Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) ini adalah film pembuka di tahun 2020. Side project ala-alanya Marchella FP yang juga biangnya @generasi90an akhirnya terlahir juga ya, tadinya kupikir NKCTHI hanya akan berakhir sebagai web series tapi ternyata malah berlanjut sampai layar lebar.
Karena pernah menonton webseries nya, ekspektasiku akan film NKCTHI ini nggak tinggi-tinggi amat. Secukupnya. Aku sendiri nggak terlalu mengikuti NKCTHI di IG, paling hanya sesekali mampir dan nggak terlalu gimana gitu. Kesanku pada NKCTHI; lucu, sebab relate dengan keseharian.
Aku menonton NKCTHI dengan Widy di BEC, yha~ Ubertos mah jauh meur 😅
Sebelum film dimulai, ada trailer film Melankolia yang merupakan project mendatangnya @generasi90an. CMIIW, judul awal Melankolia adalah Sephia yang entah kenapa cast utamanya adalah Ari Irham yang bagiku keberadaannya di film Ratu Ilmu Hitam sangat nggak berfaedah.
Kalau menonton trailer-nya, NKCTHI memberikan kesan yang agak kelam tentang entah apa, sebab bahkan di bukunya pun NKCTHI berisi kutipan-kutipan belaka. No clue 🧐. Kemungkinan besarnya NKCTHI versi film akan berbeda jauh dengan NKCTHI versi buku, nggak tahu nih dengan versi web series-nya bakal mirip atau nggak.
NKCTHI mengambil fokus keluarga Narendra yang terbagi dalam 3 fase yakni fase kelahiran adik (baru), fase kanak-kanak dan fase dewasa. Keluarga Narendra terdiri dari ayah (Donny Damara), ibu (Susan Bachtiar), Angkasa (Rio Dewanto), Aurora (Sheila Dara) dan Awan (Rachel Amanda).
Saranku, bawalah tissue saat menonton... gak kuwath ziz 🥺🥺
Kukira film hanya akan berfokus pada karakter Awan, tapi lama kelamaan semua karakter akan mendapatkan bagiannya masing-masing. Meski flaschback scene-nya berantakan aku suka cara penyampaian film ini yang; sabar, satu persatu 🤭.
Kupikir NKCTHI ini kurang lebih menjabarkan peran (dan beban) yang dipikul oleh setiap anggota keluarga,
Setiap scene-nya memiliki meaning tersendiri, apalagi kalau kebetulan kita adalah si anak sulung, si anak tengah atau si anak bungsu.
I feel you Yoya!
Diantara semua karakter anak-anak keluarga Narendra, kupikir aku lebih merasa dekat dengan karakter Aurora ketimbang karakternya Angkasa. Merasa pernah relate aja dengan kehidupannya Aurora. Ada malam-malam panjang yang kuhabiskan dengan mengerjakan tugas studio, sendiri, dengan hati yang agak dongkol; kenapa dulu nggak milih kuliah di jurusan yang lebih gampang haha 😂😂😂
Begitu pun dengan urusan ke-invisible-annya Aurora yang bagiku terasa lekat, bagi orang-orang sepertiku yang... katakanlah, less ambition. Menjadi invisible adalah bagian yang nggak terelakkan, apalagi kalau udah nyangkut dengan urusan rivalry siblings. Ketika ada yang ‘lebih’ pasti tersingkir dengan sendirinya, that’s why... I’m not the first choice at everything.
OOTT. Sepanjang menonton film NKCTHI ini yang terlintas di benakku adalah sesi-sesi terapi di 1-2 tahun yang lalu.
Jadi, mama kan sakit... stroke dan udah lama, kita dan keluarga udah mengusahakan yang terbaik untuk kesembuhan mama. Tapi... sikap mama semakin lama semakin menjadi gimana ya... terkadang nggak makes sense dan itu membuat kita merasa ada yang salah dengannya. Maka, kita pun mencari opsi lain...
Kita akhirnya menemui hipnoterapis dengan tujuan agar mama lebih optimis mengenai kesembuhannya, seenggaknya bersikap kooperatif selama sakit. Setelah ngobrol kesana kemari dengan terapisnya (yang lebih ingin dipanggil coach) dan sampailah pada kesimpulan bahwa kita (aku, Widy dan mama) ternyata kurang mengenal satu sama lain.
...
...
...
Jadi.
Siapa kalian? 🤔
Pada awalnya tentcu ada penyangkalan, karena toh kita selama ini (katakanlah) baik-baik aja, komunikasi juga lancar meski yagitudeh. Tapi setelah diberikan pengertian dan pengarahan akhirnya kita pun menyadari bahwa kita memang nggak mengenal satu sama lain.
Sejak saat itu kita memulai project (katakanlah...) rekonsiliasi keluarga yang bertujuan untuk membantu mama. Kenapa kita mesti terlibat? Karena kita adalah inner cirle yang keberadaannya sangat mempengaruhi, small impact big effect. Dan semua tujuan kita nggak akan bisa terwujud kalau kita nggak mau bekerja sama.
Salah satu step yang dilakukan adalah human design, jadi masing-masing dianalisis based on tanggal dan waktu kelahiran (you can Googling if want to know more 🙂). Yang mengejutkan, hasil human design kita semua nggak ada yang mirip. Well... pada dasarnya semua orang terlahir berbeda-beda, namun biasanya ada kemiripan kalau kita adalah saudara kandung atau keluarga (inti).
Tapi ini mah bedanya, beda banget.
Coach-nya pun sampai heran 🤔.
Satu-satunya hal yang mempersatukan kita hanyalah sifat keras kepala. Pantesan ya... kalau di rumah kita jarang bisa kumpul rukun macem gambar Khong Guan 😅, Mama di ruang TV, aku di kamar dan Widy di ruang tamu. Sekalinya ketemu yang ada pada berantem 😂
Anyway, mesti diakui kita memang didewasakan oleh keadaan yang mana berujung dengan mencari pengiburan dan penerimaan diluar inner circle. Masing-masing disibukkan dengan kehidupannya. Aku dengan tugas-tugasku, Widy dengan teman-temannya, mama dengan pekerjaannya dan ayah dengan keluarga barunya.
Karena ayahku nggak ikutan project rekonsiliasi keluarga ini, maka hanya kita bertiga yang ikutan.
Mengikuti istilah zaman now, kupikir mama cukup memenuhi kriteria sebagai tiger mom 🐯 meski sebenarnya lebih cocok lion mom 🦁 sebab zodiaknya adalah Leo ♌ (FYI aja yaini). She always know what she want and always know how to get it.
Untuk beberapa hal, mama terkadang agak memaksakan keinginannya, terutama yang menyangkut urusan per-masa depan-an sebab berkaca pada pengalaman hidupnya. Long short story, beliau adalah tipikal orang yang akan merasa paling bertanggung jawab akan segala hal yang terjadi, sekalipun bukan bagiannya 🥺.
Diantara kita bertiga yang tingkat emosionalnya paling tinggi adalah mama, gampang marah 😠, gampang kesel 😤, gampang nggak puas 😩, gampang sedih 😢, gampang iba 😦, udahlah pokoknya mood swing-nya maksimal abezzz. Sedangkan kita anak-anaknya pada cuek dan nggak peka, cenderung self centered.
Sedangkan aku adalah tipikal orang yang cenderung less ambition dan... bitter 😅. Kalau kau cari di Google translete, bitter berarti pahit, atau bahasa mudahnya adalah ngenes alias getir. Cuy... haha 🤣 Aku bisa se-bitter ini sebab keputusan yang kuambil mostly akan berdasar pada kepentingan bersama, melebihi semua kepentinganku, yang meski sebenarnya berdarah-darah akan syelalu terlihat cool 😎.
Karena because kebahagiaanku bersumber pada kebahagiaan orang lain, dengan kata lain; aku akan bahagia kalau kau bahagia. That’s why aku senang sekali dalam urusan mengatur-atur dan agak idealis, well... aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja. That’s it.
Yha~ Memang bitter sedari lahir~ 😌
Diantara kita bertiga yang tingkat spiritualnya paling tinggi adalah aku (masih belum percaya 🤨), suka menyepi macem hermit, nggak suka ke mall, temannya sedikit tapinya verified (baru mulai percaya 🤭), sering merasa kesepian di keramaian dan merasa nyaman di kesepian (ini beneran percaya 😉). Menghabiskan banyak waktu mempertanyakan eksistensi dan memiliki keyakinan.
Berbeda dengan Widy, dia adalah tipikal orang yang ia dipastikan bisa menciptakan sendiri kebahagiaannya macem si Kale. Selalu berusaha show off demi menunjukkan eksistensinya di keluarga dan yha~ cenderung self centered.
Dibandingkan denganku yang lebih santuy Widy akan berusaha keras untuk mendapatkan yang dia inginkan, sekali pun untuk hal kecil yang remeh nan receh. Punya lebih banyak teman, sebab hidupnya berputar diantara satu sirkel ke sirkel lainnya, that’s why hidupnya selalu ‘terlihat’ ramai.
Diantara kita bertiga yang paling bisa hidup mandiri adalah Widy, nggak perlulah kujelaskan kenapa dia bisa semandiri itu. Tapi, jangan heran kalau Widy sering berlaku cuek, sebab dia memang nggak akan begitu peduli selama nggak menyangkut kepentingannya.
Well... gimana coba caranya mempersatukan 3 individu yang berbeda ini?
Nggak ada.
Karena memang nggak harus 👌🏻.
Ketimbang memaksakan, coach lebih mengarahkan kita untuk lebih dulu menerima diri kita masing-masing, baik itu kelebihan maupun kekurangannya. Proses yang cukup berat yaini, sebab nggak mudah bagiku untuk menerima the naked truth, makanya (sebenernya mah) ingin udahan aja haha 🤣
Kemudian, kita dibimbing untuk memetakan posisi ideal kita dalam keluarga, macem kalau terjadi ‘hal ini’ yang harus aku lakukan adalah ‘ini’, yang harus Widy adalah ‘ini’ dan yang harus mama lakukan adalah ‘ini’. Dan karena kita sudah saling mengetahui karakter masing-masing, akan lebih baik lagi kalau kita mulai saling mengerti.
Mesti diakui setelah sesi konseling ini keadaan mama lebih mendingan, lebih kalem, lebih banyak introspeksi. Bisa dibilang kelurgaku (akhirnya) menjalani masa tenang, meski yha~ sesekali mah ada aja hal yang memercik ketubiran 😂.
Eh, nostalgia sesi konselingnya kepanjangan yaini hwhwhw Lebih panjang ketimbang review filmnya, lebih lama juga bikinnya (sampai molor 1,5 bulan). But anyway... Disini aku merasa relate dengan tagline-nya film NKCTHI bahwa setiap keluarga punya rahasia and they (family) always been there.
Kuyakin kau pun memiliki cerita keluarga tersendiri, mungkin lebih berat, mungkin lebih sulit diungkapkan, mungkin lebih rumit atau mungkin lebih anti mainstream. Who knows? Seberat apa pun harimu, sesulit apa pun keadaanmu, serumit apa pun kehidupanmu, akan saatnya ketika kita menceritakannya.
Udah ya... Aku nggak akan banyak cingcong macem review-ku yang lain 🤭 sebab sadar betul film NKCTHI ini udah terlanjur basi dibahas mulu di Twitter.
Unforgotable scene di film NKCTHI masihlah scene keluarga yang berantem setelah pamerannya Yoya dan Angkasa yang SUMPAH-NGGAK-NYANGKA-BANGET kepikiran nyetrika baju sambil setengah bugil.
FYI. Playlist-nya OKEY semuaaa...
& Semua fotonya dari IG visinema